Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'

2010-05-29 Terurut Topik sunny
 masalahnya tidak diteruskan lagi demi kepentingan masyarakat 
yang lebih luas dan demi stabilitas nasional, 
  5.. mem-PKI-kan kelompok tertentu, 
  6.. menangkap orang-orang tertentu dengan pemaksaan atau perekayasaan hukum, 
  7.. menyiksa fisik dan batin orang-orang tertentu agar merka menjadi jera 
atau agar mereka menyetujui pernyataan-pernyataan tertentu yang sudah 
direkayasa demi kepentingan kelompok pemerintah tertentu, 
  8.. apabila sudah kepepet dan tidak dapat berargumentasi lagi, maka mereka 
akan berkata: sangat disayangkan hal itu terjadi, kami turut prihatin, akan 
kami lacak terus otak pelakunya, masyarakat dapat menahan diri dan tidak mudah 
terpancing oleh isu, hasutan dan desas-desus yang menyesatkan, dll. 
Dalam kerusuhan Situbondo tadi, delapan proses pencucian tangan tadi sudah 
dilaksanakan dengan cepat, mulus dan terpadu.

Beberapa masyarakat saat ini sedang sibuk menganalisa mengapa keputusan meja 
peradilan bisa melahirkan keputusan membakar dan memusnahkan Gereja? Beberapa 
umat kristen saat ini sedang takut bicara, takut beribadah, takut berkumpul 
melebihi dua atau tiga orang atas namaNya, takut berdoa di negara Pancasila 
yang mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa. Beberapa umat kristen saat ini sedang 
bertanya di dalam hati mengapa umat Islam berbuat demikian? Beberapa umat Islam 
sedang bertanya-tanya mengapa umat kristen demikian? Inilah politik MEMECAH 
BELAH yang merupakan sarana ampuh untuk menyusun sebuah strategi agar 
kepentingan politik tertentu dapat berjalan dengan bebas dan rahasia. Bebas 
dari hambatan. Rahasia di dalam ruang birokrat tertentu. 

Pertanyaan dan pernyataan itu tentu tidak salah. Meskipun demikian tentu ada 
beberapa masyarakat yang saat ini sedang mencari tahu: siapakah Pak Soleh itu? 
Apa motivasinya sehingga ia berbicara seperti itu di daerah Situbondo yang 
terkenal santri itu? Mengapa dalam suasana seperti itu tiba-tiba ada isue yang 
mengatakan bahwa Pak Soleh disembunyikan di Gereja? Mengapa isue itu begitu 
cepat dapat menggerakkan masa untuk menghancurkan gereja? Sarana-sarana apa 
saja yang digunakan sehingga dalam waktu yang sekejap mereka dapat 
menghancurkan, merobohkan, membakar 26 tempat ibadah, 4 sekolahan, kantor 
polisi, kantor Pengadilan Negeri, dll ? Apakah hanya menggunakan sarana-sarana 
yang seadanya atau sarana yang memang sudah dipersiapkan? 

Mengumpulkan masa sejumlah 10.000 orang bukanlah usaha yang gampang. Motivator 
macam apa yang menyampaikan isue kepada mereka sehingga mereka mau bergerak? 
Mengapa aparat keamanan tidak dapat mencium perencanaan ini? Kalau toh mereka 
sudah mencium, mengapa tidak ada sikap dan tindakan antisipatif ? Mengapa umat 
Kristen tidak mampu mencium terlebih dahulu akan adanya kerusuhan itu? 
Bagaimana sosialisasi mereka terhadap umat beragama lainnya? Berbagai macam 
pertanyaan kini mengalir dari benak dan sanubariku, namun aku tak tahu kemana 
akan bermuara? Ke KOMNAS HAM? Ke aparat Pemerintah? Ke LBH? Ke lembaga iuridis? 
Mungkin hanya kepada rumput yang bergoyang. 



