[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2

2004-04-05 Terurut Topik noor syarifuddin
saya setuju memang ini soal keberanian menegur bukan soal peribahasa he  he  he 
kita itu seringkali terlalu tinggi toleransinyaatau gak punya keberanian 
untuk menegur (syndrome minder sebagai keturuan ilandeer kali yahe  he  he  ), 
jadi ya mereka keep going sesuka mereka.
 
 
salam,
 
noor syarifuddin/xix

Syafril Hermansyah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Mestinya sih tidak ... masalahnya bukan disitu melainkan keberanian
menegur atau mempertanyakan sesuatu yg nyeleneh dilingkungan mereka
sendiri. Pendatang blm tentu tahu etika yg berlaku shg perlu diberitahu,
jangan pakai adat jawa yg konyol "mbok yo mestine ngerti dewe" mrkkan
bukan paranormal :-)



-
Do you Yahoo!?
Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today

--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   :   atau   
     
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  :  
   


[yonsatu] Re: Freedom to believe

2004-04-05 Terurut Topik noor syarifuddin
saya setuju bahwa pemerintah sekular selalu menghindari agama secara ekplisit..
tapi toh kerap hal itu susah dihindari.bahkan seorang George W Bush pun sampai 
terpeleset kepada hal tsb waktu dia mencoba menjustifikasi serangannya ke Irak.itu 
ketika dia pakai term 'crusade..'
 
soal UU di perancis, kelihatannya antar mereka sendiri masih sering debat...dan uu itu 
sendiri ditentang oleh hampir semua kalangan agama: kristen, islam maupun 
yahudibahkan orang sigh. memang imam besar mesjid paris pernah ngomong bahwa 
menurut dia '.kita harus menghormati peraturan yang berlaku di negeri tempat kita 
tinggal.', tapi itu bukan suatu endorsment terhadap uu tsb.
 
kalau disebutkan uu tsb menjadi pelindung supaya tidak terjadi pelecehan 
agama...pertanyaannya tentu berkembang : kenapa terjadi pelecehan agama di negara 
sekular yang menerapkan konsep 'freedom to believe'..? 
 
soal kapasitas beradaptasisaya kira orang indonesia di satu sisi punya kapasitas 
yang cukup besar (walapun kalau jalan-jalan ke luar negeri masih sering bawa rice 
cooker dan popmie he  he  he  )
karena apa? kita masih mengidolakan bahwa yang berasal dari negara maju/barat itu 
pasti lebih 'baik' dan layak ditirumakan di KFC akan lebih gengsi daripada 
makan di Ny Suhartietc...kadang-kadang kita bahkan kehilangan identitas diri 
karena begitu mudahnya menerima hal baru.
coba kita bandingkan dengan tingkat adaptasi orang bule, mereka sukar sekali khan 
berlaku seperti kita di negeri kitaitulah kenapa di jakarta ada american club, 
bristish school, french school dll. yang mereka inginkan adalah bukan beradaptasi 
tapi mengubah lingkungan tempat tinggal mereka sesuai dengan budaya mereka 
sehari-hari.karena kuatnya identitas diri mereka
 
 
 
salam,
 
noor syarifuddin/xix
ps. saya mahawarman lho bukan mahawarmin
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Yah, disinilah repotnya kalau kita dalam membahas sesuatu selalu mengacu 
kepada agama secara explicit, karena dengan begitu suatu ketika pasti 
titik singgung itu akan tersentuh juga. Pemerintahan sekular justru ingin 
menghindari hal itu terjadi, sekalipun mereka tidak menutup kemungkinan 
bahwa agama dijadikan sebagai sumber inspirasi mereka juga dalam mengambil 
sikap dan keputusan. Namun, ini tidak eksplisit dilakukan, melainkan 
lebih bersifat sebagai panduan moral.
Masalah pemerintah Perancis yang memberlakukan UU larangan mengenakan 
atribut keagamaan disekolah2 negeri, justru menurut mereka untuk 
menghindari timbulnya pelecehan agama2 tertentu yang dapat menimbulkan 
konflik antar umat. Bahkan organisasi islam terbesar Perancis mendukung 
UU itu (lupa namanya).

>.dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita 
tahu ada suatu 'kelembaman' yang 
>harus dilawan.hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif 
jugasemakin di'paksa' maka 
>kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang 
harus dikeluarkan.

