[wanita-muslimah] Re: Andi: Belum Saatnya Orang Sulawesi Jadi Presiden + Wiranto: Pernyataan Andi Mallarangeng Picik

2009-07-04 Terurut Topik Mia
kikikikk...
ternyata dalam memahami postingan Janoko, cara ini kukira bisa diterapkan, 
lebih dari ini jangan coba2 deh:
1. preteli kalimat per kalimat
2. golongkan kalimat itu benar atau salah (make sense ato nggak, jelas ato 
nggak)
3. jangan coba2 mencari hubungan logika di antara kalimat Janoko, apalagi 
hubungan kalimatnya dengan kalimat orang lain.

Misal:
Yang jelas, suka tidak suka, budaya Jawa itu indah - jelas/true
Dan yang lebih jelas lagi SUKU JAWA telah memberikan andil yang sangat besar 
atas tegaknya NKRI  - jelas/true
dan yang jelas itu merupakan sejarah, dan yang lebih jelas lagi Soekarno 
berkata bahwa bangsa yang besar bisa menghargai jasa pahlawannya - jelas/true
Dan yang tidak jelas, kita mau mendengarkan pendapat tokoh besar atau 
mendengarkan tokoh yang tidak jelas ? - salah/kagak jelas

Janoko Orang Jawa berwawasan global SALAH/KAGAK JELAS...:-)

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote:

 Mia :
 Kalo bener Mallarangeng ngomong begitu, itu pernyataan sempit/picik, yang 
 mungkin keluar begitu saja karena kebablasan atau terpancing,
 saking semangatnya mewakili bossnya.
 
 ---
 
 Janoko :
 
 Yang jelas, suka tidak suka, budaya Jawa itu indah. Dan yang lebih jelas lagi 
 SUKU JAWA telah memberikan andil yang sangat besar atas tegaknya NKRI, dan 
 yang jelas itu merupakan sejarah, dan yang lebih jelas lagi Soekarno berkata 
 bahwa bangsa yang besar bisa menghargai jasa pahlawannya.
 Dan yang tidak jelas, kita mau mendengarkan pendapat tokoh besar atau 
 mendengarkan tokoh yang tidak jelas ?
 
 Mikul Dhuwur Mendhem Jero, hormati Suharto, Soekarno, Habibi dan lain 
 sebagainya.
 
 Salam
 
 Janoko
 Orang Jawa berwawasan global.
 
 -o0o-




[wanita-muslimah] Borneo Tribune Dipukul Pengawal Boediono

2009-07-04 Terurut Topik sunny
http://hariansib.com/?p=82917

Borneo Tribune Dipukul Pengawal Boediono 
Posted in Berita Utama by Redaksi on Juli 4th, 2009 

KAMPANYE BOEDIONO. Cawapres Boediono (kiri) menyapa sejumlah warga usai Sholat 
Jumat di Masjid Mujahidin, Pontianak, Kalbar, Jumat (3/7). Boediono menjanjikan 
pemerintahan yang bersih dan terus konsisten dalam meberantas Korupsi Kolusi 
Nepotisme jika pasangan Capres-Cawapres, Soesilo Bambang Yudhoyono - Boediono, 
terpilih dalam Pilpres 2009 nanti. (FOTO ANTARA/Jessica Wuysang)

Pontianak (SIB)
Kasus kekerasan terhadap wartawan kembali terjadi dalam rangkaian acara 
kampanye SBY-Boediono. Di Pontianak, Kalbar, wartawati Borneo Tribune, Rizky 
Wahyuni dipukul oleh salah seorang pengawal Boediono. Peristiwa ini bermula 
saat Rizky dan rekan-rekannya ingin mewawancarai Boediono di ruang istirahat di 
Masjid Mujahiddin, Pontianak, Jumat (3/7) siang. Saya ditinju di pipi sebelah 
kiri, tepatya di tulang pipi, kata Rizky saat dihubungi detikcom.


Rizky bercerita, awalnya dia ingin mengikuti teman-temannya untuk mewawancarai 
Boediono sambil berjalan di seputar Masjid usai salat Jumat. Namun karena 
situasi berdesak-desakan dan tidak memungkinkan untuk wawancara, seorang 
pengawal berbaju hitam meminta para wartawan menemui Boediono di ruang 
istirahat di Masjid Mujahiddin.Kalau mau wawancara di ruang istirahat saja, 
kata pengawal.


Namun setibanya di ruang istirahat, Rizky dan rekannya juga menemui ruangan 
tersebut telah dipenuhi oleh pengawal berbaju hitam di depan pintu masuk. 
Setelah mencoba berdesakan masuk, wartawan akhirnya diperbolehkan 
masuk.Wartawan boleh masuk tapi terbatas, kata seorang pengawal.
Karena terbatas, para wartawan sepakat Rizky dan seorang wartawan RRI-lah yang 
masuk ke ruangan dan mewawancarai Boediono. Sedangkan wartawan lain menitip 
tape recorder kepada keduanya.


Saya mau masuk, tapi saya masih menunggu satu titipan recorder lagi dari 
teman. Setelah dapat, saya masuk. Namun tiba-tiba saya ditarik keluar dengan 
kasar. Lalu tiba-tiba saya ditinju di pipi sebelah kiri, tepatya di tulang 
pipi, kisahnya. Rizky tidak memperhatikan siapa yang memukulnya karena kondisi 
yang terlalu sesak. Pengawal baju hitam, tapi saya tidak sempat memperhatikan 
nama (yang tertera di baju) dan wajahnya, ungkapnya.
Usai kejadian itu, Boediono sempat menghampiri ke depan pintu. Namun, ia hanya 
terlihat berbicara sebentar dengan seorang ajudannya yang berbaju coklat dan 
tak mengeluarkan sepatah kata pun.


Setelah itu, ajudan tersebut menemui Rizky untuk berbicara. Setelah itu 
ajudannya menemui saya dan mengajak ke mobil untuk ke airport, ujarnya.
Namun, karena terlanjur kesal Rizky menolak ajakan tersebut. Rekan-rekannya 
yang lain pun memintanya demikian.
Saat ini, Rizky yang masih merasa sakit karena memar di pipinya itu sudah 
melaporkan kasusnya ke Poltabes Pontianak. Ia pun mengaku sudah divisum dan 
mintai keterangan pihak kepolisian. (Detikcom/x)

This entry was posted on Sabtu, Juli 4th, 2009 at 09:16 and is filed under 
Berita Utama. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 
feed. Both comments and pings are currently closed. 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Why Wearing the Jilbab Has Become a Burning Poll Issue

2009-07-04 Terurut Topik Dwi Soegardi
http://thejakartaglobe.com/culture/why-wearing-the-jilbab-has-become-a-burning-poll-issue/316012

July 03, 2009
Norimitsu Onishi


Why Wearing the Jilbab Has Become a Burning Poll Issue

As ever y one who has spent more than an hour in the city over the
past few weeks knows, three parties competing in the presidential
election next week have plastered Jakarta with campaign billboards and
posters depicting, predictably, their presidential and vice
presidential choices looking self-confident.

But one party, Golkar, has controversially also put up posters of the
candidates’ wives next to their husbands, posing demurely and wearing
Muslim headscarves known as jilbabs . The wives recently went on a
jilbab shopping spree in one of Jakarta’s largest markets, and
published a book together titled “Devout Wives of Future Leaders.”

Most polls suggest that President Susilo Bambang Yudhoyono will win
next Wednesday’s vote on his economic policies and anti-corruption
drive, and the recent television debates have shown that there is
little of substance on which the candidates have disagreed. In this
vacuum, the campaigns have been personality-driven, and the issue of
the wearing of the jilbab has often seemed to overshadow differences
of policies or ideas.

It is perhaps not surprising Jilbab sales have been booming for three
years across a country where women have traditionally gone unveiled,
and where the meaning of wearing the jilbab — or not wearing one —
remains fluid. The issue also cuts to a central, unresolved debate in
Indonesia’s decade-old democracy: the role of Islam in politics.

