[zamanku] Re: Re: Sudah Waktunya Rakyat Indonesia Memilih Presiden Non-Islam

2008-10-08 Terurut Topik wirajhana eka
Saya dukung om Tawang 100%
   
  Tidak ada urusan RAS dan AGAMA untuk memilih President
  murni rakyat yang menentukan
  Presiden/Bangsa/orang yang masih mendikotomikan SARA dan UUD sesungguhnya 
merupakan bangsa/orang yang berpikiran SEMPIT, terbelakang mental dan moral
  
Bangun!bangun!
  

tawangalun [EMAIL PROTECTED] wrote:
  RI setidaknya telah memilih memilih ras Cino sebagai Presidennya,kan 
mBah harta yg aslinya bernama Lim Slamet itu tunggal Bapak dg On Liem 
sioe Liong.Jadi RI lebih jauh maju dari Amerika yang belum pernah 
memilih ras minoritas.Masak masih dituntut mau disuruh milih Presiden 
Kristen.Yang penting jaman mBah Harta kan menteri2 yg bikin kebijakan 
banyak yang wong Kristen:
1.J.B.Sumarlin.
2.Radius Prawiro.
3.Keimigrasian pernah dipegang wong Kristen,
hingga mulimah dalam paspor harus lepas jilbab,kalau biarawati gak 
usah lepas tutup kepala.

Shalom,
Tawangalun.

- In zamanku@yahoogroups.com, Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Sudah Waktunya Rakyat Indonesia Memilih Presiden Non-Islam
 
 Rakyat Indonesia seharusnya memiliki kesadaran bahwa memilih 
presiden
 bukan atas dasar kesamaan keimanan agamanya, melainkan atas dasar
 reliabilitynya, berdasarkan pengabdiannya, berdasarkan 
pengalamannya,
 dan juga berdasarkan keahliannya.
 
 Adalah salah dan menyesatkan ajaran Islam yang mengharuskan seorang
 pemimpin seorang yang harus beriman kepada Allah dan beragama 
Islam. 
 Karena agama seseorang tidak menggambarkan reliabilitynya tidak
 menggambarkan kesanggupannya.
 
 Masa depan bangsa akan menjadi gelap karena memilih Caleg dengan
 mempersyaratkan keharusan bisa membaca Quran, hal ini bertujuan 
untuk
 menjegal Caleg yang bukan beragama Islam.
 
 
  Anti Bullshit anti.bulshit@ wrote:
  begini kan bentar lagi taun 2009, ada
  PEMILU gw pesan supaya JANGAN PILIH
  PRESIDEN ato LEGISLATIF orang JAWA (suku
  JAWA), sebab mereka penjajah, yang NGAKU-
  NGAKU turunan MAJA PAHIT (sejarah
  FIKTIF) yang meng-agung2kan GJAH MADA
  sebagai penjahat NUSANTARA menjajah rakyat
  Nusantara.
 
  jasadlelaki jasadlelaki@ wrote:
  ah, dari dulu yang dipilih
  wong cina yang nyamar jadi jawa kog...?!
  selama ini mana ada jawa asli yg jadi presiden.
  jangan berpura-pura goblok lah...
  
 
 
 Mungkin sekali pendapat anda diatas itu benar meskipun sulit 
siapapun
 untuk membuktikannya. Tapi bukan semua jawa adalah keturunan Cina
 karena ada juga yang keturunan Belanda, Arab dan India.
 