Wassalam,



  - Original Message - 
  From: H. M. Nur Abdurahman 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, May 29, 2010 4:32 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'



  HMNA:
  Kok Amnesty International tidak pernah bicara tentang minoritas Muslim yang 
dibantai di wilayah2 mayoritas Kristen.
  1. di Ambon: 
  pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 
sekonyong-konyong diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar 
non-Muslim, kemudian ummat Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim.
  2. di Maluku Utara
  Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara membeberkan pembantaian warga 
Muslim dalam kerusuhan bernuansa SARA akhir Desember lalu di Tobelo, Galela, 
Ibu, Jailolo, Sahu dan Loloda Pulau Halmahera Utara (Maluku Utara)., yang 
mengakibatkan 2.604 jiwa warga Muslim tewas, ratusan lainnya luka-luka, 
  3. di Poso
  Tibo Cs membakar pemukiman dan membunuh masyarakat Muslim di Poso Pesisir 
pada 23 Mei 2000. Pada hari itu Tibo Cs yang setelah menyerang dan merusak 
beberapa kelurahan berlindung dalam kompleks Gereja Santa Maria. Tibo Cs juga 
menyerang dan membunuh warga Muslim di Pesantren Walisongo dan sekitarnya. 
Pesantren Walisongo dibakar habis dan penghuninya dibunuh.

  - Original Message - 
  From: sunny am...@tele2.se
  To: Undisclosed-Recipient:;
  Sent: Saturday, May 29, 2010 01:04
  Subject: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'

  Refleksi : Fakta Indonesia merdeka? Lambat laum akan sebih buruk lagi. 
Solusinya?

  
http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/ri-minority-groups-%E2%80%98still-being-attacked%E2%80%99.html

  RI minority groups 'still being attacked'
  The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/27/2010 9:58 AM | Headlines 

  Indonesia's minority and religious groups remain vulnerable to violence and 
discrimination, says an Amnesty International report released Wednesday

Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'

2010-05-29 Terurut Topik H. M. Nur Abdurahman
- Original Message - 
From: sunny am...@tele2.se
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Sent: Saturday, May 29, 2010 23:34
Subject: Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'

Dimana pembantain Iyd itu?
###
HMNA:
Di samping penuturan secara lisan dari beberapa yang lolos dari pembantaian itu 
yang eksodus ke Sulawesi Selatan ada pula yang secara tertulis berupa Buku dan 
Laporan MUI. Di situ dapat dibaca tragesi berdarah Iyd terjadi di beberapa 
tempat di samping di Ambon, bahkan juga di Dobo (Maluku Tenggara) juga tragedi 
Iyd berdarah itu pada hari yang sama.

Sumber-sumber informasi
1. Judul Buku: 
Fakta, Data dan Analisa KONSPIRASI POLITIK RMS DAN KRISTEN MENGHANCURKAN UMMAT 
ISLAM DI AMBON - MALUKU
Penulis: 
Rustam Kastor 
Editor: 
Irfan S. Awwas 
Disain Cover: 
Dicky Hidayat 
Type Lay Out/Setting: 
Muflich.Asy 
Cetakan Pertama: 
Syawwal 1420 H / Februari 2000 M 
Cetakan Kedua: 
Dzulhijjah, 1420 H / Maret 2000 M 
Penerbit: 
WIHDAH PRESS 
Penerbit dan Penyebar Buku Islami 
Jl. Kusumanegara No. 98 Yogyakarta 
Telp. / Fax. (0274) 389135 
ISBN : 979 - 9311 - 07 - 1 
Distributor : 
CV. ADIPURA Yogyakarta Telp. ()274) 373019 

2. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku mengeluarkan catatan resmi rentetan 
peristiwa penting pasca pecahnya Tragedi Iedul Fithri Berdarah, 19 Januari 
1999. Dokumen ini ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin MUI, orpol, ormas, 
tokoh-tokoh Islam di Maluku.