Kalau ini menurut saya tergantung habitat kita bagaimana. Kalau habitat 
kita memang moment inertianya besar sekali, misalnya terbiasa dengan sikap 
hidup yang dogmatis, maka yang anda bilang itu memang suatu realita yang 
tak bisa dihindari. Tapi, kita kan sekarang sedang berada dalam abad 
dimana konsep 'learning society' sedang tumbuh berkembang, jadi mudah2an 
tingkat agilitas kita bisa meningkat, responsif dan mudah beradaptasi 
terhadap kebutuhan jaman demi kedamaian, keadilan dan kesejahteraan 
seluruh umat manusia.

Senang bisa bertukar pikiran dengan anda, mbak Noor.
Salam hangat,
HermanSyah XIV.





noor syarifuddin 
04/05/2004 15:16
Please respond to yonsatu


To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject: [yonsatu] Re: Freedom to believe


saya setuju bahwa mereka akan leluasa tanpa dicap murtad atau menyalahi 
aturan agamanamun kelihatannya hal ini akan valid selama tidak ada 
persentuhan kepentingannamun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa 
konsep agama itu sangat intrisik, jadi perbenturan kepentingan pada suatu 
titik akan terjadi.

Hal ini terbukti di perancis waktu mereka bermaksud mengeluarkan uu 
pelarangan simbol-simbol agama bagi anak sekolah atau pegawai pemerintah 
(dan katanya parlemen belanda juga akan mengikutinya).
nah di sini bagaimana sebenarnya konsep negara sekuler dan freedom to 
believe itu diuji.di satu sisi apa urusannya pemerintah 
mengeluarkan uu tsb, toh agama bukan 'bisnis' pemerintah.hal kedua, 
kalau itu diterapkan, maka konsep freedom to believe jadi gak relevan lagi 
dongkarena WN tidak lagi bebas untuk 'act as their believe'...

saya setuju, itu soal pilihan...jadi di situlah sebenarnya kemauan 
untuk 'accept the difference' itu yang pentingdan kita maupun 
mereka termasuk saya.masih punya kelemahan untuk menerapkan hal tsb 
dalam kehidupan sehari-h

[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2

2004-04-05 Terurut Topik Syafril Hermansyah
On Mon, 5 Apr 2004 07:02:44 -0700 (PDT) noor syarifuddin (NS) wrote:

> sayangnya peribahasa itu eksis cuman di negara kita he  he  he  he 
> jadi kita selalu berusaha menyesuaikan diri, di lain pihak mereka
> selalu berkelakuan seperti di negeri mereka..karena mereka gak
> punya peribahasa semacam itu he  he  he  he  

Mestinya sih tidak ... masalahnya bukan disitu melainkan keberanian
menegur atau mempertanyakan sesuatu yg nyeleneh dilingkungan mereka
sendiri. Pendatang blm tentu tahu etika yg berlaku shg perlu diberitahu,
jangan pakai adat jawa yg konyol "mbok yo mestine ngerti dewe" mrkkan
bukan paranormal :-)

Saat mereka ada disini dan melakukan yg tidak sesuai dg budaya disini
lalu kita menegur (dg baik-2x) mereka tentu mau mengerti.

Mereka sangat sensitive soal privasi, shg kita perlu "membungkus"
kata-2x kita tentang "privasi" pasti akan lbh mudah dimengerti mereka
karena prinsipnya mereka tidak mau melanggar privasi orang lain spt
halnya mrk tidak mau privasi mereka dilanggar. Saya pernah "marahin"
orang Belanda di telpon sampai lbh dari 1 jam krn tindakannya yg tdk
berkenan dihati saya, dan dia accepted akhirnya malah berteman baik.