“It’s the first time that the jilbab has become an issue in a
presidential campaign in Indonesia,’’ said Siti Musdah Mulia, a
professor of Islamic studies at Syarif Hidayatullah State Islamic
University and a leading proponent of women’s rights.

“There are so many more important issues that should be addressed in
the campaign,” said Mulia, who has worn a jilbab for eight years. “Why
this one?”

But it would not be the first time that politicians tried to co-opt
religious symbols to win votes. The ruckus over the jilbab began a few
months ago when Yudhoyono, whose wife, Kristiani Herawati, does not
wear a jilbab, and Vice President Jusuf Kalla, whose wife, Mufidah,
does, decided not to run together again.

The president selected as his new vice presidential running mate the
respected head of the central bank, Boediono, whose wife, Herawati,
goes unveiled.

Kalla, in turn, decided to run for president as the Golkar Party’s
standard-bearer and picked as his No. 2 a retired general, Wiranto,
whose wife, Rugaya, is veiled.

Perhaps sensing an opening as it trailed in the polls, Golkar soon put
up posters of the veiled wives. With reporters in tow, the wives went
shopping together for jilbabs at Tanah Abang, the city’s largest
textile market, where the general’s wife was known as a regular, but
Kalla’s wife was not.

Golkar officials rejected accusations by the president’s party that
they were trying to exploit Islam for politics; they also denied
having anything to do with the recent distribution of leaflets that
stated, falsely, that Boediono’s wife was not Muslim but Roman
Catholic.

Yudhoyono was also getting pressure from a current coalition ally, the
Prosperous Justice Party (PKS), the country’s largest Islamic party. A
party leader said members were gravitating toward the Golkar
candidates because of their jilbab-wearing wives.

The country’s Islamic parties have core supporters that are coveted by
the major parties, though the Islamic parties have failed to make
inroads among mainstream voters. In fact, in April’s legislative
elections, they suffered a steep drop in support compared with five
years ago, a decline interpreted as mainstream voters’ rejection of
Islam in politics.

Neng Dara Affiah, an official at Nahdlatul Ulama, the country’s
largest Islamic organization, which espouses moderate Islam, said the
fight over the meaning of wearing the jilbab was taking place between
“fundamentalists” and “progressives.”

The fundamentalists are trying to force women to wear the jilbab as an
act of submission, and had already done so in various municipalities
across the Indonesian archipelago in recent years, Neng said. For the
progressives, she said, wearing the jilbab was an expression of a
woman’s right.

“For women in Indonesia, whether they want to wear the jilbab or not
is their choice,” said Neng, who started wearing one five years ago.
“It shouldn’t be political.”

Despite being home to the world’s largest Muslim population, Indonesia
does not have a tradition of Islamic dress. Most Indonesian women
started wearing the jilbab in the last decade, after the fall in 1998
of President Suharto, who had kept a close grip on Islamic groups.

Fashion and clothing industry experts said the number of women wearing
jilbabs rose sharply in the past three years, for reasons of religion,
fashion or something undefined.

“If you ask 10 

[wanita-muslimah] 'Why I based superheroes on Islam'

2009-07-04 Terurut Topik Dwi Soegardi
http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/8127699.stm

 BBC NEWS
'Why I based superheroes on Islam'

The creator of a bestselling comic designed to show the world the
tolerant and peaceful face of Islam has written an open letter to his
young sons explaining how the project grew out of 9/11.

In the letter, written for the BBC News website, Kuwaiti psychologist
Dr Naif al-Mutawa, says his superheroes - inspired by the Koran and
known as THE 99 - were designed to take back Islam from militants
who had taken it hostage.

The comics, which now sell about one million copies a year in several
languages, are soon to be made into an animated film by Dutch media
company Endemol.

Early last year, Forbes magazine announced THE 99 were one of the 20
top pop culture trends sweeping the world.

My Dear Sons,

Today is 2 July 2009, and if global statistics are correct, I have
already lived the first half of my life. Life is short. That is why it
pains me when I am away from you.

WHAT IS THE 99?
# Each of the superheroes, 99 in all, is based on one of the 99
attributes of Allah in the Koran - everything from wisdom to
generosity - though they come from a variety of countries, and have
different physical characteristics
# None of them prays or reads the Koran, as they are meant to have
equal appeal to children of all faiths
# The stories hark back to the 1258 Mongol invasion of Baghdad that
left the city in ruins and the books from its great library lying in
the Tigris river
# In Dr Mutawa's vision, some librarians escape and place special
stones in the river to suck up wisdom otherwise lost
# Centuries later, the 99 stones are found in different corners of the
world by heroes from 99 countries, including the United States, Saudi
Arabia, Portugal, Hungary and Indonesia

Few things are as important as your future, but your future is tied to
that of every other young child. I am writing with the hope that one
day you will forgive me for leaving you as often as I do.

Hamad, when you were born in 1997, I wrote the third book in a series
that was recognised by Unesco. The series was about reconciling
tradition with modernity. Those who were threatened by it banned it. I
quit writing at the age of 27.

Faisal, when you were born in 2000, I was treating survivors of
political torture. I worked with disappointed children trapped in the
minds of men who grew up to idolise a leader, to see that leader as a
hero and then be tortured by him. I started to think very seriously
about whom your heroes were going to be.

Khalid, you were born in New York City, shortly after 9/11. I had
already made a decision that I needed to find a way to take back Islam
from its hostage takers, but I did not known how. The answer was
staring me in the face. It was a simple, and as difficult, as the
multiplication of 9 by 11: 99.

So, at the age of 32, I uncapped my pen to create a concept that could
be popular in the East and the West. I would go back to the very
sources from which others took violent and hateful messages and offer
messages of tolerance and peace in their place. I would give my heroes
a Trojan horse in the form of THE 99. Islam was my Helen. I wanted her
back.

THE 99 references the 99 attributes of Allah - generosity, mercy,
wisdom and dozens of others not used to describe Islam in the media
when you were growing up. But if I am successful, by the time you read
this, you will not believe that such an era could have ever existed.

“ Knowing that children will learn vicariously from THE 99 to be
tolerant of all who believe in doing unto others as we would have them
do unto us, makes me very proud ”

The powers of THE 99 come from the books of the great Dar al-Hikma
library of Baghdad, which was sacked in 1258. The books were from all
the world's cultures and religions. A secret plan leads to saving that
knowledge onto 99 gemstones that are later scattered throughout the
world. These stones fuel THE 99 heroes who are boys and girls from 99
countries.

Rayan, you were born in January 2006 in the midst of the Danish
Cartoon Controversy, which coincided with a positive review of THE 99
in the New York Times. The timing was fateful. Eighteen months
earlier, 54 investors from eight countries, representing various
religions, committed to invest in THE 99. Their support was humbling.
That same year, THE 99 stories appeared as a comic in the Middle East,
which led to its being licensed into several languages as far and wide
as North Africa, France, Indonesia, South Asia, Spain and the UK.

Rakan, by the time you were born in 2009, a lot had changed. By
seeking the blessing of an Islamic Investment Bank, we were allowed
into the most conservative places on the planet. Places that were
resistant to THE 99 opened up their markets to them and supported our
work. And THE 99 has spread like wildfire.

The year 2009 also witnessed the launch of THE 99 village Theme Park
in Kuwait. Seeing your brothers on rides that bear THE 99 artwork
brought tears to 

Re: [wanita-muslimah] Re: Andi: Belum Saatnya Orang Sulawesi Jadi Presiden + Wiranto: Pernyataan Andi Mallarangeng Picik

2009-07-04 Terurut Topik Ari Condro
mungkin engkoh jono tadi pagi kebanyakan minum brem bali, jadi rada
rada mendhem pas njawab di milis.