3. Tempat-tempat itu dapat pula diihat
= http://www.scribd.com/doc/11627497/KRONOLOGI-TRAGEDI-AMBON

#

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'

2010-05-28 Terurut Topik H. M. Nur Abdurahman
HMNA:
Kok Amnesty International tidak pernah bicara tentang minoritas Muslim yang 
dibantai di wilayah2 mayoritas Kristen.
1. di Ambon: 
pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong 
diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat 
Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim.
2. di Maluku Utara
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara membeberkan pembantaian warga Muslim 
dalam kerusuhan bernuansa SARA akhir Desember lalu di Tobelo, Galela, Ibu, 
Jailolo, Sahu dan Loloda Pulau Halmahera Utara (Maluku Utara)., yang 
mengakibatkan 2.604 jiwa warga Muslim tewas, ratusan lainnya luka-luka, 
3. di Poso
Tibo Cs membakar pemukiman dan membunuh masyarakat Muslim di Poso Pesisir pada 
23 Mei 2000. Pada hari itu Tibo Cs yang setelah menyerang dan merusak beberapa 
kelurahan berlindung dalam kompleks Gereja Santa Maria. Tibo Cs juga menyerang 
dan membunuh warga Muslim di Pesantren Walisongo dan sekitarnya. Pesantren 
Walisongo dibakar habis dan penghuninya dibunuh.



- Original Message - 
From: sunny am...@tele2.se
To: Undisclosed-Recipient:;
Sent: Saturday, May 29, 2010 01:04
Subject: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'

Refleksi : Fakta Indonesia merdeka? Lambat laum akan sebih buruk lagi. 
Solusinya?


http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/ri-minority-groups-%E2%80%98still-being-attacked%E2%80%99.html

RI minority groups 'still being attacked'
The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/27/2010 9:58 AM | Headlines 


Indonesia's minority and religious groups remain vulnerable to violence and 
discrimination, says an Amnesty International report released Wednesday in  
Indonesia.

The influential group cited the case of Christian students at SETIA Theological 
College (STT) in Jakarta who continued to study and live in sub-standard 
temporary buildings after a violent attack by the Islamic Defenders Front (FPI) 
forced their evacuation in July 2008.

The FPI is a hard-line Islamic group in Indonesia.

There are calls from Indonesians and moderate Muslims for the government to 
regulate or ban the FPI, but currently no action has been taken against the 
group.

The Amnesty International report also said that the Indonesian government has 
been hampering freedom of expression and that at least 114 people were detained 
in 2009 for public statements or demonstrations of dissent.

The overwhelming majority [of those detained] were peaceful political 
activists who were sentenced to terms of imprisonment for raising prohibited 
pro-independence flags in Maluku or Papua, said the report.

As previously reported, separatists from the South Maluku Republic (RMS) group 
tried to wave an RMS flag in front of President Susilo Bambang Yudhoyono's 
entourage during his visit to Maluku in June 2007.

RMS protesters performed an unscheduled cakalele war dance for a quarter hour 
before one protestor unfurled a large RMS flag during a ceremony to commemorate 
National Family Day.

The government said that the group's actions were a serious threat to the 
country's unity.

Authorities detained a number of RMS activists in 2004 and 2005 who were later 
arrested and convicted for involvement in similar incidents.

Amnesty International also said that the government continued to intimidate and 
harass human rights activists and that at least seven activists were facing 
criminal defamation charges.

Most alleged human rights violations against human rights defenders, including 
torture, murder and disappearances, have remained unsolved and those 
responsible have not been brought to justice, the report said.

In the case of Munir Said Thalib, Amnesty International said that those 
responsible for slaying the human rights activist were still at large.  

There were violent clashes throughout the year in Papua province, said the 
report.

Police torture was widespread during a series of arrests, interrogations and 
detentions in Papua. Security forces also allegedly committed unlawful killings.

In January, at least 75 villagers from Suluk Bongkal village, Riau Islands, 
were charged with illegally claiming land and were arrested after being 
forcefully evicted from the land, said the report.

The group also criticized the government for a failure to bring to justice past 
human rights violators in Aceh, Papua, East Timor (now Timor Leste) and 
elsewhere in the archipelago.