-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah<[EMAIL PROTECTED]>

List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED]


--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   :   atau   
     
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  :  
   


[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2

2004-04-05 Terurut Topik noor syarifuddin
sayangnya peribahasa itu eksis cuman di negara kita he  he  he  he  jadi kita selalu 
berusaha menyesuaikan diri, di lain pihak mereka selalu berkelakuan seperti di negeri 
mereka..karena mereka gak punya peribahasa semacam itu he  he  he  he  
 
 
salam,

Syafril Hermansyah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Tp kita juga jangan lupa dg pribahasa "dimana bumi dipijak, disitu
langit dijunjung", kalau kita melupakan itu maka segala tindakan kita
menjadi tampak "nyeleneh" dimata masyarakat sekitar ... walaupun
kebanyakan orang genius dan pembaharu umumnya berkelakuan spt itu ...
jadi nggak usah takut nyeleneh lah yauw kan Anda memang agent of change
:-))



-
Do you Yahoo!?
Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today

--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   :   atau   
     
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  :  
   


[yonsatu] Re: Freedom to believe

2004-04-05 Terurut Topik hermansyah
noor syarifuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>namun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa konsep agama itu sangat 
intrisik, jadi perbenturan kepentingan 
>pada suatu titik akan terjadi.
>di satu sisi apa urusannya pemerintah mengeluarkan uu tsb, toh agama 
bukan 'bisnis' pemerintah.

Yah, disinilah repotnya kalau kita dalam membahas sesuatu selalu mengacu 
kepada agama secara explicit, karena dengan begitu suatu ketika pasti 
titik singgung itu akan tersentuh juga.  Pemerintahan sekular justru ingin 
menghindari hal itu terjadi, sekalipun mereka tidak menutup kemungkinan 
bahwa agama dijadikan sebagai sumber inspirasi mereka juga dalam mengambil 
sikap dan keputusan.  Namun, ini tidak eksplisit dilakukan, melainkan 
lebih bersifat sebagai panduan moral.

Masalah pemerintah Perancis yang memberlakukan UU larangan mengenakan 
atribut keagamaan disekolah2 negeri, justru menurut mereka untuk 
menghindari timbulnya pelecehan agama2 tertentu yang dapat menimbulkan 
konflik antar umat.  Bahkan organisasi islam terbesar Perancis mendukung 
UU itu (lupa namanya).

>.dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita 
tahu ada suatu 'kelembaman' yang 
>harus dilawan.hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif 
jugasemakin di'paksa' maka 
>kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang 
harus dikeluarkan.

Kalau ini menurut saya tergantung habitat kita bagaimana.  Kalau habitat 
kita memang moment inertianya besar sekali, misalnya terbiasa dengan sikap 
hidup yang dogmatis, maka yang anda bilang itu memang suatu realita yang 
tak bisa dihindari.  Tapi, kita kan sekarang sedang berada dalam abad 
dimana konsep 'learning society' sedang tumbuh berkembang, jadi mudah2an 
tingkat agilitas kita bisa meningkat, responsif dan mudah beradaptasi 
terhadap kebutuhan jaman demi kedamaian, keadilan dan kesejahteraan 
seluruh umat manusia.

Senang bisa bertukar pikiran dengan anda, mbak Noor.
Salam hangat,
HermanSyah XIV.
 




noor syarifuddin <[EMAIL PROTECTED]>
04/05/2004 15:16
Please respond to yonsatu

 
    To:     [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[yonsatu] Re: Freedom to believe


saya setuju bahwa mereka akan leluasa tanpa dicap murtad atau menyalahi 
aturan agamanamun kelihatannya hal ini akan valid selama tidak ada 
persentuhan kepentingannamun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa 
konsep agama itu sangat intrisik, jadi perbenturan kepentingan pada suatu 
titik akan terjadi.
 
Hal ini terbukti di perancis waktu mereka bermaksud mengeluarkan uu 
pelarangan simbol-simbol agama bagi anak sekolah atau pegawai pemerintah 
(dan katanya parlemen belanda juga akan mengikutinya).
nah di sini bagaimana sebenarnya konsep negara sekuler dan freedom to 
believe itu diuji.di satu sisi apa urusannya pemerintah 
mengeluarkan uu tsb, toh agama bukan 'bisnis' pemerintah.hal kedua, 
kalau itu diterapkan, maka konsep freedom to believe jadi gak relevan lagi 
dongkarena WN tidak lagi bebas untuk 'act as their believe'...
 
saya setuju, itu soal pilihan...jadi di situlah sebenarnya kemauan 
untuk 'accept the difference' itu yang pentingdan kita maupun 
mereka termasuk saya.masih punya kelemahan untuk menerapkan hal tsb 
dalam kehidupan sehari-hari...
 