2009/7/4 Mia al...@yahoo.com:


 kikikikk...
 ternyata dalam memahami postingan Janoko, cara ini kukira bisa diterapkan,
 lebih dari ini jangan coba2 deh:
 1. preteli kalimat per kalimat
 2. golongkan kalimat itu benar atau salah (make sense ato nggak, jelas ato
 nggak)
 3. jangan coba2 mencari hubungan logika di antara kalimat Janoko, apalagi
 hubungan kalimatnya dengan kalimat orang lain.

 Misal:
 Yang jelas, suka tidak suka, budaya Jawa itu indah - jelas/true
 Dan yang lebih jelas lagi SUKU JAWA telah memberikan andil yang sangat
 besar atas tegaknya NKRI - jelas/true
 dan yang jelas itu merupakan sejarah, dan yang lebih jelas lagi Soekarno
 berkata bahwa bangsa yang besar bisa menghargai jasa pahlawannya -
 jelas/true
 Dan yang tidak jelas, kita mau mendengarkan pendapat tokoh besar atau
 mendengarkan tokoh yang tidak jelas ? - salah/kagak jelas

 Janoko Orang Jawa berwawasan global SALAH/KAGAK JELAS...:-)

 salam
 Mia

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko ko_j...@... wrote:

 Mia :
 Kalo bener Mallarangeng ngomong begitu, itu pernyataan sempit/picik, yang
 mungkin keluar begitu saja karena kebablasan atau terpancing,
 saking semangatnya mewakili bossnya.

 ---

 Janoko :

 Yang jelas, suka tidak suka, budaya Jawa itu indah. Dan yang lebih jelas
 lagi SUKU JAWA telah memberikan andil yang sangat besar atas tegaknya NKRI,
 dan yang jelas itu merupakan sejarah, dan yang lebih jelas lagi Soekarno
 berkata bahwa bangsa yang besar bisa menghargai jasa pahlawannya.
 Dan yang tidak jelas, kita mau mendengarkan pendapat tokoh besar atau
 mendengarkan tokoh yang tidak jelas ?

 Mikul Dhuwur Mendhem Jero, hormati Suharto, Soekarno, Habibi dan lain
 sebagainya.

 Salam

 Janoko
 Orang Jawa berwawasan global.

 -o0o-

 



-- 
salam,
Ari


[wanita-muslimah] Tiny Advantage

2009-07-04 Terurut Topik Dwi Soegardi
http://www.leftycartoons.com/another-mom-gets-screwed-over-by-a-tiny-advantage/

dan beberapa kartun feminis lainnya di

http://www.leftycartoons.com/category/feminist/


[wanita-muslimah] We have no law to protect children

2009-07-04 Terurut Topik sunny
http://www.arabnews.com/?page=13section=0article=124283d=5m=7y=2009

Sunday 5 July 2009 (12 Rajab 1430)


  We have no law to protect children
  Saud Al-Balawi | Al-Watan, s...@alwatan.com.sa
 

  The case of Raziah, a young Afghan girl living in the Kingdom, is vividly 
in our minds. The poor girl was kidnapped by an Egyptian resident in Madinah 
who molested her and violated her innocence. For four years, he sexually abused 
her although she was no more than 10. The man was caught by the security forces 
in Madinah and is now awaiting trial.

  Although the case is one that involves a clear violation of children's 
rights, it is not being considered under a special law protecting children. 
Rather, it is being looked at like any other crime. The criminal might be 
beheaded if he is convicted but this will not negate the Saudi need for special 
legislation to protect children against all crimes, the foremost of which is 
allowing very young girls to marry.

  All concerned government departments, as well as society at large, have 
sympathized with the case of this unfortunate Afghan girl. This massive 
expression of sympathy - both from society and the government - does not 
emanate from a solid principle that we can build on. 

  In the absence of a clear-cut legal framework, we will see more child 
abuse amidst the unjustified silence of concerned government departments, 
particularly the judiciary. An example here is the attitude of the judiciary 
regarding child marriages. Despite calls by the media and columnists to set a 
minimum age at which girls can marry, our society is still hesitant and 
skeptical in taking a solid stance on the crime of marrying young girls. 

  The latest example in these crimes is the case of Aminah, a 10-year-old 
elementary school student, who will be married to a man 15 years her senior. He 
will no doubt violate her childhood but it is a violation that is legitimized 
by both social norms and a silent judiciary.

  I have no doubt that the judiciary is the only government entity capable 
of making a law setting a Shariah-compliant age of consent and, at the same 
time, preserving the concept of human rights and taking into account 
contemporary changes. We should always remember that we are not only an 
integral part of the world but we are also under the global spotlight.

  According to international law, childhood is under the age of 18. In the 
Kingdom the age of maturity is still an unsettled issue with government 
departments being unable to agree on it.

  We have no set age at which girls can legally marry. The same is true for 
crimes and punishments. In courts, for instance, a man may be considered 
responsible for his crimes at the age of 15 while in the civil service, the age 
for employment is 17 though it is 18 in business and banking. Therefore, age is 
a vital element in defining various duties and responsibilities but the 
marriage of young girls in our society is looked upon as permissible.

  Some people give the example of the Prophet Muhammad's (peace be upon 
him) marriage to Ayesha (may God be pleased with her) as a justification for 
marrying their young daughters to much older men. It is true that Ayesha was 
nine years old when the Prophet married her, but according to recent books and 
research, she was not a child when she married. The marriage of the Prophet 
should not be used as a justification because it was something special for the 
Prophet as he had taken nine wives. 

  In this context, it is important to remember that the Kingdom is a 
signatory of the International Declaration of Human Rights and therefore we are 
obliged to carry out what we have agreed to.
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Nasib Mahasiswa Indonesia dan Dugaan Teroris

2009-07-04 Terurut Topik sunny
http://www.antaranews.com/view/?i=1246736956c=ARTs=PUM

Nasib Mahasiswa Indonesia dan Dugaan Teroris
Minggu, 5 Juli 2009 02:49 WIB | 
Fb Anggoro
Pekanbaru (ANTARA News) - Sebuah pesan singkat masuk ke telepon selular yang 
suaranya memecah keheningan dan mengagetkan Roudhatul Firdaus sekitar pukul 
00.00 WIB pada Sabtu tengah malam (4/7).

Pesan itu tertanda dari Fathurrahman, sang adik yang sedang berjarak ratusan 
kilometer dari kediaman Roudhatul di Jln. Gunung Kelud Pekanbaru, Riau. 

Isi pesan itu terus menggelayut di benar Roudhatul, menyisakan beragam 
pertanyaan. Intinya adalah meminta agar dirinya tidak mempublikasikan berita 
penganiayaan yang dilakukan polisi Mesir terhadap Fathurrahman dan tiga 
mahasiswa asal Riau yang kini terdaftar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir.

Usul ana (saya) tidak usah lagi dipublikasikan. KBRI tadi juga bilang begitu. 
Kita takut efek baliknya bisa memukul kita lagi. Apalagi di Mesir tidak jelas 
UUD-nya. Cancel saja semuanya, demikian isi pesan singkat yang ditunjukan 
Roudhatul kepada ANTARA ketika menemuinya pada Sabtu siang.

Pria berkulit sawo matang itu terus penasaran mencerna isi pesan tersebut. 
Hingga ia akhirnya mencoba menghubungi telepon genggam adiknya, namun nihil 
karena panggilannya ditolak Fatturahman.

Dia menutup telepon dari saya, tidak seperti biasanya. Padahal, saya tahu dia 
tidak sedang di dalam kelas karena sekarang kuliah sedang liburan musim panas. 
Sepertinya dia masih trauma, katanya.

Ia mengatakan beberapa hari terakhir merasa gusar setelah peristiwa 
penganiayaan menimpa adik kandungnya itu. Fathurrahman, 23 tahun, adalah salah 
satu korban dari empat mahasiswa Indonesia yang berasal dari Kabupaten Rokan 
Hulu, Riau, yang sempat ditahan selama tiga hari oleh kepolisian Mesir tanpa 
alasan yang jelas. 

