Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'
masalahnya tidak diteruskan lagi demi kepentingan masyarakat yang lebih luas dan demi stabilitas nasional, 5.. mem-PKI-kan kelompok tertentu, 6.. menangkap orang-orang tertentu dengan pemaksaan atau perekayasaan hukum, 7.. menyiksa fisik dan batin orang-orang tertentu agar merka menjadi jera atau agar mereka menyetujui pernyataan-pernyataan tertentu yang sudah direkayasa demi kepentingan kelompok pemerintah tertentu, 8.. apabila sudah kepepet dan tidak dapat berargumentasi lagi, maka mereka akan berkata: sangat disayangkan hal itu terjadi, kami turut prihatin, akan kami lacak terus otak pelakunya, masyarakat dapat menahan diri dan tidak mudah terpancing oleh isu, hasutan dan desas-desus yang menyesatkan, dll. Dalam kerusuhan Situbondo tadi, delapan proses pencucian tangan tadi sudah dilaksanakan dengan cepat, mulus dan terpadu. Beberapa masyarakat saat ini sedang sibuk menganalisa mengapa keputusan meja peradilan bisa melahirkan keputusan membakar dan memusnahkan Gereja? Beberapa umat kristen saat ini sedang takut bicara, takut beribadah, takut berkumpul melebihi dua atau tiga orang atas namaNya, takut berdoa di negara Pancasila yang mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa. Beberapa umat kristen saat ini sedang bertanya di dalam hati mengapa umat Islam berbuat demikian? Beberapa umat Islam sedang bertanya-tanya mengapa umat kristen demikian? Inilah politik MEMECAH BELAH yang merupakan sarana ampuh untuk menyusun sebuah strategi agar kepentingan politik tertentu dapat berjalan dengan bebas dan rahasia. Bebas dari hambatan. Rahasia di dalam ruang birokrat tertentu. Pertanyaan dan pernyataan itu tentu tidak salah. Meskipun demikian tentu ada beberapa masyarakat yang saat ini sedang mencari tahu: siapakah Pak Soleh itu? Apa motivasinya sehingga ia berbicara seperti itu di daerah Situbondo yang terkenal santri itu? Mengapa dalam suasana seperti itu tiba-tiba ada isue yang mengatakan bahwa Pak Soleh disembunyikan di Gereja? Mengapa isue itu begitu cepat dapat menggerakkan masa untuk menghancurkan gereja? Sarana-sarana apa saja yang digunakan sehingga dalam waktu yang sekejap mereka dapat menghancurkan, merobohkan, membakar 26 tempat ibadah, 4 sekolahan, kantor polisi, kantor Pengadilan Negeri, dll ? Apakah hanya menggunakan sarana-sarana yang seadanya atau sarana yang memang sudah dipersiapkan? Mengumpulkan masa sejumlah 10.000 orang bukanlah usaha yang gampang. Motivator macam apa yang menyampaikan isue kepada mereka sehingga mereka mau bergerak? Mengapa aparat keamanan tidak dapat mencium perencanaan ini? Kalau toh mereka sudah mencium, mengapa tidak ada sikap dan tindakan antisipatif ? Mengapa umat Kristen tidak mampu mencium terlebih dahulu akan adanya kerusuhan itu? Bagaimana sosialisasi mereka terhadap umat beragama lainnya? Berbagai macam pertanyaan kini mengalir dari benak dan sanubariku, namun aku tak tahu kemana akan bermuara? Ke KOMNAS HAM? Ke aparat Pemerintah? Ke LBH? Ke lembaga iuridis? Mungkin hanya kepada rumput yang bergoyang. Wassalam, - Original Message - From: H. M. Nur Abdurahman To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, May 29, 2010 4:32 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked' HMNA: Kok Amnesty International tidak pernah bicara tentang minoritas Muslim yang dibantai di wilayah2 mayoritas Kristen. 1. di Ambon: pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim. 2. di Maluku Utara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara membeberkan pembantaian warga Muslim dalam kerusuhan bernuansa SARA akhir Desember lalu di Tobelo, Galela, Ibu, Jailolo, Sahu dan Loloda Pulau Halmahera Utara (Maluku Utara)., yang mengakibatkan 2.604 jiwa warga Muslim tewas, ratusan lainnya luka-luka, 3. di Poso Tibo Cs membakar pemukiman dan membunuh masyarakat Muslim di Poso Pesisir pada 23 Mei 2000. Pada hari itu Tibo Cs yang setelah menyerang dan merusak beberapa kelurahan berlindung dalam kompleks Gereja Santa Maria. Tibo Cs juga menyerang dan membunuh warga Muslim di Pesantren Walisongo dan sekitarnya. Pesantren Walisongo dibakar habis dan penghuninya dibunuh. - Original Message - From: sunny am...