Related News  
  a.. Intolerant Islamic groups versus religious minorities
  b.. Protect minorities to help peace prevail on earth 
  c.. Protect minorities to help peace prevail on earth 
  d.. Group set up to assist victims of state violence 


[Non-text portions of this message have been removed]





===
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : 

Ralat sedikit = Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'

2010-05-28 Terurut Topik H. M. Nur Abdurahman
Ralat sedikit:
Pada butir 2 
tertulis: akhir Desember lalu di Tobelo, dst
tepatnya: akhir Desember 1999 di Tobelo, dst

HMNA:
Kok Amnesty International tidak pernah bicara tentang minoritas Muslim yang 
dibantai di wilayah2 mayoritas Kristen.
1. di Ambon: 
pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong 
diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat 
Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim.
2. di Maluku Utara
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara membeberkan pembantaian warga Muslim 
dalam kerusuhan bernuansa SARA akhir Desember lalu di Tobelo, Galela, Ibu, 
Jailolo, Sahu dan Loloda Pulau Halmahera Utara (Maluku Utara)., yang 
mengakibatkan 2.604 jiwa warga Muslim tewas, ratusan lainnya luka-luka, 
3. di Poso
Tibo Cs membakar pemukiman dan membunuh masyarakat Muslim di Poso Pesisir pada 
23 Mei 2000. Pada hari itu Tibo Cs yang setelah menyerang dan merusak beberapa 
kelurahan berlindung dalam kompleks Gereja Santa Maria. Tibo Cs juga menyerang 
dan membunuh warga Muslim di Pesantren Walisongo dan sekitarnya. Pesantren 
Walisongo dibakar habis dan penghuninya dibunuh.



- Original Message - 
From: sunny am...@tele2.se
To: Undisclosed-Recipient:;
Sent: Saturday, May 29, 2010 01:04
Subject: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'

Refleksi : Fakta Indonesia merdeka? Lambat laum akan sebih buruk lagi. 
Solusinya?


http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/ri-minority-groups-%E2%80%98still-being-attacked%E2%80%99.html

RI minority groups 'still being attacked'
The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/27/2010 9:58 AM | Headlines 


Indonesia's minority and religious groups remain vulnerable to violence and 
discrimination, says an Amnesty International report released Wednesday in  
Indonesia.

The influential group cited the case of Christian students at SETIA Theological 
College (STT) in Jakarta who continued to study and live in sub-standard 
temporary buildings after a violent attack by the Islamic Defenders Front (FPI) 
forced their evacuation in July 2008.

The FPI is a hard-line Islamic group in Indonesia.

There are calls from Indonesians and moderate Muslims for the government to 
regulate or ban the FPI, but currently no action has been taken against the 
group.

The Amnesty International report also said that the Indonesian government has 
been hampering freedom of expression and that at least 114 people were detained 
in 2009 for public statements or demonstrations of dissent.

The overwhelming majority [of those detained] were peaceful political 
activists who were sentenced to terms of imprisonment for raising prohibited 
pro-independence flags in Maluku or Papua, said the report.

As previously reported, separatists from the South Maluku Republic (RMS) group 
tried to wave an RMS flag in front of President Susilo Bambang Yudhoyono's 
entourage during his visit to Maluku in June 2007.

RMS protesters performed an unscheduled cakalele war dance for a quarter hour 
before one protestor unfurled a large RMS flag during a ceremony to commemorate 
National Family Day.

The government said that the group's actions were a serious threat to the 
country's unity.

Authorities detained a number of RMS activists in 2004 and 2005 who were later 
arrested and convicted for involvement in similar incidents.

Amnesty International also said that the government continued to intimidate and 
harass human rights activists and that at least seven activists were facing 
criminal defamation charges.

Most alleged human rights violations against human rights defenders, including 
torture, murder and disappearances, have remained unsolved and those 
responsible have not been brought to justice, the report said.

In the case of Munir Said Thalib, Amnesty International said that those 
responsible for slaying the human rights activist were still at large.  

There were violent clashes throughout the year in Papua province, said the 
report.

Police torture was widespread during a series of arrests, interrogations and 
detentions in Papua. Security forces also allegedly committed unlawful killings.

In January, at least 75 villagers from Suluk Bongkal village, Riau Islands, 
were charged with illegally claiming land and were arrested after being 
forcefully evicted from the land, said the report.

The group also criticized the government for a failure to bring to justice past 
human rights violators in Aceh, Papua, East Timor (now Timor Leste) and 
elsewhere in the archipelago.

Related News  
  a.. Intolerant Islamic groups versus religious minorities
  b.. Protect minorities to help peace prevail on earth 
  c.. Protect minorities to help peace prevail on earth 
  d.. Group set up to assist victims of state violence 

[Non-text portions of this message have been removed]