Mereka antara lain Fathurrahman mahasiswa tingkat IV asal Desa Pematang 
Berangan, Kecamatan Rambah. Tiga korban lainnya adalah Ahmad Yunus yang juga 
mahasiswa tingkat IV asal Kecamatan Bangun Purba, Azril mahasiswa tingkat I 
asal Rokan IV Koto dan Tasrih Sugandi mahasiswa tingkat I asal daerah 
transmigrasi SP4.

Penahanan empat mahasiswa tersebut dilakukan Amni Daulah (polisi Mesir) pada 
28 Juni 2009 hingga dibebaskan 1 Juli 2009. Mereka dijemput paksa dari sebuah 
rumah kost di Kairo. Dalam proses introgasi para mahasiswa mengaku sempat 
dianiaya seperti ditelanjangi, dipukuli dan disetrum. Bahkan, Fatturahman 
mengaku sempat disetrum di kemaluannya dan meninggalkan bekas luka-luka.

Kabar penahanan didapatkan Roudhatul dari salah satu kawan di Pekanbaru, yang 
berhubungan dengan rekan Fathurrahman di Mesir, pada 30 Juni lalu. 

Namun, saat itu Roudhatul tidak bisa bisa menghubungi adiknya karena masih di 
tahanan. Roudhatul baru bisa menghubungi Fatturahman lewat layanan obrolan via 
internet dan telepon pada Kamis (2/7), setelah mahasiswa itu dibebaskan.

Saya kira penangkapan itu biasa saja, tapi saya terkejut karena ternyata 
mereka juga disiksa di tahanan, ujarnya.

Diduga Teroris

Menurut Roudhatul Firdaus, Fathurrahman sempat menceritakan kronologis 
peristiwa penganiayaan empat mahasiswa tersebut. Awalnya, kepolisian Mesir 
menyantroni rumah yang disewa para mahasiswa itu pada 28 Juni sekitar pukul 
02.30 waktu setempat. 

Saat itu polisi yang datang berjumlah 12 orang, lima diantaranya lengkap dengan 
sejata di tangan. Sedangkan lima orang polisi lainnya hanya mengenakan pakaian 
seperti warga sipil, seorang polisi lainnya terlihat membawa linggis, dan satu 
orang lagi membawa penggunting kawat.

Malam itu keempat mahasiswa sedang berada di rumah sewaan bersama seorang tamu 
yang bernama Jakfar. Fathurrahman menyewa tempat kos tersebut bersama empat 
mahasiswa Indonesia lainnya. Namun saat kejadian temannya yang bernama Ismail 
Nasution asal Tapanuli Selatan (Sumatera Utara) tidak ada ditempat itu.

Para mahasiswa itu mempersilakan polisi tersebut untuk masuk dan mereka 
menanyakan visa, sementara beberapa polisi lainnya langsung menggeledah rumah 
tanpa memberitahu maksud dan tujuan ataupun menunjukan surat penggeledahan. 
Kira-kira setelah 15 menit menggeledah rumah, ujar Roudhatul, polisi tampaknya 
tidak menemukan apa yang mereka cari.

Adik saya (Fathurrahman) sempat menangkap pembicaraan telepon seorang polisi 
kalau yang dicari-cari tidak ditemukan, kata Roudhatul.

Berdasarkan informasi, lanjutnya, polisi Mesir sebenarnya mengincar Ismail 
tanpa diketahui alasannya. Roudhatul mengatakan, polisi saat itu akhirnya 
menyuruh para mahasiswa untuk menyalakan semua komputer milik mereka, terdapat 
tiga komputer di rumah tersebut, tapi tetap tidak menemukan apa yang mereka 
cari. 

Namun, tiba-tiba para polisi naik pitam karena melihat poster Syeikh Ahman 
Yasin, salah satu pemimpin Hamas Palestina, milik Ismail Nasution di salah satu 
dinding kamar dan memerintahkan agar benda itu segera ditanggalkan. 

Seorang mahasiswa yang mencoba menanggalkan poster itu mendapat tiga kali 
pukulan di punggung karena polisi 

[wanita-muslimah] JK Ditanya Soal Anti-China

2009-07-04 Terurut Topik sunny
http://www.antaranews.com/view/?i=1246722456c=NASs=POL

JK Ditanya Soal Anti-China
Sabtu, 4 Juli 2009 22:47 WIB | 
Surabaya (ANTARA News) - Calon Presiden (Capres) Jusuf Kalla (JK) ditanya oleh 
pengusaha etnis Tionghoa mengenai pandangannya yang selama ini dianggap tidak 
berpihak pada pengusaha etnis Tionghoa di Indonesia atau anti-China.

Pak JK sering kali menjelek-jelekkan pengusaha etnis Tionghoa. Bahkan di 
Malaysia, Pak JK juga melakukan hal itu. Saya ingin tanggapan Pak JK terkait 
masalah ini, kata Ketua Perhimpunan Pengusaha Tionghoa Surabaya, William 
Rahardja, saat bertemu JK, di Empire Palace, Surabaya, Sabtu malam.

Menurut dia, sikap JK sangat merugikan para pengusaha etnis Tionghoa yang ada 
di Indonesia. Padahal, sejak reformasi, di Indonesia sudah tidak ada lagi 
istilah pengusaha pribumi dan nonpribumi, katanya.

Menanggapi pertanyaan itu, JK mengawali penjelasan mengenai kondisi 
perekonomian di Indonesia yang masih belum menunjukkan adanya pemerataan.

Padahal, supaya negeri ini aman, perlu adanya pemerataan. Anda punya rumah dan 
hotel bagus, tentu tidak akan aman, jika tetangga di sekitar Anda banyak yang 
miskin. Gap perekonomian kita terlalu tinggi, katanya. 

Ia lalu menyebutkan peristiwa kerusuhan Mei 1998. Mei 1998 itu bukan peristiwa 
politik, tapi gejolak sosial ekonomi sehingga terjadilah huru-hara, kata Ketua 
Umum Partai Golkar itu. 

Oleh sebab itu, untuk mewujudkan pemerataan, perlu ada peningkatan bantuan 
permodalan bagi kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Keadaan sekarang ini terbalik, yang besar dapat kredit dengan bunga rendah, 
sedangkan yang kecil bunganya tinggi, kata pria yang sebelumnya dikenal 
sebagai pengusaha itu.

Menurut dia, pemerataan itu bukan berarti harus rasial. Justru saya ingin 
semua pengusaha ini bersatu menjadi pengusaha Indonesia. Untuk itu, saya tidak 
memiliki komitmen apapun, baik dengan pengusaha Jawa, pengusaha Tionghoa, 
pengusaha Kalimantan, pengusaha Sulawesi, maupun pengusaha lainnya, katanya 
dalam acara pertemuan dengan para pengusaha yang digagas Komite Tionghoa 
Indonesia Peduli Pemilu itu.

Menurut dia, kalau tidak ada upaya peningkatan dan perhatian terhadap pengusaha 
pribumi, negara ini akan pincang. 

Sementara itu, juru bicara pengusaha keturunan Tionghoa, Sofjan Wanandi, yang 
hadir pertemuan itu, menganggap, JK tidak anti-China.

Lebih dari 40 tahun saya kenal JK ketika sama-sama sebagai aktifis mahasiswa. 
Isu mengenai JK anti-China itu lebih banyak karena adanya persaingan dagang 
antara pedagang China dengan pedagang Bugis. Kebetulan JK orang Bugis. Dan 
antara orang China dengan orang Bugis sama-sama jago berdagang, kata Ketua 
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu. 

Menurut dia, kalau JK rasial, tentu tidak akan bisa menyelesaikan konflik 
horisontal yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah. Demikian halnya dengan yang 
terjadi Aceh.

