At 3:08 PM +0700 9/5/05, Harry Sufehmi wrote:

Sebetulnya kalau public transport sudah beres, bisa saja kita tidak punya mobil, tapi bisa tetap beraktivitas dengan nyaman. (sehingga, implikasinya, punya mobil adalah kemewahan/utk bisnis) Saya sudah sempat merasakan sendiri ini di beberapa tempat (yang, sayangnya, semuanya di luar Indonesia).

saya sendiri menghindari naik mobil sebisa mungkin. males nyetir mobil dan terjebak macet. lebih baik naik bis, bisa tidur kalau terjebak macet.

Jadi untuk di Jakarta, yang macetnya (CMIIW lho) cuma kalah dari Bangkok; saya kira yang punya satu mobil pun juga tidak apa-apa dipajaki (asumsi: transportasi umum sdh beres)

lha memang yang punya satu mobil pun sudah kena pajak kok, hehe.

 >dan sesuai dengan nilai mobil tersebut. kalau misalnya si james riadi
cuma punya satu mobil, avanza misalnya, dan saya juga punya mobil
avanza, akan sangat-sangat-sangat tidak adil bayar pajak 1 milyar
untuk mobil seharga cuma 70 juta, sementara saya cuma bayar 100 ribu.
saya lebih rela saya dan si james sama2 bayar 100 ribu. mungkin si
james riadi sekalian hengkang dari indonesia buat cari negara yang
lebih adil sistem pajaknya.

Mungkin yang lebih adil itu begini 'kali ya:

mobil #1 : 2% income
mobil #2 : 5% income
mobil #3 : 10% income
dst

Kalau saya jadi anggota dewan, nanti akan saya perjuangken :)

masih kurang adil. menurut saya pribadi, kalau memang berkeras ada unsur perhitungan berdasarkan income, lakukan kombinasi. misalnya, karena yang kita bahas ini adalah pajak progresif, maka mulai berlaku di mobil #2, pajaknya + 10% kalau penghasilan < 10 jt per bulan, + 15% kalau penghasilan > 10 jt, dan seterusnya. jangan langsung mengaitkan pajaknya dengan income, karena rasa tidak adil yang saya ungkapkan sebelumnya (mobil cuma 70 juta tapi bayar pajaknya 100 juta misalnya) bisa terjadi kalau pajaknya langsung berupa prosentase dari income.

 >saya bukan belain orang kaya, tapi adalah salah membuat orang kaya
tidak betah tinggal di indonesia. duit mereka bakalan nggak diputer
di sini.

well, saya kira kita cuma perlu memberi pengertian, bahwa :

1. this is for greater good

point yang saya ajukan, bahwa duit orang kaya lebih baik diputer di indonesia, itu juga for greater good.

2. uang pajak tadi tidak akan ditilep (*), sehingga
3. mereka tidak mendapat persepsi bahwa pajak gede itu untuk menganiaya mereka

karena itu jangan langsung mengaitkan prosentase pajak kendaraan-nya ke income, hehe.

kalau tidak mau juga, ya saya kira Indonesia tidak perlu orang kaya yang tidak peduli dengan sesamanya ya. Cuma mau meraup kekayaan di Indonesia, tapi tidak mau membaginya.

ini cuma perhitungan sederhana kok. misalnya penghasilan 1 milyar setahun, apa masuk akal bayar pajak untuk SATU kendaraan sebesar 100 juta lebih?

--
I solemnly swear that I'm up to no good
http://data.startrek.or.id
http://kiozk.com

Kirim email ke