kenapa itu terjadi..?..ya karena dalam hidup kita terbiasa dengan point of 
reference yang selalu menjadi acuan atau orietasi hidup kita, jadi kalau 
ada point of reference yang beda kita perlu waktu dan energi untuk 
re-orientasi.dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang 
fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang harus dilawan.hal yang 
kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif jugasemakin di'paksa' 
maka kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang 
harus dikeluarkan.
 
salam,
 
noor syarifuddin/xix
 
btw, ini mengganggu yang lain gak yauw.kok jadi keterusan he  he  he 
he 




--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   : <http://yonsatu.mahawarman.net>  atau   
  <http://news.mahawarman.net>   
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  : <http://www.mahawarman.net> 
   


[yonsatu] Re: Freedom to believe

2004-04-05 Terurut Topik noor syarifuddin
saya setuju bahwa mereka akan leluasa tanpa dicap murtad atau menyalahi aturan 
agamanamun kelihatannya hal ini akan valid selama tidak ada persentuhan 
kepentingannamun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa konsep agama itu sangat 
intrisik, jadi perbenturan kepentingan pada suatu titik akan terjadi.
 
Hal ini terbukti di perancis waktu mereka bermaksud mengeluarkan uu pelarangan 
simbol-simbol agama bagi anak sekolah atau pegawai pemerintah (dan katanya parlemen 
belanda juga akan mengikutinya).
nah di sini bagaimana sebenarnya konsep negara sekuler dan freedom to believe itu 
diuji.di satu sisi apa urusannya pemerintah mengeluarkan uu tsb, toh agama 
bukan 'bisnis' pemerintah.hal kedua, kalau itu diterapkan, maka konsep freedom to 
believe jadi gak relevan lagi dongkarena WN tidak lagi bebas untuk 'act as their 
believe'...
 
saya setuju, itu soal pilihan...jadi di situlah sebenarnya kemauan untuk 'accept 
the difference' itu yang pentingdan kita maupun mereka termasuk saya.masih 
punya kelemahan untuk menerapkan hal tsb dalam kehidupan sehari-hari...
 
kenapa itu terjadi..?..ya karena dalam hidup kita terbiasa dengan point of reference 
yang selalu menjadi acuan atau orietasi hidup kita, jadi kalau ada point of reference 
yang beda kita perlu waktu dan energi untuk re-orientasi.dan seringkali itu tidak 
mudah, karena menurut orang fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang harus 
dilawan.hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif jugasemakin 
di'paksa' maka kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang 
harus dikeluarkan.
 
salam,
 
noor syarifuddin/xix
 
btw, ini mengganggu yang lain gak yauw.kok jadi keterusan he  he  he  he 
[EMAIL PROTECTED] wrote:
Dengan leluasa maksudnya, tanpa ada rasa takut dicap murtad oleh agama, 
atau kekhawatiran di dipersoalkan oleh para ulama. Tugas pemerintah 
adalah melindungi dan menjamin terselenggaranya freedom to believe ini.
Kalau kritik mengeritik didalam forum, nggak bisa anda generalisir dong. 
Itu kan hanya pendapat orang perorang, bukan institusi, kelompok 
masyarakat, apalagi negara. 

Kalau anda mau makan pake tangan di restoran barat, boleh boleh saja. Wong 
tangan itu kan tangan anda sendiri, dan makanan itu kan anda beli pake 
uang dari kantong sendiri. Kalau diliatin orang, cuek aja, toch mereka 
cuman ngeliat, nggak marah2in anda. Melihat kan gratis. Sama seperti kita 
melihat mereka berciuman di bus halte atau di pantai kuta, he he he.

Hanya memang di restoran2 tertentu, ada persyaratan pakaian. Biasanya 
kalau sudah pakai persyaratan pakaian, maka makanpun harus pake sendok 
garpu dan pisau. Jadi, table mannernya, ya apa boleh buat, musti ikutin 
caranya orang barat. Kalau kita nggak mau nurut, ya dipersilakan keluar, 
monggooo. Tapi, itu kan hak restoran. Kalau kita nggak setuju sama 
aturan mereka, ya cari restoran yang lain aja. Kan masih banyak restoran 
yang nggak punya aturan makan seperti itu? Simpel kan?