Selain soal anti-China, JK juga disambati masalah pembangunan Pasar Turi yang 
habis terbakar, penyelesaian sengketa ganti rugi dalam peristiwa semburan 
lumpur panas PT Lapindo Brantas, dan meningkatnya pertumbuhan pasar modern.(*)

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Nota Protes Direspon Pembebasan, RI akan Minta Jaminan ke Mesir

2009-07-04 Terurut Topik sunny
Refleksi :  Perbedaan antara  warganegara  di mata pihak berkuasa NKRI.  TKI 
/TKW tidak dibayarr gaji,  diperkosa, disiksa tidak terdengar adanya nota 
protes.

http://www.detiknews.com/read/2009/07/05/073039/1159208/10/nota-protes-direspon-pembebasan-ri-akan-minta-jaminan-ke-mesir

Minggu, 05/07/2009 07:30 WIB



4 Mahasiswa Disiksa di Mesir
Nota Protes Direspon Pembebasan, RI akan Minta Jaminan ke Mesir
Nograhany Widhi K - detikNews

Jakarta - Departemen Luar Negeri (Deplu) sudah mengirimkan nota protes ke 
Pemerintah Mesir pada 30 Juni 2009 lalu. Tak cukup, Deplu akan meminta waktu 
bertemu dengan pejabat Deplu Mesir untuk meminta jaminan kekerasan serupa tak 
diulangi lagi.

Kita sudah mengirimkan nota 30 Juni lalu. Dan juga saat ini sedang menyatakan 
meminta waktu untuk bisa bertemu pejabat tinggi Deplu di sana (Mesir), ujar 
Juru Bicara Deplu Teuku Faizasyah kepada detikcom, Minggu (5/7/2009).

Bagaimanapun Deplu akan menempuh jalur diplomatik untuk mengklarifikasi 
penyiksaan yang dialami 4 mahasiswa Indonesia di Mesir. Nota protes itu sudah 
direspon salah satunya dengan pembebasan mahasiswa. Sedangkan jadwal pertemuan 
yang diminta Deplu belum dijawab.

Belum. Kan hari libur di sana. Kita sudah sampaikan nota, berangkat dari situ 
mendorong dilepaskannya mahasiswa kita. Kita minta penjelasan tentang 
penangkapan agar mereka dibebaskan kalau mereka tak terbukti bersalah karena 
dugaan aktivitas politik, jelas dia.

Maka pada 1 Juli 2009 lalu keempat mahasiswa tersebut dibebaskan. Sedangkan 
untuk jaminan bahwa Mesir tak mengulangi perbuatannya lagi, akan disampaikan 
setelah pejabat Deplu RI dan Deplu Mesir bertemu.

Kita akan mintakan dalam kesempatan pertemuan nanti. Ya karena Mesir adalah 
negara yang menerapkan darurat militer, sehingga peran aparat keamanan sangat 
menonjol. Kita akan minta perhatian pemerintah tentang kasus salah tangkap 
ini, tutur Faizasyah.

Sedangkan keempat mahasiswa itu, Faizasyah mengatakan keadaannya sudah lebih 
baik. Saya mendapat informasi mereka telah menyampaikan bahwa ingin terus 
melanjutkan sekolahnya, tandasnya.

Empat mahasiswa Indonesia di Mesir dianiaya oleh polisi setempat. Mereka 
ditelanjangi dan disetrum selama 3 hari. Kejadian itu bermula ketika pada 28 
Juni lalu polisi Mesir menggerebek kos-kosan mereka untuk mencari mahasiswa 
asal Tapanuli bernama Ismail Nasution.

Ismail ini dicari polisi karena diketahui membuka situs Ikhwanul Muslimin 
Online dan diduga menjadi bagian dari jaringan Islam radikal. Tak menemukan 
Ismail, polisi malah menangkap 4 mahasiswa lain asal Kabupaten Rokanhulu, 
Pekanbaru, Riau. Mereka adalah Faturrahman, Arjil, Ahmad Yunus, dan Tafri 
Sugand yang merupakan mahasiswa Universitas Al Azhar.

(nwk/nwk) 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Jalan Menuju Suramadu Rusak

2009-07-04 Terurut Topik sunny
Refleksi: Mungkin Jalan rusak adalah suatu cara untuk menciptakan lapangan 
kerja. Bila demikian halnya maka makin banyak jalan rusak makin banyak pula 
lapanagan kerja :-)

http://www.gatra.com/artikel.php?id=127915


Jalan Menuju Suramadu Rusak


Bangkalan, 4 Juli 2009 13:48
Jalan menuju Jembatan Nasional Surabaya-Madura (Suramadu) sisi Madura, di 
Kampung Sekar Bungoh, Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten 
Bangkalan, sudah mulai berlubang, bahkan ambles.

Kerusakan terparah terjadi di radiuas 100 meter dari pintu masuk tol Jembatan 
Suramadu sisi Madura pada sebelah barat, terang salah seorang pengendara 
motor, Achmad Subaidi, Sabtu (4/7).

Subaidi menjelaskan, kerusakan jalan itu terlihat menganga lebar dan hanya 
ditimbun dengan batu kerikil supaya rata. Namun, tetap saja rusak.

Masak, baru tiga pekan dioperasionalkan, jalan menuju tol Jembatan Suramadu 
sudah ada yang rusak, apa mungkin bisa bertahan sampai 100 tahun, kata Subaidi.

Sementara itu, Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Suramadu sisi Madura, Ir. Siswo 
Dwiyanto, membenarkan adanya beberapa bagian jalan yang rusak, bahkan ada yang 
ambles.

Setelah dicek di lapangan, ternyata jalan yang rusak itu di luar tanggung 
jawab kita, karena kerusakan itu berada di luar marka jalan, terang Siswo.

Menurut Siswo, rusaknya jalan tersebut bukan karena tidak mampu menahan 
lonjakan pengguna jalan yang melintas di Suramadu. Tapi, kerusakan ini sudah 
ada sejak peresmian tol Jembatan Suramadu oleh Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono (SBY), pada 10 Juni 2009.

Sebab, saat peresmian bulan Juni banyak mendatangkan alat berat, sehingga 
menyebabkan jalan berlubang dan ambles, ucapnya.

Ia menambahkan, pihaknya tetap akan memerbaiki jalan yang berlubang dan ambles 
itu, meski bukan tanggung jawabnya. Dalam waktu dekat, kami akan minta bantuan 
kontraktor untuk segera meratakan lubang di jalan tersebut, katanya. [TMA, 
Ant] 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Kontrak Politik Bukan Dokumen Hukum

2009-07-04 Terurut Topik sunny
Refleksi: Kalau mau dibodohkan, tentu akan yakin bahwa kontrak politik yang 
disodorkan pada rapat umum mempunyai kekuatan hukum.

Jawa Pos
[ Kamis, 02 Juli 2009 ] 


Kontrak Politik Bukan Dokumen Hukum 
Oleh: M. Hadi Shubhan 


SETIAP momen pemilihan umum, baik pemilu kepala daerah, pemilu legislatif, 
pemilu DPD, maupun pemilu presiden, masyarakat selalu dicekoki oleh berbagai 
macam kontrak politik. Para calon sering menyodorkan kontrak politik untuk 
melegitimasi dirinya dalam ajang kompetisi politik tersebut. Persoalannya 
adalah benarkah kontrak politik dapat dijadikan alas hak bagi rakyat untuk 
menggugat kandidat ke pengadilan agar memenuhi apa yang sudah menjadi 
komitmennya atau melaporkan secara pidana ke penyidik dengan dasar suatu tindak 
pidana, misalnya, penipuan? Dapatkah kontrak politik itu di-enforce 
(ditegakkan) secara hukum?

Fenomena kontrak politik, terlebih sekarang menjelang pemilihan presiden, 
sebenarnya merupakan sebuah refleksi dari krisis kepercayaan masyarakat 
terhadap apa yang sering diucapkan atau yang dijanjikan oleh seorang calon 
presiden. Dikatakan sebagai refleksi dari krisis kepercayaan rakyat karena 
dengan kontrak politik tersebut, seorang calon perlu meyakinkan rakyat mengenai 
komitmen politiknya dalam sebuah kontrak di mana ucapannya secara lisan sudah 
tidak dapat lagi menjadi pegangannya. Ini adalah sebuah pertanda degradasi 
moral bagi para calon yang bersyahwat ingin memimpin negeri ini.

