sejarah BANTEN. baraya, ieu aya tulisan ngeunaan sajarah banten. Asal tulisan eiu teh ti kang Gunawan Yusuf <[EMAIL PROTECTED]> nu saparantos dikempelkeun aya 8 file. Ka 8 file eta dikempelkeun jadi hiji anu hasil ahirna aya di handap ieu. Nyanggakeun.
Wasalam, DURAHMAN From: Gunawan Yusuf <[EMAIL PROTECTED]> To: DURAHMAN <[EMAIL PROTECTED]> Date: Wednesday, December 17, 2003, 7:57:53 AM Subject: Fw: SAJARAH BANTEN 8 (Syech Nawawi Al Bantani) Files: <none> Sajarah Banten I Sumber seratan tina buku Sejarah dan Obyek Spiritual Banten oleh Tb Ismet, Sejarah Syech Mansur Cikadueun punten teu disundakeun. SALAKANAGARA ada tahun 130 M di daerah Gunung Pulosari, Pandeglang, Banten hidup seorang tua yang bernama Aki Tirem, beliau kedatangan seorang tamu dari India bernama Dewawarman. Dewawarman terusir dari negaranya di India akibat perang saudara, dia kemudian menikah dengan cucu Aki Tirem yang bernama Nyai Pohaci kemudian berdiri sebuah kerajaan pertama di Nusantara yang ber- nama Salakanagara adapun lokasinya adalah sekitar gunung Pulosari Pan deglang. Kemudian keturuanan dari Salakanegara ini berkembang menjadi kerajaan besar di Nusantara seperti Tarumanegara, Sriwijaya, Kutai, dll. Jika melihat silsilah kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Padjajaran, Majapahit, Sriwijaya, dll, disitu akan terlihat leluhur raja-raja seperti leluhur Prabu Siliwangi Maharaja ing Tatar Sunda yang merupakan kakek dari sinuhun Sunan Gunung Jati disebutkan dalam babad cirebon beliau itu adalah keturunan dari Parikesit anak Abimanyu anak Arjuna anak Pandudewanata yang merupakan penguasa Kerajaan Hastinapura. Jika silsilah di atas benar (?) maka ada kemungkinan Dewawarman itu adalah keturunan Arjuna (jika kisah Mahabarata itu kisah nyata). Hanya sayang cerita tentang Kerajaan Salakanegara ini sangat minim dan dalam sejarah nasional tidak disebut, selama ini kerajaan tertua adalah Taruma- negara dan Kutai padahal peninggalan Salakanegara ada di gunung Pulosari. Berbicara tentang gunung pulosari, gunung ini merupakan tempat bersejarah bagi kerajaan di tatar sunda karena di tempat ini juga kerajaan terbesar di Tatar Sunda yaitu Padjajaran berakhir, karena setelah penyerbuan Banten ke Pakuan Padjajaran, ibukota Padjajaran berpindah ke tempat ini. Kerajaan Banten Selama kurang lebih 1400 tahun setelah kerajaan Salakanagara di Banten tidak ada kerajaan besar berdiri baru sekitar tahun 1552 berdiri Kesultanan Banten dengan rajanya Maulana Hasanudin anak dari sinuhun sunan Gunung Jati Cirebon. Prabu Siliwangi yang merupakan Maharaja tatar sunda mempunyai beberapa anak dari kentring Manik Mayang sunda yang merupakan anak dari Prabu Susuk Tunggal yaitu Prabu Sangyang Surawisesa yang merupakan raja di Pakuan, Sang Surosowan yang dijadikan adipati di pesisir Banten. Dari Sang surosowan mempunyai 2 orang anak yaitu . Sang Arya Surajaya dan nyai Kawung Anten. Dalam babad Cirebon disebutkan ketika Syarif Hidayattulah baru datang dari Mesir dan singgah di cirebon menemui Uwa-nya bernama Pangeran Cakrabuana, mereka pergi ke Banten untuk menyebarkan agama Islam. Di Banten Syarif Hidayattulah kemudian menikah dengan Nyai Kawung Anten yang merupakan anak dari Sang surosowan jadi mereka itu adalah sama-sama cucu dari Prabu siliwangi hanya lain ibu. Dari hasil perkawinan mereka mempunyai anak Maulana Hasanudin lahir tahun 1478 Masehi, yang merupakan penyebar agama Islam di Banten dan penguasa (Sultan Banten I). Di samping Maulana Hasanudin di Banten ada seorang ulama yang lebih dahulu menyebarkan agama Islam yaitu Syech Muhammad Soleh di Gunung Santri, Cilegon, beliau pula yang ikut mendampingi Sultan Maulana Hasanudin