On 10/19/06, Made Wiryana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > On 10/17/06, hendra - <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Gimana kalau kita "balik". Jadi yg mengucapkan ini adalah orang luar > negeri: > > > > "Lah, yg namanya di depan internet, ya ingin cita rasa internasional > > dong. Kita kunjungi situs2 luar negeri, contohnya Jawa Pos, Kompas, > > Republika, dll".. :D > > Boleh banyak yg ndak suka detik.com (disain lah, ini lah itu lah), tapi buat > yg di LN merupakan situs Indonesia yg sering diakses. Bahkan ada situs > asing, yg rajin menerjemahkan berita di detik.com ke bahasa Inggris.
Nah, sudah dijawab. Teman-teman saya di Groningen, Belanda, dulu, punya acara rutin: setiap malam Minggu menonton wayang orang atau Srimulat (?) dari Indosiar. Saya belum tahu tempat "hosting" kedua acara tersebut, namun jika di Indonesia, kita ajak saja banyak-banyak perantau di manca negara melihat acara tersebut, sehingga pemakaian lebarpita dari dalam negeri tersedot banyak ke luar dan kita surplus. Saya juga beberapa kali menyarankan penyedia situs Web di dalam negeri menyediakan informasi hal-hal yang di dalam negeri dianggap mudah dicari, tapi menjadi berharga di luar negeri. Ada teman di fakultas hukum di luar negeri perlu materi GBHN, tak ketemu juga dicari yang lengkap di situs Web. Akhirnya terpaksa titip minta dibawakan dari Indonesia, yang di sini beronggokan di lapak penjual buku bekas. Konteks pernyataan saya sebelumnya memang untuk kita yang tinggal di dalam negeri, Indonesia, dan memiliki keterbatasan belum sanggup jalan-jalan ke New York, Rio, dan Tokyo... ("... jangan sampai tua sebelum waktunya", dendang Sheila Majid). > Dulu katanya ada yg semangat bikin "saingan" detik.com dari sisi layout dsb, > tapi koq ndak kedengaran lagi Belum ketemu investor, barangkali.... ;-) -- amal --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---