Kontrak politik yang sering dilakukan para kandidat dibuat dengan bahasa umum 
tanpa suatu klasifikasi tertentu dan bukan dengan bahasa dan klasifikasi hukum. 
Karena dibuat dengan bahasa yang abstrak dan tidak memiliki makna hukum, dapat 
dipastikan kontrak politik tidak dapat ditegakkan dalam ranah hukum (non 
enforceable). Karena kontrak politik tidak memiliki implikasi yuridis, selembar 
kontrak politik hanyalah seonggok kertas yang tidak bermakna apa pun.

Kontrak politik sengaja dibuat dengan suatu bahasa yang abstrak. Misalnya, jika 
terplilih menjadi presiden, akan memperjuangkan aspirasi rakyat. Tidak jelas 
apa makna memperjuangkan serta tidak jelas apa yang dimaksud dengan aspirasi 
rakyat. Karena tidak ada tolok ukur variabel-variabel tersebut, sulit jika si 
pengontrak politik tersebut sudah jadi presiden dapat di-judgment bahwa ia 
telah melanggar kontrak politik. 

Kontrak politik kadang mengandung klausul yang 'lucu'. Klausul tersebut, 
misalnya, jika dia terpilih nanti, gajinya akan diberikan kepada rakyat. Tidak 
dijelaskan rakyat yang mana, kapan akan diberikan, dan caranya bagaimana. Jika 
faktanya nanti setelah terpilih, gajinya diserahkan pada anak dan istrinya, si 
kandidat tersebut tidak melanggar kontrak politik, karena istri dan anaknya 
adalah bagian dari rakyat.

Terdapat pula isi kontrak politik yang menunjukkan kenaifan si calon presiden. 
Misalnya, jika terpilih menjadi presiden, dia akan mencabut undang-undang 
tertentu. Dikatakan naif karena mencabut suatu undang-undang bukan kewenangan 
seorang presiden. Presiden adalah lembaga eksekutif dan bukan lembaga 
legislator yang punya kewenangan membuat ataupun mencabut sebuah undang-undang. 

Sering pula dalam suatu kontrak politik, kandidat melibatkan seorang notaris 
dengan maksud agar tercipta suatu persepsi bahwa kontrak politik itu adalah 
suatu dokumen hukum dan dapat dijadikan pegangan oleh pihak-pihak yang 
bersangkutan. Ini juga kesalahkaprahan yang bersangkutan. Keterlibatan notaris 
dalam kontrak politik biasanya hanya melegalisasi atau melakukan warwerken 
(pencatatan tanggal). Jika yang dilakukan seperti itu, surat yang dilegalisasi 
atau di-warmerk tersebut tidak bisa menjadi suatu akta otentik, melainkan tetap 
menjadi sebuah surat biasa.

***

Kontrak politik bukanlah sebuah peraturan perundang-undangan karena bukan 
dibuat oleh sebuah lembaga yang memiliki otoritas, berbeda dengan GBHN pada 
zaman dulu dan RPJPM pada zaman sekarang. Kontrak politik juga bukan sebuah 
kontrak hukum bagi para pihak yang dapat dituntut pemenuhannya melalui sebuah 
lembaga hukum yang berbentuk pengadilan. Hal ini karena isi dan ruang lingkup 
kontrak politik sangat umum dan abstrak, sedangkan kontrak hukum haruslah 
detail. Ini karena hukum pada hakikatnya adalah perdetailan. Tanpa ketentuan 
yang detail, akan sangat sulit men-judgment bahwa yang menandatangani kontrak 
telah melakukan wanprsetasi.

Selain itu, efektivitas kontrak politik juga sangat layak disangsikan. Di 
negeri yang fatsun politiknya tidak dipegang oleh para politisi, jangankan 
sebuah kontrak politik, suatu putusan pengadilan pun dengan tanpa beban tidak 
ditaati oleh banyak pejabat pemerintah. Ada suatu penelitian yang membuktikan 
bahwa lebih dari 85 persen putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) tidak 
ditaati oleh pejabat TUN. Jika putusan pengadilan pun tidak ditaati, apalah 
arti sebuah kontrak politik.

Memilih pemimpin sejatinya tidak dapat hanya melihat apa yang akan dilakukan ke 
depan, baik yang diucapkan maupun 

[wanita-muslimah] Depag Keluar Rp 60 Miliar Untuk Biayai Pergantian Paspor Cokelat ke Hijau

2009-07-04 Terurut Topik sunny
Jawa Pos
[ Jum'at, 03 Juli 2009 ] 

Depag Keluar Rp 60 Miliar Untuk Biayai Pergantian Paspor Cokelat ke Hijau 


JAKARTA - Lobi pemerintah Indonesia kepada Kerajaan Arab Saudi agar mengizinkan 
penggunaan paspor khusus (cokelat) untuk calon jamaah haji telah ditolak. 
Artinya, mulai tahun ini para calon tamu Allah itu harus menggunakan paspor 
hijau. Bagi Depag sebagai penyelenggara haji, keputusan tersebut merepotkan. 

Salah satu yang merepotkan itu, Depag harus menanggung biaya pengurusan paspor 
hijau yang jauh lebih mahal daripada paspor cokelat. Sebagai gambaran, biaya 
pengurusan paspor cokelat sekitar Rp 5.000. Paspor ini juga hanya sekali pakai 
untuk haji. Sedangkan biaya pengurusan paspor hijau (internasional) sekitar Rp 
270 ribu. Masa berlakunya lima tahun dan bisa multifungsi. Selisih biaya antara 
paspor cokelat dan hijau inilah (sekitar Rp 265 ribu) yang ditanggung 
pemerintah. 

Jadi, para jamaah tak perlu khawatir, kata Sekretaris Dirjen Haji dan Umrah 
Abdul Ghafur Djawahir ketika ditemui di kantornya kemarin (2/7).

Dia memastikan, pemerintah segera memproses pengurusan paspor hijau bagi jamaah 
haji 2009 yang berjumlah total 210 ribu. ''Yang jelas, jamaah tidak perlu resah 
karena paspor hijau ini gratis. Mekanisme pengurusan ke kantor imigrasi masih 
kami matangkan,'' ujar alumnus Universitas Al-Azhar itu.

Seperti diketahui, pada 3 Desember 2008, Kementerian Urusan Haji Arab Saudi 
mengeluarkan peraturan yang mewajibkan jamaah haji dari berbagai negara 
menggunakan paspor internasional (paspor hijau). Peraturan tersebut mulai 
diberlakukan pada 2009. Sebagai negara dengan kuota haji terbesar di dunia, 
Indonesia telah melakukan lobi, namun ternyata ditolak pemerintah Arab.

Untuk itu, Depag menyiapkan dana Rp 60 miliar sebagai biaya pengurusan paspor 
hijau. Anggaran itu dialokasikan dari indirect cost yang merupakan dana 
optimalisasi setoran haji alias bunga setoran selama antrean pemberangkatan. 
''Depag dan Ditjen Imigrasi akan membentuk tim untuk membahas masalah ini 
secara teknis,'' ujarnya.

Hal teknis yang cukup substansial adalah menyangkut migrasi data calon jamaah 
haji yang ada di database Depag ke Ditjen imigrasi. Juga menyangkut penggunaan 
lembar paspor, apakah 12, 24, atau 48 halaman. Selain itu, foto calon haji 
apakah cukup di-scann atau setiap orang harus datang ke kantor imigrasi untuk 
foto langsung. Juga perlu kejelasan terkait siapa saja jamaah haji yang telah 
memiliki paspor. ''Belum lagi jamaah yang tinggal jauh dari kantor imigrasi. 
Seperti apa mereka nanti. Internal imigrasi juga sedang mencermati 
aturan-aturan yang ada serta bentuk layanan kepada jamaah haji ini,'' tambah 
Ghafur.