Menurut saya, masalah kultural bisa diatasi kalau kita mau mencoba 
menghargai orang lain seperti apa adanya, tanpa prejudice, apalagi 
bersikap paranoide. Untuk itu, kita perlu membiasakan diri untuk berpikir 
logis, nggak melulu mengandalkan perasaan dan keyakinan. Orang2 yang 
merasa super, punya table manner, dlsb., sudah bukan jamannya lagi 
sekarang. Wong, di masyarakatnya sendiri mereka sudah nggak dianggep kok. 
Saya kira film Pretty woman yang anda sebut itu, mencerminkan hal 
ini,...apa sih salahnya orang makan pakai tangan sendiri? Apa musti pakai 
tangan orang lain, ha ha ha.

Salam hangat,
HermanSyah XIV.


-
Do you Yahoo!?
Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today

--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   :   atau   
     
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  :  
   


[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2

2004-04-05 Terurut Topik hermansyah
Dengan leluasa maksudnya, tanpa ada rasa takut dicap murtad oleh agama, 
atau kekhawatiran di dipersoalkan oleh para ulama.  Tugas pemerintah 
adalah melindungi dan menjamin terselenggaranya freedom to believe ini.
Kalau kritik mengeritik didalam forum, nggak bisa anda generalisir dong. 
Itu kan hanya pendapat orang perorang, bukan institusi, kelompok 
masyarakat, apalagi negara. 

Kalau anda mau makan pake tangan di restoran barat, boleh boleh saja. Wong 
tangan itu kan tangan anda sendiri, dan makanan itu kan anda beli pake 
uang dari kantong sendiri.  Kalau diliatin orang, cuek aja, toch mereka 
cuman ngeliat, nggak marah2in anda. Melihat kan gratis. Sama seperti kita 
melihat mereka berciuman di bus halte atau di pantai kuta, he he he.

Hanya memang di restoran2 tertentu, ada persyaratan pakaian.  Biasanya 
kalau sudah pakai persyaratan pakaian, maka makanpun harus pake sendok 
garpu dan pisau.  Jadi, table mannernya, ya apa boleh buat, musti ikutin 
caranya orang barat. Kalau kita nggak mau nurut, ya dipersilakan keluar, 
monggooo.  Tapi, itu kan hak restoran.  Kalau kita nggak setuju sama 
aturan mereka, ya cari restoran yang lain aja.  Kan masih banyak restoran 
yang nggak punya aturan makan seperti itu?  Simpel kan?

Menurut saya, masalah kultural bisa diatasi kalau kita mau mencoba 
menghargai orang lain seperti apa adanya, tanpa prejudice, apalagi 
bersikap paranoide.  Untuk itu, kita perlu membiasakan diri untuk berpikir 
logis, nggak melulu mengandalkan perasaan dan keyakinan. Orang2 yang 
merasa super, punya table manner, dlsb., sudah bukan jamannya lagi 
sekarang.  Wong, di masyarakatnya sendiri mereka sudah nggak dianggep kok. 
Saya kira film Pretty woman yang anda sebut itu, mencerminkan hal 
ini,...apa sih salahnya orang makan pakai tangan sendiri?  Apa musti pakai 
tangan orang lain, ha ha ha.

Salam hangat,
HermanSyah XIV.






noor syarifuddin <[EMAIL PROTECTED]>
04/05/2004 14:09
Please respond to yonsatu

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:    [yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini 
bikin RI 
nggak maju2


nah di sini peliknya.seperti apa sih konsep "dengan leluasa mendukung" 
itu..tidak turut campur, melindungi, memberikan batasan atau yang 
bagaimana?
sebagai catatan, agama itu sesuatu yang sangat intrisik, jadi pada satu 
titik akan menyinggung kehidupan bernegara juga.nah di sini baru akan 
kelihatan bagaimana hal tersebut diterapkan..
 
kok beraninya mengkritik ?..
itulah yang mengherankan saya, yang bertanya dari guru sekolah anak-anak 
sampai teman-teman di kantorjadi skopenya cukup luas, walau secara 
kuantitas tidak banyak sekali.khan gak semua kenal saya he  he 
...
waktu mereka mempertanyakan, saya jawab saja "mengapa anda bertanya begitu 
..?" 
nah di situ mereka akan bilang panjang lebar bahwa tidak baik anak 
"dididik begitu" karena itu feodal etc etc..tapi waktu aku tanya 
kenapa anak anda dididik untuk mencium pipi anda .? apa bedanya...? 
keluarlah segala macam argumentasinyahe he  he 
 
itulah yang mengherankan saya, banyak yang sudah "beradab" dan 
ber-intelektual, tapi masih pakai kaca mata kuda juga.jadi kemajuan 
suatu negara (secara ekonomi)kadang tidak mencerminkan kemajuan 
peradaban mereka. 
contoh yang sering terjadi adalah soal "table manner"...ini secara manis 
bahkan diilustrarikan di film pretty woman..coba saja anda makan pakai 
tangan di resto eropa, wah akan dilihatin orang seruangan he  he  he 
he.
 