meyebarkan Islam di Banten. Maulana Hasanudin mempunyai nama lain yaitu Pangeran Sabakingkin yang diberikan oleh kakeknya Sang surosowan ada juga yang memanggil dengan Seda Kinkin yaitu Seda (rakyat berduka) Kinkin (rindu akan kebijaksanaan) ketika beliau meninggal rakyat merasa bersedih. Ketika Sang surosowan (nantinya nama beliau menjadi nama keraton) meninggal dalam usia muda beliau digantikan oleh anaknya Arya surajaya ketika itu ibukota Banten letaknya di pedalaman dengan sungai atau lebih dikenal dengan Banten Girang. Pangeran Sabakingkin walaupun seorang keluarga kerajaan tetapi beliau lebih dikenal seorang guru agama Islam yang hidup dengan rakyat biasa, maka dari itu wibawa beliau mengalahkan Ua-nya yang menjadi penguasa di Banten. suatu ketika beliau menerima kurir dari Bapaknya sunan Gunung Jati yang menyebutkan adanya Pasukan Cirebon+Demak yang dipimpin Fadilah Khan (Fatahillah) sedang berlayar ke Banten dalam rangka mengusir Portugis di sunda Kelapa. Sebelum pasukan Cirebon datang Maulana Hasanudin membuat kerusuhan di Banten yang mengakibatkan mengungsinya penguasa Banten Girang (Aria surajaya) ke Pakuan, Banten berhasil ditaklukan sebelum Cirebon datang. Mengenai penguasa Banten, disamping Aria surajaya ada juga yang menyebut Prabu Pucuk Umun, Salaka Domas. Apakah mereka itu orang yang sama atau berbeda kurang diketahui keberadaannya. Dalam babad Banten disebutkan ketika Maulana Hasanudin menyebarkan agama islam beliau mendapat tantangan adu ayam jago dari Prabu Pucuk Umun di lereng gunung karang, jika ayamnya kalah maka Prabu Pucuk Umun akan memberikan kerjaan Banten ke Maulana Hasanudin dan Prabu Pucuk Umun ternyata kalah, beliau beserta pengikutnya mengungsi ke Banten Selatan dan Maulana Hasanudin memberikan izin agar daerahnya tidak diganggu mereka lebih dikenal dengan suku Badui. Adapun asal muasal kata Banten ialah dari masuknya agama Islam bagi masyarakat Banten merupakan dampak yang sangat baik dan harus disyukuri. Hal ini ibarat masyarakat Banten pada waktu itu seperti "kejatuhan intan" atau "Katiban Inten" dari sini muncul istilah "Banten", ada juga yang mengambil kata dari "Bantahan" karena dari dahulu orang Banten dikenal orang yang keras suka mem"bantah" melanggar aturan agama dan negara mungkin dari Bantahan itu muncul kata Banten, terkahir ada juga yang mengkaitkan dengan nama sebuah sungai yang mengalir di kota Serang bernama "Cibanten" Subject: sajarah Banten 2 SULTAN-SULTAN DI BANTEN 1. Maulana Hasanudin, Sultan Banten I (1552-1570 M) Namanya adalah Pangeran Sebakingking, beliau adalah putera dari Sunan Gunung Jati dari pernikahannya dengan Nhay kawunganten. Sultan Hasanudin berkuasa di kesultanan Banten selama 18 tahun (1552-1570). Banyak kemajuan yang dialami Banten pada masa kepemimpinan Sultan Hasanudin. Daerah kekuasaan pun meliputi seluruh daerah Banten, Jayakarta, Kerawang, Lampung dan Bengkulu. Seluruh kota dibentengi dengan benteng yang kuat, yang dilengkapi meriam di setiap sudutnya. Para pedagang dari Arab, Persi, Gujarat, Birma, Cina dan negara-negara lainnya datang ke Banten untuk melakukan transaksi jual beli. Pada saat itu di Banten terdapat tiga buah pasar yang ramai. Yang pertama terletak disebelah timur kota (Karangantu), disana banyak pedagang asing dari Portugis, Arab, Turki, India, Pegu (Birma), Melayu, Benggala, Gujarat, Malabar, Abesinia dan pedagang dari Nusantara. Mereka berdagang sampai pukul sembilan pagi. Pasar kedua terletak di alun-alun kota dekat masjid agung. Pasar ini dibuka sampai tengah hari bahkan hingga sore hari. Di pasar ini diperdagangkan merica, buah-buahan, senjata, tombak, pisau, meriam kecil, kayu cendana, tekstil, kain, hewan