 Sukarno adalah seorang pemimpin besar yang berkualitas, ternyata dia
 dilahirkan oleh seorang ibu yang aseli Bali yang bekerja sebagai
 pembantu rumah tangga seorang duda Belanda yang bekerja pada 
Gubernur
 Belanda di Bali. Dengan kata lain, Bung Karno adalah keturunan
 Belanda dari hasil hubungan wanita Bali dan orang Belanda, hal 
inilah
 yang memungkinkan bagi Bung Karno untuk diterima disemua sekolah
 Belanda hingga mendapatkan gelar insinyurnya. Juga bisa terbukti 
dia
 menguasai dengan mudah bahasa asing terutama Belanda yang bahkan 
lebih
 fasih daripada berbahasa Indonesia. Kalo saja anda ada yang pernah
 bertemu muka dari dekat disiang hari, maka anda bisa melihat jelas
 bahwa wajah Sukarno bukanlah wajah Asia, hidungnya mancung, kulitnya
 kemerahan bukan sawo matang, seluruh postur tubuhnya identik dengan
 orang Barat Caucasian. Saya masih ingat sewaktu dia menyambut
 kedatangan Presiden Kennedy yang merupakan sahabat dekatnya, sewaktu
 dia berjabatan tangan di Kemayoran, ternyata tinggi badannya sama
 persis setinggi presiden Kennedy yang posturnya sangat tinggi itu.
 
 Suharto kalo anda bandingkan wajahnya dengan bekas presiden Lon Nol
 dari Kamboja, anda akan ter-kaget2 karena wajahnya seperti pinang
 dibelah dua. Ternyata Lon Nol yang bekas presiden Kamboja ini 
adalah
 orang kamboja keturunan Cina. Juga Suharto bukanlah seorang Islam
 tulen bahkan ibu Tien isterinya adalah seorang Catholic 
fundamentalist.
 
 Habibie dilahirkan oleh ibunya yang berasal dari suku Bugis di 
Kendari
 dengan seorang suami Habib yang aseli orang Arab. Setelah 
diceraikan
 suaminya, hidup sang ibu terlunta2 sambil harus memikul beban
 anak2nya. Padawaktu Suharto bertugas menumpas gerombolan 
pemberontak
 Kahar Muzakar inilah dia berkenalan dengan ibu Habibie yang konon
 akhirnya dinikahinya dan menjadi isterinya yang dirahasiakan kepada
 keluarganya. Habibie diangkat sebagai anak pungut oleh pak Harto 
dan
 akhirnya berhasil jadi presiden RI yang ketiga menggantikan 
Suharto. 
 Jelas, Habibie adalah keturunan Arab jingjing.
 
 Jadi cuma tiga orang presiden saja yang pernah dimiliki Indonesia 
yang
 diduga memang keturunan Asing, yang satu Belanda dan yang lainnya
 Cina, sisa2nya presiden Indonesia seperti Habibie adalah keturunan
 Arab. Selanjutnya presiden2 Indonesia adalah pribumi aseli (Jawa). 
 Mungkin memang sudah waktunya Indonesia mengizinkan presiden yang
 orang Jepang, Cina, Inggris, ataupun Belanda untuk juga diberi
 kesempatan yang sama setelah menjadi warganegara Indonesia.
 
 Ny.Muslim binti 

[zamanku] Krisis Keuangan Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datar (bag 1)

2008-10-08 Terurut Topik andre andreas




Di tingkat global setelah kisah krisis
air, krisis iklim, krisis minyak, krisis pangan, kini krisis
finansial naik panggung, Paradoksnya jalan krisis itu terus ditempuh.
Masih saja mekanisme pasar dan korporasi dianggap solusi yang
menjanjikan. Ironi abad ini, rasionalitas yang irasional.
Rasionalitas yang paling tidak masuk akal. 




It’s the capitalism, stupid!
(adapatasi dari frase politik yang populer digunakan Clinton ketika
berkampanye melawan George Bush Senior, it’s the economic, stupid!)






Rudolf Mrazek di dalam bukunya yang
sangat mengesankan dan ajaib, Enginerss of Happy Land : Perkembangan
Teknologi dan Nasionalisme di sebuah Koloni (edisi Indonesia, Yayasan
Obor Indonesia 2006) dan Thomas L Friedman “The World is Flat :
Sejarah Ringkas Abad ke-21 (edisi Indonesia, Dian Rakyat 2006)
bertemu dalam rujukan yang sama (dari banyak rujukan tentunya) untuk
analisis dan argumentasinya. Rujukan itu adalah Manifesto Komunis
yang ditulis oleh Karl Marx dan Engels.