kelihatan betul betapa soal beradab itu referensinya sering biashanya 
karena beda kebiasaan/tradisi, seseorang bisa menjadi "tidak beradab" bagi 
orang lain...itulah makanya seringkali pembahasan soal "cultural 
adaptation" menjadi mentok, karena referensinya seringkali bias dan 
sepihak..
 
kalau orang bule boleh berciuman secara bebas di pinggir jalan ( di 
negaranya sendiri atau di pinggir pantai Kuta)..., kenapa kita gak bebas 
untuk makan dengan tangan di restoran eropa?
 
 
salam,
 
 
Noor Syarifuddin/XIX




--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   : <http://yonsatu.mahawarman.net>  atau   
  <http://news.mahawarman.net>   
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  : <http://www.mahawarman.net> 
   


[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2

2004-04-05 Terurut Topik Syafril Hermansyah
On Mon, 5 Apr 2004 05:09:03 -0700 (PDT) noor syarifuddin (NS) wrote:

[ ... ]

> kelihatan betul betapa soal beradab itu referensinya sering
> biashanya karena beda kebiasaan/tradisi, seseorang bisa menjadi
> "tidak beradab" bagi orang lain...itulah makanya seringkali
> pembahasan soal "cultural adaptation" menjadi mentok, karena
> referensinya seringkali bias dan sepihak..

Again, good words.
Tinggi/rendah, panjang/pendek, kaya/miskin adalah subjective. Perlu ada
titik acu untuk menentukannya. Terkadang kita juga perlu bertanya
"apakah acuan itu valid ?", "apakah tujuan itu memang berharga utk kita
capai ?".

Tp kita juga jangan lupa dg pribahasa "dimana bumi dipijak, disitu
langit dijunjung", kalau kita melupakan itu maka segala tindakan kita
menjadi tampak "nyeleneh" dimata masyarakat sekitar ... walaupun
kebanyakan orang genius dan pembaharu umumnya berkelakuan spt itu ...
jadi nggak usah takut nyeleneh lah yauw kan Anda memang agent of change
:-))

-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah<[EMAIL PROTECTED]>

List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED]


--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   :   atau   
     
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  :  
   


[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2

2004-04-05 Terurut Topik noor syarifuddin
nah di sini peliknya.seperti apa sih konsep "dengan leluasa mendukung" 
itu..tidak turut campur, melindungi, memberikan batasan atau yang 
bagaimana?
sebagai catatan, agama itu sesuatu yang sangat intrisik, jadi pada satu titik akan 
menyinggung kehidupan bernegara juga.nah di sini baru akan kelihatan bagaimana hal 
tersebut diterapkan..
 
kok beraninya mengkritik ?..
itulah yang mengherankan saya, yang bertanya dari guru sekolah anak-anak sampai 
teman-teman di kantorjadi skopenya cukup luas, walau secara kuantitas tidak banyak 
sekali.khan gak semua kenal saya he  he  ...
waktu mereka mempertanyakan, saya jawab saja "mengapa anda bertanya begitu ..?" 
nah di situ mereka akan bilang panjang lebar bahwa tidak baik anak "dididik begitu" 
karena itu feodal etc etc..tapi waktu aku tanya kenapa anak anda dididik untuk 
mencium pipi anda .? apa bedanya...? keluarlah segala macam argumentasinyahe 
he  he  
 
itulah yang mengherankan saya, banyak yang sudah "beradab" dan ber-intelektual, tapi 
masih pakai kaca mata kuda juga.jadi kemajuan suatu negara (secara 
ekonomi)kadang tidak mencerminkan kemajuan peradaban mereka. 
contoh yang sering terjadi adalah soal "table manner"...ini secara manis bahkan 
diilustrarikan di film pretty woman..coba saja anda makan pakai tangan di resto 
eropa, wah akan dilihatin orang seruangan he  he  he  he.
 