Depag, kata Ghafur, menargetkan semua hal teknis terkait perubahan aturan 
penggunaan paspor itu tuntas pada pertengahan September. Selain itu, paling 
lambat 15 hari kerja sebelum pemberangkatan haji kloter pertama (25 Oktober 
2009) semua visa dan paspor harus sudah ada di tangan jamaah. ''Itu akan kami 
proses karena antrean haji setiap tahun semakin banyak. Sekarang sudah mencapai 
817 ribu orang,'' jelasnya.

Bagaimana jamaah yang paspor hijaunya bermasalah? Karena setiap warga negara 
hanya berhak memiliki satu paspor, kata Ghafur, tentu ada upaya teknis agar 
mereka mendapat perlakuan khusus dari imigrasi. ''Itu sedang kami bahas juga 
dengan Kedubes Arab Saudi,'' ujarnya.

Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni menyampaikan bahwa pemerintah dapat 
memahami kebijakan Arab Saudi yang mewajibkan jamaah haji dari seluruh dunia 
menggunakan paspor internasional. Maftuh mengatakan, hal itu tidak akan terjadi 
pada 2010. Sebab, ketika itu mungkin pemerintah telah merevisi UU No 9 Tahun 
1992 tentang Keimigrasian dan UU 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah 
Haji. ''Ini sudah risiko karena kita semua adalah tamu di negara Arab Saudi,'' 
ujarnya.

Di bagian lain, Ketua Komisi VIII DPR Hazrul Azwar mendesak pemerintah untuk 
segera membuat rancangan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) 
tentang penggunaan paspor hijau untuk jamaah haji. ''Ini agar penyelenggaraan 
ibadah haji tidak terganggu dan memanfaatkan waktu yang ada,'' ujar Hazrul.

Menurut dia, Depag dan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkum ham) agar 
segera berkoordinasi untuk membuat perppu. Dengan demikian, kebijakan 
pemerintah Saudi yang mulai memberlakukan paspor hijau pada musim haji 1430 
Hijriah atau 2009 tidak menjadi problem yang berlarut-larut. 

''Agar tidak ada penundaan waktu untuk membuat perppu, mengingat pemberangkatan 
kelompok terbang (kloter) pertama dimulai pada 25 Oktober 2009,'' terangnya. 
(zul/kum)



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] (Perbankan Rasional Larangan Riba)

2009-07-04 Terurut Topik adamleagle
Fakta Perbincangan: Rumah berharga RM100k, pinjaman selama 30 tahun, dan 
anggaran kadar riba pada kadar 9% setahun + BLR. Mengikut Bai-Bithaman Ajil, 
bank akan membeli rumah darpada pemaju pada harga RM100k, dan menjualkan kepada 
anda pada harga RM400k. Kenapa rumah berharga RM100k menjadi RM400k? Ini kerana 
bank telah mencampurkan kiraan riba 9% setahun  BLR untuk tempoh 30 tahun 
(($9,000 + BLR) x 30 tahun + RM100k). Oleh itu kita mengambil angka terdekat 
kepada RM400k sebagai Harga Jualan kepada Peminjam.

Sistem inilah yang didakwa ulama-ulama perbankan Islam sebagai bukan riba, 
tetapi perniagaan. Ini kerana tiada faedah, tetapi Harga Jualan. Terlebih 
dahulu saya katakan ini adalah riba dan tiada bezanya dengan pengajaran dari 
cerita larangan menangkap ikan pada hari Sabtu.

Maksudnya: …Dan bertanyalah kepada mereka (wahai Muhammad) mengenai (penduduk) 
bandar yang letaknya di tepi laut, semasa mereka melanggar larangan pada hari 
Sabtu, ketika datang kepada mereka pada hari Sabtu itu ikan-ikan (yang menjadi 
cubaan kepada) mereka, yang kelihatan timbul di muka air; sedang pada hari-hari 
lain, ikan-ikan itu tidak pula datang kepada mereka. Demikianlah kami menguji 
mereka (dengan cubaan itu) kerana mereka sentiasa berlaku fasik…; 
Al-A'raaf:163 

Perbuatan ulama hari ini membenarkan riba telah digambarkan dalam surah 
Al-A'raaf. Kisahnya di mana terdapat suatu kampung Yahudi yang dilarang 
menangkap ikan di hari Sabtu. Namun di bawah taqdir Allah ikan-ikan itu hanya 
muncul ke permukaan air laut di hari Sabtu sedangkan di hari-hari lainnya ikan 
tidak muncul. Maka apa yang dilakukan warga kampung itu? Mereke meletakkan jala 
ikan di malam Sabtu. Lalu pada hari Sabtu mereka menyaksikan ikan-ikan tersebut 
masuk ke dalam jeratan jala yang telah mereka pasang. Kemudian begitu tiba hari 
ahad mereka gulung jala tadi sebelum ikan-ikan tersebut sempat keluar darinya.

Oleh itu adakah mereka menangkap ikan pada hari Sabtu? Mereka menyatakan 
larangan Allah ialah menangkap ikan dan mereka hanya mengepung tetapi tidak 
menangkapnya. Mereka ini cuba berlaku bijak, maka Allah menukar mereka kepada 
monyet dan khinzir. Apakah pengajarannya pada sistem perbankan Islam hari ini? 
Tiada bezanya dan mereka menjawab …larangan Allah ialah transaksi riba dan 
mereka hanya menukarkan maksud riba kepada Harga Jualan (iaitu perniagaan)….  
Kehidupan ini sangat singkat dan kita lihat sahaja nanti siapakah yang bijak, 
mereka atau Allah swt. Sekarang kita teruskan dengan rasional dan penjelasan 
larangan riba (bersambung di 
http://muslimvillage.wordpress.com/2009/07/04/0407/)



Re: [wanita-muslimah] Jalan Menuju Suramadu Rusak

2009-07-04 Terurut Topik Ari Condro
nuduh mode on :
kontraktor di madura banyak yg korupsi ?  :p



2009/7/5 sunny am...@tele2.se:


 Refleksi: Mungkin Jalan rusak adalah suatu cara untuk menciptakan lapangan
 kerja. Bila demikian halnya maka makin banyak jalan rusak makin banyak pula
 lapanagan kerja :-)

 http://www.gatra.com/artikel.php?id=127915

 Jalan Menuju Suramadu Rusak

 Bangkalan, 4 Juli 2009 13:48
 Jalan menuju Jembatan Nasional Surabaya-Madura (Suramadu) sisi Madura, di
 Kampung Sekar Bungoh, Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten
 Bangkalan, sudah mulai berlubang, bahkan ambles.

 Kerusakan terparah terjadi di radiuas 100 meter dari pintu masuk tol
 Jembatan Suramadu sisi Madura pada sebelah barat, terang salah seorang
 pengendara motor, Achmad Subaidi, Sabtu (4/7).

 Subaidi menjelaskan, kerusakan jalan itu terlihat menganga lebar dan hanya
 ditimbun dengan batu kerikil supaya rata. Namun, tetap saja rusak.

 Masak, baru tiga pekan dioperasionalkan, jalan menuju tol Jembatan Suramadu
 sudah ada yang rusak, apa mungkin bisa bertahan sampai 100 tahun, kata
 Subaidi.

 Sementara itu, Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Suramadu sisi Madura, Ir.
 Siswo Dwiyanto, membenarkan adanya beberapa bagian jalan yang rusak, bahkan
 ada yang ambles.

 Setelah dicek di lapangan, ternyata jalan yang rusak itu di luar tanggung
 jawab kita, karena kerusakan itu berada di luar marka jalan, terang Siswo.