Uniknya keduanya merujuk pada bagian
yang sama. Bila Friedman mengutip beberapa alinea dari Manifesto
Komunis itu, Mrazek hanya mengutip satu alinea.



Friedman mengutip Manifesto Komunis 
untuk menguatkan argumentasi soal gejala pendataran dunia. Ia
menyebutkan bahwa Marx lah orang pertama yang melihat kemungkinan
pendataran dunia untuk menjadi pasar global, yang tidak direpotkan
oleh batasan negara. Menurutnya lagi meskipun Marx adalah pengkritik
paling keras kapitalisme, Marx pula mengagumi kekuatan kapitalisme
mendobrak segala identitas feodal, nasional, maupun agama. 




Sedangkan Mrazek mengutip Manifesto
Komunis untuk memulai bab 1 yang berjudul Bahasa Sebagai Aspal, suatu
kajian ajaib untuk melihat fenomena jalan raya bukan semata sebagai
fenomena teknologi dan material  tetapi juga sebagai fenomena
penemuan bahasa dan pertarungan wacana. 




Pada pokoknya inilah pesan utama
“Kebutuhan akan pasar yang terus meluas bagi produk-produknya
mengejar kaum borjuis di seluruh permukaan bumi. Ia harus bersarang
di semua tempat, bermukim dimana-mana, menjalin hubungan-hubungan di
mana-mana”.



Gagasan Pendataran Dunia disimpulkan
oleh Friedman sepanjang dan selepas  perjalanannya berkelana di India
tepatnya ke kota Bangalore “Lembah Silikon” nya India bersama tim
kerjanya dari saluran TV Discovery Times. Pemicunya adalah pernyataan
Nilekani CEO Infosys Technology Limited (orang pintar dan pemimpin
yang paling disegani di dunia usaha India), “Tom, lapangan
permainan kini semakin didatarkan”. 




Friedman kemudian dengan gagah
mengatakan perjalanan eksplorasinya ke Bangalore mirip dengan
perjalanan Columbus setengah abad lalu dalam upayanya menemukan jalan
yang lebih singkat menuju India. Perbedaannya bila Columbus walau
akhirnya tidak sampai India dan tersasar ke Amerika mendapatkan
kesimpulan bahwa dunia itu bulat, Friedman menyimpulkan sebaliknya
Dunia itu Datar.



Kita tahu kemudian keberhasilan
Columbus memacu para pelaut tangguh dari Eropa berlomba-lomba
melakukan pelayaran untuk mencari daerah-daerah yang eksotik dan kaya
sumber daya alam. Kita tahu inilah cerita tentang kapitalis negara 
dalam wujud VOC (Kerajaan Belanda) dan EIC (kerajaan Inggris) dan
kemudian juga dalam kata-kata Manifesto Komunis ‘mengejar kaum
borjuasi (eropa, catatan saya)…….ia harus bersarang di semua
tempat, bermukim dimana-mana, menjalin hubungan dimana-mana”



Tidak saja untuk mengejar kebutuhan
akan pasar yang terus meluas bagi produk-produknya, tetapi juga
menguasai bahan baku (sumber daya alam), sekaligus mengejar barisan
budak dan buruh yang murah.  




Ini adalah awal cerita tentang
kolonialisme, dan imperialisme sebagai perkembangan lebih lanjut dari
kebajikan ‘akumulasi modal sebesar-besarnya” (kapitalisme atau
keserakahan sebagai iman) dan kemudian cerita tentang modal yang
tidak kenal batas negara. Bahkan tentang modal yang kemudian mengatur
negara dan negara yang mbebek saja melindungi korporasi dibalik mitos
biarkan ‘mekanisme pasar bekerja’,  ‘tangan-tangan ajaib’
(invisible hand) dan ‘efek menetes ke bawah” (trickle down
effect) dari kesejahteraan segelintir orang ke tengah-tengah massa. 