@tele2.se To: Undisclosed-Recipient:; Sent: Saturday, May 29, 2010 01:04 Subject: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked' Refleksi : Fakta Indonesia merdeka? Lambat laum akan sebih buruk lagi. Solusinya? http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/ri-minority-groups-%E2%80%98still-being-attacked%E2%80%99.html RI minority groups 'still being attacked' The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/27/2010 9:58 AM | Headlines Indonesia's minority and religious groups remain vulnerable to violence and discrimination, says an Amnesty International report released Wednesday
Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'
- Original Message - From: sunny am...@tele2.se To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, May 29, 2010 23:34 Subject: Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked' Dimana pembantain Iyd itu? ### HMNA: Di samping penuturan secara lisan dari beberapa yang lolos dari pembantaian itu yang eksodus ke Sulawesi Selatan ada pula yang secara tertulis berupa Buku dan Laporan MUI. Di situ dapat dibaca tragesi berdarah Iyd terjadi di beberapa tempat di samping di Ambon, bahkan juga di Dobo (Maluku Tenggara) juga tragedi Iyd berdarah itu pada hari yang sama. Sumber-sumber informasi 1. Judul Buku: Fakta, Data dan Analisa KONSPIRASI POLITIK RMS DAN KRISTEN MENGHANCURKAN UMMAT ISLAM DI AMBON - MALUKU Penulis: Rustam Kastor Editor: Irfan S. Awwas Disain Cover: Dicky Hidayat Type Lay Out/Setting: Muflich.Asy Cetakan Pertama: Syawwal 1420 H / Februari 2000 M Cetakan Kedua: Dzulhijjah, 1420 H / Maret 2000 M Penerbit: WIHDAH PRESS Penerbit dan Penyebar Buku Islami Jl. Kusumanegara No. 98 Yogyakarta Telp. / Fax. (0274) 389135 ISBN : 979 - 9311 - 07 - 1 Distributor : CV. ADIPURA Yogyakarta Telp. ()274) 373019 2. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku mengeluarkan catatan resmi rentetan peristiwa penting pasca pecahnya Tragedi Iedul Fithri Berdarah, 19 Januari 1999. Dokumen ini ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin MUI, orpol, ormas, tokoh-tokoh Islam di Maluku. 3. Tempat-tempat itu dapat pula diihat = http://www.scribd.com/doc/11627497/KRONOLOGI-TRAGEDI-AMBON # [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'
HMNA: Kok Amnesty International tidak pernah bicara tentang minoritas Muslim yang dibantai di wilayah2 mayoritas Kristen. 1. di Ambon: pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim. 2. di Maluku Utara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara membeberkan pembantaian warga Muslim dalam kerusuhan bernuansa SARA akhir Desember lalu di Tobelo, Galela, Ibu, Jailolo, Sahu dan Loloda Pulau Halmahera Utara (Maluku Utara)., yang mengakibatkan 2.604 jiwa warga Muslim tewas, ratusan lainnya luka-luka, 3. di Poso Tibo Cs membakar pemukiman dan membunuh masyarakat Muslim di Poso Pesisir pada 23 Mei 2000. Pada hari itu Tibo Cs yang setelah menyerang dan merusak beberapa kelurahan berlindung dalam kompleks Gereja Santa Maria. Tibo Cs juga menyerang dan membunuh warga Muslim di Pesantren Walisongo dan sekitarnya. Pesantren Walisongo dibakar habis dan penghuninya dibunuh. - Original Message - From: sunny am...