kelihatan betul betapa soal beradab itu referensinya sering biashanya karena beda 
kebiasaan/tradisi, seseorang bisa menjadi "tidak beradab" bagi orang lain...itulah 
makanya seringkali pembahasan soal "cultural adaptation" menjadi mentok, karena 
referensinya seringkali bias dan sepihak..
 
kalau orang bule boleh berciuman secara bebas di pinggir jalan ( di negaranya sendiri 
atau di pinggir pantai Kuta)..., kenapa kita gak bebas untuk makan dengan tangan di 
restoran eropa?
 
 
salam,
 
 
Noor Syarifuddin/XIX
 
 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

Iya, karena agama bukan bisnis pemerintah itulah, maka sang pemerintah 
bisa dengan leluasanya mendukung konsep 'freedom to believe' itu.


Lho kok mereka berani kritik habis2an? Siapa mereka itu? Apakah anda 
nggak terlalu mengeneralisir?

Ah, masak sih? Menurut saya hanya orang2 yang pakai 'kaca mata kuda' saja 
yang akan mengatakan demikian, dan rasanya saya kok ragu kalau masyarakat 
yang sistem pendidikannya sudah sangat maju ternyata masih bisa 
menciptakan masyarakat yang ber kacamata kuda juga. Kalau segelintir 
orang yang begitu sih wajar-wajar aja, tapi kalau mayoritas begitu, 
menurut saya rasanya nggak mungkin deh.



-
Do you Yahoo!?
Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today

--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   :   atau   
     
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  :  
   


[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2

2004-04-05 Terurut Topik hermansyah
noor syarifuddin <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> jadi justru di sini sama sekali tidak diomongin soal agama dalam 
kehidupan bernegara mereka.agama 
> bukan 'bisnis' pemerintah...

Iya, karena agama bukan bisnis pemerintah itulah, maka sang pemerintah 
bisa dengan leluasanya mendukung konsep 'freedom to believe' itu.

> lha wong anak saya cium tangan saja dikritik abis-abisan he  he  he 
dikiranya itu sesuatu yang 
> feodal...

Lho kok mereka berani kritik habis2an?  Siapa mereka itu? Apakah anda 
nggak terlalu mengeneralisir?

> tapi sebaliknya mereka berpikir bahwa cium pipi itu adalah hal yang 
menjadi etika (dan kita harus 
> menyesuaikan diri dengannya! kalau mau dibilang orang yang 
beradab.)

Ah, masak sih?  Menurut saya hanya orang2 yang pakai 'kaca mata kuda' saja 
yang akan mengatakan demikian, dan rasanya saya kok ragu kalau masyarakat 
yang sistem pendidikannya sudah sangat maju ternyata masih bisa 
menciptakan masyarakat yang ber kacamata kuda juga.  Kalau segelintir 
orang yang begitu sih wajar-wajar aja, tapi kalau mayoritas begitu, 
menurut saya rasanya nggak mungkin deh.

> Mungkin ini ada yang bisa dipakai pedoman : 
> "bagiku agamaku, dan bagimu agamamu."

Ya, ini yang paling safe!  Ini sama sekali nggak melanggar HAM.  Ini 
sangat mendukung konsep freedom to believe itu.

> Jadi kalau negara gak maju-maju, jangan salahkan agama...tapi 
salahkan para pemimpin dan koruptor
> itu...

Seperti pernah kita bahas dalam email2 sebelumnya, kita sepakat bahwa 
agama nggak pernah salah.  Yang salah adalah manusia yang 
menginterpretasikan agama itu.  Yang repot adalah kalau yang 
mengintrepetasikan agama secara 'salah' itu adalah seorang pemimpin.  Maka 
interpretasi yang salah itu dalam sekali pukul bisa menjadikan sekelompok 
orang mempunyai interpretasi yang salah juga.  Interpretasi yang salah 
ini, kalau terus menerus terjadi dalam jangka waktu yang lama, akan dapat 
menciptakan masyarakat yang memiliki kultur 'terbelakang', emosional, 
paranoide, irasional, hypokrit, mudah menyerah, dlsb.