Dan pagi  ini saya kembali bertemu Marx
dalam artikel Martin Manurung ‘Neoliberalisme Kena Batunya’ di
Kompas, menyoal turun tangannya pemerintah AS dengan dana talangan
untuk menyelamatkan korporasi yang mengalami kesulitan karena ulah
dan ketololannya sendiri.  Hmm dana publik dari pajak tanpa banyak
persyaratan digelontorkan kepada korporasi . 




Lupakan jargon-jargon mekanisme pasar,
tangan-tangan ajaib yang dimitoskan itu, negara dalam hal ini Bush
mohon ijin terang-terangan (banyak yang tersembunyi tentunya) untuk
melindungi pemilik modal. 




Martin kemudian menutup artikelnya
“Tesis negara sebagai pelindung modal, sebagaimana pernah dikatakan
Karl Marx, menjadi sungguh-sungguh hadir dan nyata dalam krisis AS”.
 (Disamping kontradiksi sistemik dan struktural kapitalisme yang akan
terus menyimpan kerentanan krisis terus menerus, 

Re: [zamanku] Suap-menyuap di Negeri Ini

2008-10-08 Terurut Topik Agung Setiawan
jangankan pejabat A sampai Z aja yg bisa terjadi suap menyuap !
  Bagaimana dengan para Pegawai Negri rendah, seperti Office Boy  aka Pelayan 
Kantor, Sekretaris, Sopir, “Ajudan” dsbnya?. melalui sekretaris (tapi tidak 
semua kok!), atau office Boy dengan Rp.500.000 saja dengan gampang kita bisa 
mendapatkan copy surat keputusan Menteri, risalah rapat Kabinet, Jadwal 
perjalanan pegawai tinggi pemerintahan, Agenda pimpinan perusahaan BUMN, 
Memo-memo Intern lembaga pemerintahan, disposisi menteri . menteri? 
Disposisi Presiden saja bisa!



Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Jawa Pos
   Senin, 06 Oktober 2008 ] 
 
   
  Suap-menyuap di Negeri Ini 
  
  Oleh: Kurniawan Muhammad * 

  
PUSAT Studi Pengembangan Kawasan (PSPK) Jakarta pernah melakukan penelitian 
pada 2001 di tujuh kota. Yaitu, Jakarta, Bandung, Surabaya, Padang, Medan, 
Semarang, dan Pontianak. Penelitian itu ingin mengungkap budaya korupsi dalam 
konteks wacana sehari-hari. 

Salah satu hasilnya, terungkap ada 40 peribahasa yang tumbuh subur di 
masyarakat, yang cenderung kompromistis terhadap langgengnya korupsi. Disebut 
cenderung kompromistis setelah terjadi distorsi dari makna yang sebenarnya 
peribahasa tersebut. 

Salah satu contoh peribahasa yang disebut dalam penelitian itu: jer basuki mawa 
bea. Peribahasa Jawa itu sebenarnya punya makna yang sangat positif, yakni jika 
ingin sukses, harus berani berkorban. 

Tapi, menurut penelitian itu, setelah terjadi distorsi makna, peribahasa 
tersebut disalahgunakan sebagai ''pemaklum'' untuk praktik-praktik penyuapan. 
Menyuap dianggap sebagai sebuah bentuk pengorbanan jika ingin urusannya lancar. 

***

Ketika mengikuti ramainya pemberitaan seputar kasus suap yang belakangan ini 
terjadi, saya teringat dengan hasil penelitian dari PSPK itu. Kita lihat saja 
kasus suap teranyar yang berhasil diungkap KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), 
yang menimpa anggota KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) M. Iqbal. 