 Menurut Siswo, rusaknya jalan tersebut bukan karena tidak mampu menahan
 lonjakan pengguna jalan yang melintas di Suramadu. Tapi, kerusakan ini sudah
 ada sejak peresmian tol Jembatan Suramadu oleh Presiden Susilo Bambang
 Yudhoyono (SBY), pada 10 Juni 2009.

 Sebab, saat peresmian bulan Juni banyak mendatangkan alat berat, sehingga
 menyebabkan jalan berlubang dan ambles, ucapnya.

 Ia menambahkan, pihaknya tetap akan memerbaiki jalan yang berlubang dan
 ambles itu, meski bukan tanggung jawabnya. Dalam waktu dekat, kami akan
 minta bantuan kontraktor untuk segera meratakan lubang di jalan tersebut,
 katanya. [TMA, Ant]

 [Non-text portions of this message have been removed]

 



-- 
salam,
Ari


[wanita-muslimah] Message from President Zelaya to the Honduran people

2009-07-04 Terurut Topik sunny
http://www.granma.cu/ingles/2009/julio/sab4/28MessH.html



   Havana.  July 4, 2009
 

 
  Message from President Zelaya to the Honduran people
  . Announcing his return to Tegucigalpa this Sunday

  TEGUCIGALPA, July 4 (PL).-President Manuel Zelaya sent a message to the 
Honduran people today assuring them that he is prepared to make any effort and 
any sacrifice to obtain the freedom that the country needs.

  Below is President Zelaya's proclamation prior to his return tomorrow to 
this Central American nation to reoccupy his post after the coup d'état on June 
28.

  Proclamation of José Manuel Zelaya, constitutional president of the 
Republic of Honduras, to the nation, July 4, 2009. 

   Compañeros and compañeras;

  Honduran compatriots:

  This is your President Manuel Zelaya Rosales speaking to you.

  I want to tell you that my life's destiny is bound to the destiny of the 
Honduran people.

  Compañeros and compañeras;

  In the morning of June 28, while I was getting ready to go to exercise my 
vote in a referendum promoted by the Honduran people, I was the victim of 
outrages, of assault and violation, kidnapping; I was taken prisoner and 
expelled from my country by the military forces of Honduras; military forces 
that today have lent themselves to and are in complicity with the voracious 
elite that is exploiting and asphyxiating our people. They are obeying its 
orders, they are not defending our nation or our democracy.

  This cruel blow is against the Honduran nation and has exposed before the 
world that in Honduras there is now a species of barbarity and persons who have 
no awareness of the damage that they are inflicting on our country and its 
future generations.

  Via this means of communication I am urging that we continue with the 
participation of the people, the principal actors in our democracy and in the 
solutions that there can be to the major problems of poverty and inequality 
that our nation is experiencing.

  We Hondurans we have confronted many problems and we have always known 
how to unite in order to move forward, and this is a great opportunity to 
demonstrate to the world that we Hondurans are capable of standing up to these 
problems and advancing, despite the obstacles of this criminal sect that is 
currently trying to appropriate the fate of our nation and of our sons and 
daughters.

  I am talking to you, coup perpetrators, traitors, Judases who kissed my 
cheek before proceeding to deliver a great blow to our country and to democracy.

  You have to rectify things as soon as you possibly can, you are 
surrounded. The world has made you a vacuum, all the nations of the world have 
condemned you, without exception, there is a general repudiation of you; your 
deeds are not going to go by in vain, because the international courts will 
have to impute you for the genocide that you are committing in our country by 
suppressing liberties, by repressing our people.

  I am organizing my return to Honduras. I ask all campesinos, housewives, 
inhabitants, indigenous peoples, youth, the various labor organizations, 
businesspeople; the various political friends that I have throughout the 
national territory: mayors and deputies, to accompany me on my return to 
Honduras, which is the return of the president elected by the sovereign will of 
the people. This is the only means of electing presidents in Honduras; we will 
not lose our right, we will not allow individuals to start to make decisions 
that correspond to the Honduran people through their legitimacy and their 
popular will.

  I am prepared to make any effort, any sacrifice to obtain the freedom 
that our country needs.

  Either we are free or we will be permanent slaves, if we lack the valor 
to defend ourselves!

  Do not carry weapons, no weapons! Practice what I have always preached: 
non-violence. Let them be the ones to bear violence, weapons and repression, 
and I will make the coup perpetrators responsible for every life, for every 
person, for the physical integrity of everybody, and for the dignity of the 
Honduran people.

  We are going to appear at the international airport of Honduras in 
Tegucigalpa with various presidents, various members of the international 
community and, on Sunday, this Sunday, we shall be in Tegucigalpa embracing 
each other, accompanying each other, in order to assert what we have so much 
defended in our lives, which is the will of God through the will of the people.

  Greetings, compatriots.

  May God protect and bless us all!
 


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Jalan Menuju Suramadu Rusak

2009-07-04 Terurut Topik Irwan Kurniawan
(dengan logika yg sama)
Semua kontraktor di tempat/wilayah yg jalannya rusak, korupsi semua?

-- 
Wassalam,

Irwan.K
Better team works could lead us to better results
http://irwank.blogspot.com


Pada 5 Juli 2009 10:39, Ari Condro masar...@gmail.com menulis:



 nuduh mode on :
 kontraktor di madura banyak yg korupsi ? :p

 2009/7/5 sunny am...@tele2.se ambon%40tele2.se:

 
 
  Refleksi: Mungkin Jalan rusak adalah suatu cara untuk menciptakan
 lapangan
  kerja. Bila demikian halnya maka makin banyak jalan rusak makin banyak
 pula
  lapanagan kerja :-)
 
  http://www.gatra.com/artikel.php?id=127915
 
  Jalan Menuju Suramadu Rusak
 
  Bangkalan, 4 Juli 2009 13:48
  Jalan menuju Jembatan Nasional Surabaya-Madura (Suramadu) sisi Madura, di
  Kampung Sekar Bungoh, Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten
  Bangkalan, sudah mulai berlubang, bahkan ambles.
 
  Kerusakan terparah terjadi di radiuas 100 meter dari pintu masuk tol
  Jembatan Suramadu sisi Madura pada sebelah barat, terang salah seorang
  pengendara motor, Achmad Subaidi, Sabtu (4/7).
 
  Subaidi menjelaskan, kerusakan jalan itu terlihat menganga lebar dan
 hanya
  ditimbun dengan batu kerikil supaya rata. Namun, tetap saja rusak.
 
  Masak, baru tiga pekan dioperasionalkan, jalan menuju tol Jembatan
 Suramadu
  sudah ada yang rusak, apa mungkin bisa bertahan sampai 100 tahun, kata
  Subaidi.
 
  Sementara itu, Kepala Satuan Kerja (Kasatker) Suramadu sisi Madura, Ir.
  Siswo Dwiyanto, membenarkan adanya beberapa bagian jalan yang rusak,
 bahkan
  ada yang ambles.
 
  Setelah dicek di lapangan, ternyata jalan yang rusak itu di luar
 tanggung
  jawab kita, karena kerusakan itu berada di luar marka jalan, terang
 Siswo.
 
  Menurut Siswo, rusaknya jalan tersebut bukan karena tidak mampu menahan
  lonjakan pengguna jalan yang melintas di Suramadu. Tapi, kerusakan ini
 sudah
  ada sejak peresmian tol Jembatan Suramadu oleh Presiden Susilo Bambang
  Yudhoyono (SBY), pada 10 Juni 2009.
 
  Sebab, saat peresmian bulan Juni banyak mendatangkan alat berat,
 sehingga
  menyebabkan jalan berlubang dan ambles, ucapnya.
 
  Ia menambahkan, pihaknya tetap akan memerbaiki jalan yang berlubang dan
  ambles itu, meski bukan tanggung jawabnya. Dalam waktu dekat, kami akan
  minta bantuan kontraktor untuk segera meratakan lubang di jalan
 tersebut,
  katanya. [TMA, Ant]
 
  [Non-text portions of this message have been removed]
 
 

 --
 salam,
 Ari



[Non-text portions of this message have been removed]