Precedence: bulk Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom E-mail: [EMAIL PROTECTED] Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp Xpos, No 03/II/28 Januari-3 Februari 99 ------------------------------ RUSUH DIMANA-MANA (POLITIK): Provokasi untuk memancing kerusuhan terjadi dimana-mana. ABRI lamban bergerak karena provokatornya kaki tangan Cendana? Peristiwa seperti menjelang kejatuhan Soeharto, Mei tahun lalu terjadi lagi di Jakarta. Sejumlah super market di berbagai tempat di Jakarta Selasa (26/1) lalu dipenuhi pembeli untuk memborong bahan makanan. Sebab, ada kabar bahwa Rabu (27/1) akan terjadi kerusuhan besar di mana-mana. Kabar bahwa akan terjadi kerusuhan besar tanggal 27 Januari itu sebenarnya sudah beredar lama di internet. Hal itu semakin diyakinkan dengan munculnya sejumlah analisis para pakar mengenai kemungkinan terjadinya aksi besar mahasiswa paska lebaran. Bahkan kantor berita SiaR sempat melansir bahwa kabar itu tak hanya menyebar di Jakarta, namun juga di Solo, Jawa Tengah, kota yang pada peristiwa kerusuhan Mei lalu, juga hancur lebur. Di Solo menurut laporan SiaR, kabar bahwa tanggal 27 Januari akan terjadi kerusuhan di kota itu sudah diketahui hampir seluruh warga Solo. Kabar itu menjadi lebih serem lagi, ketika kantor berita itu mengungkapkan pengakuan seorang anggota Pemuda Pancasila yang mengaku diperintahkan untuk membuat kekacauan di pinggiran kota Jakarta, jika benar akan ada aksi demosntrasi besar-besaran yang akan digelar mahasiswa Jakarta. Skenarionya, jika mahasiswa turun ke jalan secara besar-besaran, maka mereka disiapkan untuk membakar kota-kota di pinggiran Jakarta, seperti Tangerang, Bekasi dan Depok. "Tugas kami melakukan kekacauan di pinggiran kota ketika mahasiswa melakukan aksi besar-besaran di dalam kota Jakarta," ujar anggota Pemuda Pancasila seperti dikutip kantor berita itu. Tapi kenyataannya, tanggal 27 Januari, Jakarta aman tidak ada demonstrasi besar-besaran seperti dugaan sebelumnya. Bahkan mahasiswa pun tahu akan skenario itu sehingga menahan diri untuk tidak turun ke jalan. Sehingga skenario itu belum dijalankan. Menurut beberapa sumber, teror kerusuhan itu tampaknya sudah menjadi skenario besar kelompok yang akan balas dendam karena kekalahan sejak Mei tahun lalu. Teror itu merupakan sebuah rangkaian aksi mereka, termasuk kerusuhan yang melanda Kupang dan Ambon beberapa waktu lalu. Bahkan di beberapa tempat di Jawa provokasi justru sudah terjadi. Di Malang, pekan lalu seorang tak dikenal berbuat tak senonoh di sebuah gereja Katolik. Pastor gereja setempat segera menghubungi Ketua Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, KH Hasyim Muzadi, sehingga kasus itu bisa diselesaikan. Selain di Malang, provokasi sudah merambah Situbondo. Menurut Hasyim, Pemimpin Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam di Situbondo, dihasut oleh sekelompok orang yang mengajak kyai itu dan santri-santrinya melakukan aksi menanggapi kasus Ambon. Tapi untungnya, pimpinan NU Jatim telah mewanti-wanti kepada jajarannya untuk tidak menanggapi pancingan-pancingan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan rusuh. Pancingan untuk membuat rusuh pernah pula muncul di Yogyakarta. Hanya saja, masyarakat Yogya tidak terpancing dengan ulah provokator tersebut. Peristiwanya terjadi saat Sholat Idulfitri (19/1). Waktu itu, saat jamaah Salat Idul Fitri sedang mendengarkan khotbah, tiba-tiba dikejutkan adanya suara sepeda motor Yamaha Alfa yang berjalan cukup kencang dari arah Jalan Laksda Adisucipto. Beberapa aparat polisi yang berjaga di perempetan Jalan Laksda Adisucipto mencoba memperingatkan, tapi mereka justru memaki dan tetap memacu kendaraannya dengan kencang hingga hampir menabrak mobil patroli polisi yang digunakan untuk memblokade jalan. Kedua pengendara itu dapat menerobos blokade polisi, namun sesampainya di depan Kantor LPP mereka tidak dapat menerobos barisan jamaah Salat Idul Fitri. Sehingga massa terpaksa menghentikan kendaraan tersebut dan beramai-ramai mengeroyok pengendaranya, sebelum akhirnya ditangkap polisi. Sementara itu, provokasi dilakukan di Tegal berhasil memecah belah simpatisan PKB dan PPP. Pidato politik aktifis PPP, Siti Chotijah dianggap menyinggung perasaan pendukung PKB. Maka pecahlah kerusuhan massa di Desa Cepir, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (20/1). Sedangkan di Pontianak, lain lagi cerita-nya. Amukan massa ratusan warga di Pahoman, salah satu kecamatan di pedalaman Kabupaten Pontianak akhir Januari lalu lantaran, wakil mereka gagal menjadi calon Bupati Pontianak. Dan arah dari kerusuhan ini pun sudah mengarah ke anti ras di luar Dayak. Provokasi-provokasi untuk membuat rusuh telah merambah kemana-mana. Namun anehnya, hingga sekarang ABRI belum mampu menangkap dan mengadili secara serius terhadap para provokator itu. Dan kelambanan ABRI tersebut mendapat kecaman dari berbagai pihak. Konon, Amien Rais dan Gus Dur ketika bertemu dengan Wiranto di Wisma Yani beberapa waktu lalu sempat menyemprot pimpinan ABRI itu karena lamban dalam menangani berbagai kerusuhan. Apalagi, ABRI sudah punya informasi mengenai penggerak kerusuhan itu. Namun beberapa kalangan mensinyalir, kelambanan ABRI dalam menangkap para provokator kerusuhan tersebut lantaran para provokator itu adalah kaki tangan Soeharto. Sementara Wiranto sendiri sudah terlanjur dekat dengan Soeharto, sehingga sulit untuk bertindak tegas. Oleh sebab itu, pertemuannya dengan sejumlah tokoh beberapa waktu lalu dinilai sebagai upaya mencari dukungan moral untuk menindak para perusuh. Semoga. (*) ------------------------------ Berlanganan XPOS secara teratur Kirimkan nama dan alamat Anda ke: [EMAIL PROTECTED] ---------- SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html