@tele2.se To: Undisclosed-Recipient:; Sent: Saturday, May 29, 2010 01:04 Subject: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked' Refleksi : Fakta Indonesia merdeka? Lambat laum akan sebih buruk lagi. Solusinya? http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/ri-minority-groups-%E2%80%98still-being-attacked%E2%80%99.html RI minority groups 'still being attacked' The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/27/2010 9:58 AM | Headlines Indonesia's minority and religious groups remain vulnerable to violence and discrimination, says an Amnesty International report released Wednesday in Indonesia. The influential group cited the case of Christian students at SETIA Theological College (STT) in Jakarta who continued to study and live in sub-standard temporary buildings after a violent attack by the Islamic Defenders Front (FPI) forced their evacuation in July 2008. The FPI is a hard-line Islamic group in Indonesia. There are calls from Indonesians and moderate Muslims for the government to regulate or ban the FPI, but currently no action has been taken against the group. The Amnesty International report also said that the Indonesian government has been hampering freedom of expression and that at least 114 people were detained in 2009 for public statements or demonstrations of dissent. The overwhelming majority [of those detained] were peaceful political activists who were sentenced to terms of imprisonment for raising prohibited pro-independence flags in Maluku or Papua, said the report. As previously reported, separatists from the South Maluku Republic (RMS) group tried to wave an RMS flag in front of President Susilo Bambang Yudhoyono's entourage during his visit to Maluku in June 2007. RMS protesters performed an unscheduled cakalele war dance for a quarter hour before one protestor unfurled a large RMS flag during a ceremony to commemorate National Family Day. The government said that the group's actions were a serious threat to the country's unity. Authorities detained a number of RMS activists in 2004 and 2005 who were later arrested and convicted for involvement in similar incidents. Amnesty International also said that the government continued to intimidate and harass human rights activists and that at least seven activists were facing criminal defamation charges. Most alleged human rights violations against human rights defenders, including torture, murder and disappearances, have remained unsolved and those responsible have not been brought to justice, the report said. In the case of Munir Said Thalib, Amnesty International said that those responsible for slaying the human rights activist were still at large. There were violent clashes throughout the year in Papua province, said the report. Police torture was widespread during a series of arrests, interrogations and detentions in Papua. Security forces also allegedly committed unlawful killings. In January, at least 75 villagers from Suluk Bongkal village, Riau Islands, were charged with illegally claiming land and were arrested after being forcefully evicted from the land, said the report. The group also criticized the government for a failure to bring to justice past human rights violators in Aceh, Papua, East Timor (now Timor Leste) and elsewhere in the archipelago. Related News a.. Intolerant Islamic groups versus religious minorities b.. Protect minorities to help peace prevail on earth c.. Protect minorities to help peace prevail on earth d.. Group set up to assist victims of state violence [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI :
Ralat sedikit = Re: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked'
Ralat sedikit: Pada butir 2 tertulis: akhir Desember lalu di Tobelo, dst tepatnya: akhir Desember 1999 di Tobelo, dst HMNA: Kok Amnesty International tidak pernah bicara tentang minoritas Muslim yang dibantai di wilayah2 mayoritas Kristen. 1. di Ambon: pada waktu ummat Islam sedang shalat Iyd pada 19 Januari 1999 sekonyong-konyong diserbu dan dibantai oleh gerombolan pengacau liar non-Muslim, kemudian ummat Islam diusir meninggalkan tempatnya bermukim. 2. di Maluku Utara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku Utara membeberkan pembantaian warga Muslim dalam kerusuhan bernuansa SARA akhir Desember lalu di Tobelo, Galela, Ibu, Jailolo, Sahu dan Loloda Pulau Halmahera Utara (Maluku Utara)., yang mengakibatkan 2.604 jiwa warga Muslim tewas, ratusan lainnya luka-luka, 3. di Poso Tibo Cs membakar pemukiman dan membunuh masyarakat Muslim di Poso Pesisir pada 23 Mei 2000. Pada hari itu Tibo Cs yang setelah menyerang dan merusak beberapa kelurahan berlindung dalam kompleks Gereja Santa Maria. Tibo Cs juga menyerang dan membunuh warga Muslim di Pesantren Walisongo dan sekitarnya. Pesantren Walisongo dibakar habis dan penghuninya dibunuh. - Original Message - From: sunny am...