[zamanku] Membongkar Jaringan AKKBB (3)

2008-06-13 Terurut Topik Reporter Milist
Membongkar Jaringan AKKBB (3) - Original Message -
From: riri cute
Membongkar Jaringan AKKBB (3) Selasa, 10 Jun 08 19:11 WIB
 Kirim 
teman

Kejadian rusuh yang diakibatkan *provokasi massa AKKBB terhadap para laskar
Islam siang itu (1/6) di Monas berlangsung cepat*. Para korlap dari umat
Islam berusaha menenangkan massanya yang marah.

Untunglah korban luka hanya beberapa orang dan tidak ada yang parah. Namun
oleh media massa cetak maupun teve *yang dikuasai jaringan liberal Islam dan
juga non-Muslim, peristiwa yang sebenarnya biasa saja ini
diblow-upsedemikian rupa bagaikan sebuah peristiwa genosida yang
memakan korban
ratusan ribu nyawa.* Penguasaan media massa, di sinilah titik lemah umat
Islam Indonesia.

Sehari setelah peristiwa, Kuasa Usaha Kedubes Amerika Serikat John A Heffern
menjenguk empat anggota AKKBB di RSPAD, Jakarta. Dalam kunjungannnya, John
menyalami dan berbincang dengan mereka. Keempatnya adalah Manager Program
Jurnal Perempuan Guntur Romli (salah satu *pentolan* JIL), Direktur ICIP
Syafii Anwar, *dan dua anggota kelompok sesat Ahmadiyah yakni Dedi C Ahmad
dan Taher.*

Pada hari yang sama, *dan ini yang mengejutkan*, Presiden SBY dengan amat
cepat merespon peristiwa tersebut. Padahal presiden yang satu ini dikenal
sebagai *seseorang yang lamban dan peragu dalam mengambil sikap*. Hanya
sehari setelah kejadian, SBY menggelar jumpa pers mendadak di Kantor
Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta. Sebelumnya, Juru Bicara
Kepresidenan Andi Mallarangeng, *adik dari tokoh JIL Rizal Mallarangeng
mengingatkan para jurnalis untuk tidak memotong pernyataan presiden dalam
medianya.*

"Karena ini menyangkut isu yang sensitif, " demikian Andi.
Secara lengkap, ini adalah pernyataan SBY soal bentrokkan di Monas: *"Saya
sangat menyesalkan terjadinya kekerasan di Jakarta kemarin siang. Saya
mengecam keras pelaku-pelaku tindak kekerasan itu yang menyebabkan sejumlah
warga kita luka-luka.*
*Negara kita adalah negara hukum yang punya UUD, UU dan peraturan yang
berlaku, bukan negara kekerasan. Oleh karena itu terkait insiden kekerasan
kemarin, saya minta hukum ditegakkan. Pelaku-pelakunya diproses secara hukum
diberikan sanksi hukum yang tepat.*
*Ini menunjukkan negara tidak boleh kalah dengan perilaku-perilaku
kekerasan. Negara harus menegakkan tatanan yang berlaku untuk kepentingan
seluruh rakyat Indonesia.*
*Saya meminta masyarakat luas mengingat akhir-akhir ini banyak kegiatan
fisik di lapangan, sebagian adalah unjuk rasa sebagian lagi bukan. Tapi di
satu kota bersamaan sering terjadi berbagai kegiatan fisik dengan tujuan,
motif dan tema berbeda. Saya harap semua pihak tetap tertib mengendalikan
diri. Apa yang disampaikan kepada kepolisian, itu dijalankan. Karena itu
janjinya kepada kepolisian sehingga pengamanan bisa dilakukan.
*
*Kalau ada masalah di antara komponen masyarakat, solusinya bukan dengan
kekerasan, tapi solusi damai. Sesuai dengan semangat kita, UUD, UU dan
peraturan yang berlaku.*
*Kepada kepolisian, saya meminta agar meningkatkan kinerjanya. Tantangannya
tidak ringan, permasalahannya kompleks. Oleh karena itu kepolisian di
seluruh tanah air khususnya Jakarta dan kota besar lain, lebih cepat dan
profesional agar semua bisa ditangani dengan baik.
*
*Memang ada dinamika, ada kegiatan yang tiba-tiba datang seperti kekerasan
yang terjadi kemarin. Tapi kepolisian tetap melakukan pencegahan.*
*Tegas! Jangan memberikan ruang untuk keluar dari apa yang kita kehendaki.
Kepada seluruh rakyat mari kita jaga baik-baik negeri ini, kita jaga
kehormatan bangsa di negeri sendiri dan dunia internasional.*
 *Tindakan kekerasan kemarin yang dilakukan oleh organisasi tertentu,
orang-orang tertentu mencoreng nama baik negara kita di negeri sendiri
maupun dunia.*
*Jangan mencederai seluruh rakyat Indonesia dengan gerakan-gerakan dan
tindakan seperti itu. Demikian pernyataan saya, terima kasih."*