Repotnya, soal salah benar dalam beragama ini adalah masalah yang nggak 
punya buntut dan kepala.  Mbulet aja terus, karena nggak ada seorangpun 
yang bisa menjadi wasit yang adil.  Maka nggak heran kalau kita lihat 
bahwa sebuah agama bisa punya banyak aliran.

Yang repotnya lagi adalah kalau agama yang sudah salah diinterpretasikan 
itu, kemudian dimanipulasi pula untuk melakukan korupsi dan memperdaya 
rakyat.

Dan, yang lebih repot lagi adalah, sang rakyat sendiri kok ya mau di 
bodoh2i dan diperdaya oleh pemimpin yang seperti itu?

Jadi, saya setuju sama yang anda katakan bahwa yang salah adalah para 
pemimpin dan para koruptor.  Tapi, kita yang rakyat, menurut saya salah 
juga, kenapa mau memilih dan percaya begitu saja sama para pemimpin 
bajindul itu dan nurut saja sama apa2 yang mereka katakan.

Akhirnya pilihan kembali lagi kediri kita masing2.  Kita mau apa dan mau 
kemana.  Nah, bingung lagi deh, he he he.

Salam hangat,
HermanSyah XIV.







noor syarifuddin <[EMAIL PROTECTED]>
04/05/2004 12:01
Please respond to yonsatu

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[yonsatu] Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini 
bikin RI nggak 
maju2


Kalau kita balik lagi per definisi dari pemerintahan sekular, maka dia 
akan mengenyampingkan masalah agama dalam setiap urusan yang sifatnya 
hubungan antara WN dan negara..jadi justru di sini sama sekali tidak 
diomongin soal agama dalam kehidupan bernegara mereka.agama bukan 
'bisnis' pemerintah...
 
Bagaimana halnya dengan konsep 'freedom to believe', ini lebih merupakan 
refleksi dari penerapan hak-hak azasi dari masing-masing WNtermasuk di 
dalamnya tentu Freedom to life, freedom to speak dll dll dll
Soal kemudahan menerima itu tergantung dari cultural adaptation dari 
masing-masing warga negara, jadi tidak bisa digeneralisir seperti 
disebutkan sebelumnya.karena banyak warga negara intelektual dari 
negara maju sering berpendapat 'mempertanyakan' atau bahkan meremehkan 
konsep beragama seseorangyang notabene bertentangan dengan konsep 
freedom to believe itu.lha wong anak saya cium tangan saja dikritik 
abis-abisan he  he  he  dikiranya itu sesuatu yang feodal...tapi 
sebaliknya mereka berpikir bahwa cium pipi itu adalah hal yang menjadi 
etika (dan kita harus menyesuaikan diri dengannya! kalau mau dibilang 
orang yang beradab.). 
Jadi di satu sisi mereka mempertanyakan, tapi di lain pihak mereka 
'memaksakan' konsep sehari-hari mereka.
 
Mungkin masih ada syndrome sebagai negara penakluk kali ya...
Mungkin ini ada yang bisa dipakai pedoman : 
"bagiku agamaku, dan bagimu agamamu."
Jadi kalau negara gak maju-maju, jangan salahkan agama...tapi 
salahkan para pemimpin dan koruptor itu.
 
 
salam,
 



--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   : 

[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2

2004-04-05 Terurut Topik Syafril Hermansyah
On Mon, 5 Apr 2004 03:01:36 -0700 (PDT) noor syarifuddin (NS) wrote:

[ ... ]

> Mungkin masih ada syndrome sebagai negara penakluk kali ya...
> Mungkin ini ada yang bisa dipakai pedoman : 
> "bagiku agamaku, dan bagimu agamamu."
> Jadi kalau negara gak maju-maju, jangan salahkan agama...tapi
> salahkan para pemimpin dan koruptor itu.

Pendapat bagus.
Memang memahami agama itu tidak mudah apalagi agama Islam, krn dari awal
sdh dinyatakan utk memahami agama Islam perlu hati dan akal, tidak bisa
hanya satu sisi saja.

Jamannya Khalifah Umar, bahkan perawi terkenal yg dikaruniai Allah
ingatan fotocopies (shg banyak mengingat sunnah Nabi, ayat Quran)
dilarang melakukan dakwah ke umat krn Umar menganggap "logic" nya tdk
mencukupi (referensi buku "Umar yg Agung").


-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah<[EMAIL PROTECTED]>

List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED]


--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   :   atau   
     
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  :