@tele2.se To: Undisclosed-Recipient:; Sent: Saturday, May 29, 2010 01:04 Subject: [wanita-muslimah] RI minority groups 'still being attacked' Refleksi : Fakta Indonesia merdeka? Lambat laum akan sebih buruk lagi. Solusinya? http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/ri-minority-groups-%E2%80%98still-being-attacked%E2%80%99.html RI minority groups 'still being attacked' The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/27/2010 9:58 AM | Headlines Indonesia's minority and religious groups remain vulnerable to violence and discrimination, says an Amnesty International report released Wednesday in Indonesia. The influential group cited the case of Christian students at SETIA Theological College (STT) in Jakarta who continued to study and live in sub-standard temporary buildings after a violent attack by the Islamic Defenders Front (FPI) forced their evacuation in July 2008. The FPI is a hard-line Islamic group in Indonesia. There are calls from Indonesians and moderate Muslims for the government to regulate or ban the FPI, but currently no action has been taken against the group. The Amnesty International report also said that the Indonesian government has been hampering freedom of expression and that at least 114 people were detained in 2009 for public statements or demonstrations of dissent. The overwhelming majority [of those detained] were peaceful political activists who were sentenced to terms of imprisonment for raising prohibited pro-independence flags in Maluku or Papua, said the report. As previously reported, separatists from the South Maluku Republic (RMS) group tried to wave an RMS flag in front of President Susilo Bambang Yudhoyono's entourage during his visit to Maluku in June 2007. RMS protesters performed an unscheduled cakalele war dance for a quarter hour before one protestor unfurled a large RMS flag during a ceremony to commemorate National Family Day. The government said that the group's actions were a serious threat to the country's unity. Authorities detained a number of RMS activists in 2004 and 2005 who were later arrested and convicted for involvement in similar incidents. Amnesty International also said that the government continued to intimidate and harass human rights activists and that at least seven activists were facing criminal defamation charges. Most alleged human rights violations against human rights defenders, including torture, murder and disappearances, have remained unsolved and those responsible have not been brought to justice, the report said. In the case of Munir Said Thalib, Amnesty International said that those responsible for slaying the human rights activist were still at large. There were violent clashes throughout the year in Papua province, said the report. Police torture was widespread during a series of arrests, interrogations and detentions in Papua. Security forces also allegedly committed unlawful killings. In January, at least 75 villagers from Suluk Bongkal village, Riau Islands, were charged with illegally claiming land and were arrested after being forcefully evicted from the land, said the report. The group also criticized the government for a failure to bring to justice past human rights violators in Aceh, Papua, East Timor (now Timor Leste) and elsewhere in the archipelago. Related News a.. Intolerant Islamic groups versus religious minorities b.. Protect minorities to help peace prevail on earth c.. Protect minorities to help peace prevail on earth d.. Group set up to assist victims of state violence [Non-text portions of this message have been removed]