Sehari setelah SBY mengeluarkan Lalu (3/6/2008), *Kedubes AS mengeluarkan
rilis yang disampaikan kepada berbagai media massa Indonesia*. Kedubes AS
menyatakan jika tindak kekerasan seperti yang terjadi di Monas menimpa massa
AKKBB akan memiliki dampak yang serius bagi kebebasan beragama dan berkumpul
di Indonesia dan akan menimbulkan masalah keamanan. Kedubes AS juga prihatin
terhadap para korban yang terluka dan pihaknya pun menyambut baik sikap SBY
agar para pelaku tindak kejahatan segera ditindak secara hukum. Tidak sampai
di sini, Kedubes AS pun *mendesak pemerintah SBY* untuk terus menjunjung
kebebasan beragama bagi para warga negaranya sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.


Di sebagian besar media massa, cetak maupun teve, peristiwa ini mendapat
porsi pemberitaan yang sangat besar dengan pemihakan yang sangat kentara.
Yang sangat kasar dalam hal ini adalah Metro TV. Dalam aneka acara, Metro TV
menyebut Habib Rizieq hanya dengan "Rizieq Shihab", sedangkan Abdurrahman
Wahid dengan sebutan Gu

[zamanku] Membongkar Jaringan AKKBB (3)

2008-06-12 Terurut Topik riri cute
Membongkar Jaringan AKKBB (3)  Selasa, 10 Jun 08 19:11 WIB
Kirim teman
   
  Kejadian rusuh yang diakibatkan provokasi massa AKKBB terhadap para laskar 
Islam siang itu (1/6) di Monas berlangsung cepat. Para korlap dari umat Islam 
berusaha menenangkan massanya yang marah. 
   
  Untunglah korban luka hanya beberapa orang dan tidak ada yang parah. Namun 
oleh media massa cetak maupun teve yang dikuasai jaringan liberal Islam dan 
juga non-Muslim, peristiwa yang sebenarnya biasa saja ini diblow-up sedemikian 
rupa bagaikan sebuah peristiwa genosida yang memakan korban ratusan ribu nyawa. 
Penguasaan media massa, di sinilah titik lemah umat Islam Indonesia.
   
  Sehari setelah peristiwa, Kuasa Usaha Kedubes Amerika Serikat John A Heffern 
menjenguk empat anggota AKKBB di RSPAD, Jakarta. Dalam kunjungannnya, John 
menyalami dan berbincang dengan mereka. Keempatnya adalah Manager Program 
Jurnal Perempuan Guntur Romli (salah satu pentolan JIL), Direktur ICIP Syafii 
Anwar, dan dua anggota kelompok sesat Ahmadiyah yakni Dedi C Ahmad dan Taher.
   
  Pada hari yang sama, dan ini yang mengejutkan, Presiden SBY dengan amat cepat 
merespon peristiwa tersebut. Padahal presiden yang satu ini dikenal sebagai 
seseorang yang lamban dan peragu dalam mengambil sikap. Hanya sehari setelah 
kejadian, SBY menggelar jumpa pers mendadak di Kantor Presiden, Jl Medan 
Merdeka Utara, Jakarta. Sebelumnya, Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng, 
adik dari tokoh JIL Rizal Mallarangeng mengingatkan para jurnalis untuk tidak 
memotong pernyataan presiden dalam medianya. 
   