Pada 16 September lalu, dia ditangkap KPK setelah menerima uang Rp 500 juta 
dari Billy Sindoro, mantan Presdir PT First Media Tbk, penyedia jasa layanan 
broadband internet dan televisi kabel milik Grup Lippo. 

Menurut KPK, uang itu dikategorikan sebagai suap karena diterima Iqbal terkait 
keputusan KPPU yang menguntungkan jaringan perusahaan PT First Media Tbk. 
Hingga kini, penyidikan kasus tersebut sedang dilakukan. 

Sebelum mencuatnya kasus Iqbal, bau suap yang lain juga menyengat di balik 
terpilihnya Miranda Swaray Goeltom sebagai deputi gubernur senior Bank 
Indonesia. Adalah Agus Condro yang secara lantang ''menyanyi'' dan mengungkap 
dosanya pada masa lampau. Dia mengaku menerima uang Rp 500 juta setelah komisi 
tempatnya berkiprah (Komisi Keuangan DPR) saat itu meloloskan Miranda menjadi 
deputi gubernur senior Bank Indonesia. 

Agus mengatakan, uang yang diterimanya itu pasti ada kaitan dengan lolosnya 
Miranda. Hingga kini, KPK masih menyelidiki kebenaran ''nyanyian'' Agus. 

Melihat dua kasus suap tersebut setidaknya menyisakan dua catatan. Pertama, 
kasus suap yang mencuat itu selalu melibatkan oknum di lembaga atau instansi 
strategis. Pola yang terjadi, si oknum memanfaatkan kewenangan dan jabatan 
untuk membuka peluang bagi terjadinya ''transaksi''. 

Jika transaksi itu dibahasakan, kalimat yang diucapkan si oknum kira-kira 
begini: ''Aku punya jabatan dan kewenangan. Siapa saja yang ingin mendapatkan 
'berkah' dari jabatan dan kewenanganku, maka berkorbanlah.'' Dari situlah bisa 
jadi lantas muncul ''habit'' suap-menyuap sebagai wujud dari pengorbanan yang 
sudah mengalami distorsi makna. 

Catatan kedua, si oknum yang disuap sering terkesan muncul sebagai pelaku 
tunggal. Padahal, dia berkiprah di sebuah instansi atau lembaga yang dibentuk 
dalam sebuah sistem sehingga pasti berinteraksi dengan beberapa orang. 

Sebut saja dalam kasus suap anggota KPPU M. Iqbal. Mari kita uji dengan 
beberapa pertanyaan berikut ini: Mungkinkah Iqbal dalam kasus tersebut bermain 
sendiri? Mungkinkah ada oknum lain di KPPU yang ikut bermain bersama Iqbal? 
Jika Iqbal memang bermain sendiri, cukup ''sakti'' kah dia untuk bisa mengatur 
keputusan KPPU sehingga menguntungkan pihak yang menyuap? 

Saya berharap, KPK merunut jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sehingga 
bisa menuntaskan penyidikan kasus Iqbal. 

Contoh lain adalah dugaan kasus suap di balik terpilihnya Miranda Goeltom. 
Hingga kini, oknum anggota DPR yang menerima suap terkesan hanya si Agus 
Condro. Betapapun Agus Condro berteriak bahwa tidak hanya dirinya yang menerima 
suap (dia menyebut beberapa nama yang satu komisi dengannya, seperti Tjahjo 
Kumolo, Dudhie Makmun Murod, dan Emir Moeis). Tapi, hingga kini, baru Agus 
Condro yang secara jelas menerima uang tersebut. Itu pun karena dia mengaku. 
Sementara orang-orang yang disebut Agus ramai-ramai membantah. 

Untuk kasus Agus Condro itu, ada yang agak aneh. KPK terkesan lambat dalam 
merespons ''nyanyian'' Agus. Lembaga superbodi itu malah