> Saya masih ingat contoh seorang mahasiswa saya (yang sangat
> jago bahasa Java) yang ribut dengan seseorang yang baru
> tahu Java sedikit kemudian sudah habis-habisan mengatakan
> bahwa semuanya harus Java. Kalau nggak bisa Java berarti
> nggak ngerti programming, dst. (Pasti rekan-rekan yang
> sudah lama di beberapa milis tahu orang yang saya maksud
> he he he). Saya yang membaca ini terpaksa ngurut dada.
> Mahasiswa saya yang jago Java saja tidak demikian ngotonya
> dan bahkan cenderung agak defensif.

Harusnya kan dikomparasi dari sisi fungsi atau performance.

Kalau soal ngotot2an sebetulnya lebih ke masalah maturity individual
masing2 (who cares..).
Masalahnya gak ada tuntutan untuk tiap orang untuk menguasai semua
bahasa pemrograman.Kalau ybs fit dengan X ya go ahead,kalau gak ya
sudah.

> Beberapa tahun yang lalu saya ngobrol dengan kawan yang
> bekerja di Intel (di Santa Clara?). Kebetulan saya ke
> kantornya yang di Silicon Valley sono. Meski kedudukan
> dia sudah tinggi, qubicle dia sangat kecil. he he he.

Betul Intel di Santa Clara,Emang cube disini gak ada yang gede,meskipun
CEO....beda dengan Indonesia :)

Di Bangalore India cubenya jauh lebih kecil lagi,satu cube bisa
disharing empat orang.


> Kerjaan dia adalah soft marketing (meski dia engineer).
> Jadi kerjaan dia adalah mencari aplikasi2 yang membutuhkan
> computing power besar sehingga orang mau upgrade CPU.
> Kesimpulan waktu itu: mereka senang Games dan Java!
> karena keduanya membutuhkan computing resources yang besar
> (sehingga orang bakalan mau upgrade terus). he he he.

Masalahnya CPU dan memory *relatively* juga gak mahal lagi skrg.So Java
"memory/cpu consumption" is *relatively* not big deal anymore....

Btw baca di San Jose Mercury News kalau nanti performance prosessor gak
diukur dari kecepatan,tapi dari berapa power consumption yang
dibutuhkan.Menarik,apa2 diukur dari energi skrg.


Carlos


> 
> 
> -- budi

Kirim email ke