  “Karena ini menyangkut isu yang sensitif, ” demikian Andi.
  Secara lengkap, ini adalah pernyataan SBY soal bentrokkan di Monas: “Saya 
sangat menyesalkan terjadinya kekerasan di Jakarta kemarin siang. Saya mengecam 
keras pelaku-pelaku tindak kekerasan itu yang menyebabkan sejumlah warga kita 
luka-luka.
  Negara kita adalah negara hukum yang punya UUD, UU dan peraturan yang 
berlaku, bukan negara kekerasan. Oleh karena itu terkait insiden kekerasan 
kemarin, saya minta hukum ditegakkan. Pelaku-pelakunya diproses secara hukum 
diberikan sanksi hukum yang tepat.
  Ini menunjukkan negara tidak boleh kalah dengan perilaku-perilaku kekerasan. 
Negara harus menegakkan tatanan yang berlaku untuk kepentingan seluruh rakyat 
Indonesia. 

  Saya meminta masyarakat luas mengingat akhir-akhir ini banyak kegiatan fisik 
di lapangan, sebagian adalah unjuk rasa sebagian lagi bukan. Tapi di satu kota 
bersamaan sering terjadi berbagai kegiatan fisik dengan tujuan, motif dan tema 
berbeda. Saya harap semua pihak tetap tertib mengendalikan diri. Apa yang 
disampaikan kepada kepolisian, itu dijalankan. Karena itu janjinya kepada 
kepolisian sehingga pengamanan bisa dilakukan. 

  Kalau ada masalah di antara komponen masyarakat, solusinya bukan dengan 
kekerasan, tapi solusi damai. Sesuai dengan semangat kita, UUD, UU dan 
peraturan yang berlaku.
  Kepada kepolisian, saya meminta agar meningkatkan kinerjanya. Tantangannya 
tidak ringan, permasalahannya kompleks. Oleh karena itu kepolisian di seluruh 
tanah air khususnya Jakarta dan kota besar lain, lebih cepat dan profesional 
agar semua bisa ditangani dengan baik. 

  Memang ada dinamika, ada kegiatan yang tiba-tiba datang seperti kekerasan 
yang terjadi kemarin. Tapi kepolisian tetap melakukan pencegahan.
  Tegas! Jangan memberikan ruang untuk keluar dari apa yang kita kehendaki. 
Kepada seluruh rakyat mari kita jaga baik-baik negeri ini, kita jaga kehormatan 
bangsa di negeri sendiri dan dunia internasional. 

  Tindakan kekerasan kemarin yang dilakukan oleh organisasi tertentu, 
orang-orang tertentu mencoreng nama baik negara kita di negeri sendiri maupun 
dunia.
  Jangan mencederai seluruh rakyat Indonesia dengan gerakan-gerakan dan 
tindakan seperti itu. Demikian pernyataan saya, terima kasih.” 
  
 
  Sehari setelah SBY mengeluarkan Lalu (3/6/2008), Kedubes AS mengeluarkan 
rilis yang disampaikan kepada berbagai media massa Indonesia. Kedubes AS 
menyatakan jika tindak kekerasan seperti yang terjadi di Monas menimpa massa 
AKKBB akan memiliki dampak yang serius bagi kebebasan beragama dan berkumpul di 
Indonesia dan akan menimbulkan masalah keamanan. Kedubes AS juga prihatin 
terhadap para korban yang terluka dan pihaknya pun menyambut baik sikap SBY 
agar para pelaku tindak kejahatan segera ditindak secara hukum. Tidak sampai di 
sini, Kedubes AS pun mendesak pemerintah SBY untuk terus menjunjung kebebasan 
beragama bagi para warga negaranya sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang 
Dasar Negara Republik Indonesia. 
  
 
  Di sebagian besar media massa, cetak maupun teve, peristiwa ini mendapat 
porsi pemberitaan yang sangat besar dengan pemihakan yang sangat kentara. Yang 
sangat kasar dalam hal ini adalah Metro TV. Dalam aneka acara, Metro TV 
menyebut Habib Rizieq hanya dengan “Rizieq Shihab”, sedangkan Abdurrahman Wahid 
dengan sebutan Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid. Angle pemberitaan pun terasa 
sekal