peliharaan, hewan ternak, dan pedagang Cina menjual benag sulam, sutera, damas, beludru, satin, perhiasan emas dan porselen. Pasar ketiga berada di daerah Pecinan, yang dibuka hingga sampai malam hari. Disamping itu Banten pun menjadi pusat penyebaran Agama Islam, sehingga tumbuhlah beberapa perguruan Islam di daerah Banten, seperti di Kasunyatani di tempat ini berdiri masjid Kasunyatan yang umurnya lebih tua dari Masjid Agung Banten. Disini pula tempat tinggal dan mengajar Kyai Dukuh yang bergelar Pangeran Kasunyatan (Guru dari Pangeran Yusuf). Disamping membangun Masjid Agung, Maulana Hasanudin juga memperbaiki masjid di Pecinan dan Karangantu. Dari pernikahannya dengan puteri Sultan Trenggano yang bernama Pangeran Ratu atau Ratu Ayu Kirana (Pada Tahun 1526), Sultan Hasanudin memiliki putera/i sebagai berikut : Ratu Pembayun (menikah dengan Ratu Bagus Angke putera dari ki mas Wisesa Adimarta, yang selanjutnya mereka menetap di Jayakarta), Pangeran Yusuf, Pangeran Arya, Pangeran Sunyararas, Pangeran Pajajaran, Pangeran Pringgalaya, Ratu Agung atau Ratu Kumadaragi, Pangeran Molana Magrib dan Ratu Ayu Arsanengah. Sedang dari istri yang lainnya, Sultan Hasanudi memiliki putera/i sebagi berikut : Pangeran Wahas, Pangeran Lor, Ratu Rara, Ratu Keben, Ratu Terpenter, Ratu Wetan dan Ratu Biru. Sultan Hasanudin wafat pada tahun 1570, dan beliau dimakamkan di samping Masjid Agung Banten. Kemudian sebagai Sultan Banten II di angkat puteranya yang bernama Pangeran Yusuf. 2. Maulana Yusuf, Sultan Banten II (1570-1580 M) Beliau adalah Putera dari Sultan Hasanudin dari pernikahanannya dengan Ratu Ayu Kirana. Seperti juga ayahnya Maulana Yusuf ingin memajukan Banten. Tapi pada masa Maulana Yusuf disamping pendidikan agama, juga lebih ditekankan pada bidang pembangunan kota, keamananan dan pertanian. Pada masanya pulalah Ibukota Pajajaran (Pakuan) dapat ditaklukan oleh banten. Para ponggawa kerajaan Pajajaran lalu diislamkan dan masing-masing memegang jabatannya seperti semula. Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, perdagangan di Banten semakin maju. bahkan bisa dikatakan bahwa pada saat itu Banten bagaikan kota penimbunan barang-barang dari penjuru dunia yang nantinya disebrakan ke kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Sehingga banten menjadi begitu ramai dikunjungi, baik dari luar maupun oleh para penduduk nusantara. Sehingga pada masa pemerintahan Maulana Yusuf pulalah dibuatnya peraturan penempatan penduduk berdasarkan keahliannya dan asal daerahnya. Perkampungan untuk orang asing biasanya ditempatkan diluar tembok kota. seperti Kampung Pakojan terletak disebelah barat pasar Karangantu, untuk para pedagang dari Timur Tengah, Pecinan terletak disebalh barat Masjid Agung, untuk para pedagang dari Cina.Kampung Panjunan (Untuk para Tukang Belanga, gerabah, periuk dsb), Kampung Kepandean (Untuk tukang Pandai besi), Kampung Pangukiran (Untuk Tukang Ukir), Kampung Pagongan (Untuk tukang gong), Kampung Sukadiri (Untuk para pembuat senjata). Demikian pula untuk golongan sosial tertentu, misalkan Kademangan (untuk para demang), Kefakihan (Untuk para ahli Fiqih), Kesatrian (Untuk para Satria, perwira, Senopatai dan prajurit istana). Pengelempokan pemukiman ini selain dimaksudkan untuk kerapihan dan keserasian kota, tapi lebih penting untuk keamanan kota. Tembok kota pun diperkuat dengan membuat parit-parit disekelilingnya, dalam babad banten disebutkan Gawe Kuta bulawarti bata kalawan kawis Perbaikan Masjid Agung Pun dikerjakannya, dan sebagai kelengkapan dibangun sebuah menara dengan bantuan Cek Ban Cut arsitek muslim asal Mongolia Disamping mengembangkan pertanian yang sudah ada,sultanpun mendorong rakyatnya untuk membuka daerah-daerahbaru bagi persawahan.Oleh karenanya sawah di Banten bertambah meluas sampai melewati daerah Serang sekarang.Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi sawah-sawah tersebut,dibuatnya terusan-terusan dan bendungan-bendungan.Bagi persawahan yang terletak disekitar kota,dibuatnya juga satu danau buatan yang disebut Tasikardi.Air dari Sungai Cibanten dialirkan melalui terusan khusus ke danau ini.Lalu dari sana dibagi ke daerah-daerah persawahan di sektarnya.Tasikardi juga digunakanbagi penampungan air bersih bagi kebutuhan kota.Dengan melalui pipa-pipa yang terbuat dari terakota,setelah dibersihkan/diendapkan air tersebut dialirkan kekeraton dan tempat-tempat lain di dalam kota.Di tengah-tengah danau buatan tersebut terdapat pulau kecil yang digunakan untuk tempat rekreasi keluarga keraton. Dari permaisuri Ratu Hadijah,Maulana Yusuf mempunyai dua orang anak yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad.Sedangkan dari istri-istri lainnya,baginda dikaruniai anak antara lain :Pangeran Upapati,Pangeran Dikara,Pangeran Mandalika atau Pangeran Padalina,Pangeran Aria Ranamanggala,Pangeran Mandura,Pangeran Seminingrat,Pangeran Dikara ,Ratu Demang atau Ratu Demak,Ratu Pacatanda atau Ratu Mancatanda,Ratu Rangga,Ratu Manis,Ratu Wiyos dan Ratu Balimbing Pada tahun 1580, Maulana yusuf mangkat dan kemudian dimakamkan di Pekalangan Gede dekat Kampung Kasunyatan. Setelah meninggalnya, Maulana Yusuf diberi gelar Pangeran Panembahan Pekalangan Gede atau Pangeran Pasarean. Dan sebagai penggantinya diangkatlah puteranya yang bernama Pangeran Muhammad Subject: SAJARAH BANTEN 3 3. Sultan Muhammad, Sultan Banten III (1580-1596 M) Pada masa pemerintahannya sudah dikembangkan sistem cor dan tempa logam dengan teknik metalurgi dalam membuat perhiasan dan persenjataan. Salah satu episode penting dalam pemerintahannya tentang kedatnagan kapal Belanda tahun 1596 di Pelabuahn Banten dipimpin ornelis De Houtman. Beliau diangkat ketika masih berusia 9 Tahun. Para Kadhi menyerahkan perwaliannya kepada Mangkubumi. Pangeran Muhammad diangkat menjadi sultan dengan gelar Kanjeng Ratu Banten Surosowan. Ketika Maulana Muhammad memimpin Banten, Kesultanan Banten menjadi semakin kuat dan ramai. Orang-orang dapat melayari kota dengan menyusuri banyak sungai yang terdapat di Banten. Mulai dari pintu gerbang besar istana sampai luar, terdapat berbagai bangunan : Made Bahan tempat tambak baya melakukan jaga, Made Mundu dan Made gayam, Sitiluhur atau Sitinggil yang didekatnya terdapat bangunan untuk gudang senjata dan kandang kuda kerajaan. Pakombalan yaitu tempat penjagaan wong Gunung. Disebelah utara terdapat tempat perbendaharaan dan disebelah barat berdiri masjid dengan menara disampingnya. Selanjutnya terdapat suatu perkampungan yang disebut Candi raras yang diantaranya terdapat bangunan-bangunan Made Bobot dan Made Sirap. disebelah timur Made Bobot terdapat Mandapat yaitu suatu bangunan terbuka yang dipasangi meriam Ki Jimat mengarah ke Utara. Dekat Srimanganti terdapat WaringinKurung dan Watu Gilang. Ditepi sungai terdapat Panyurungan atau galangan kapal kerajaan. Dekat Panyurungan terdapat tonggak tempat mengikta gajah raja yang bernama Rara Kawi. Disebelahnya terdapat jembatan besar dari kayu jati melintasi sungai yang selanjutnya jalan raya dengan pagar kembar menuju ke arah utara ke perbentengan. Perbentengan sebelah dalam atau Baluwarti Dalme disebut Lawang Sadeni atau Lawang Saketeng yang disebelah baratnya berdiri pohon beringin besar dan perbentengan Sampar lebu. (Halwany;Mudjahid Chudari;"Masa lalu Banten";1990:42) Maulana Muhammad dikenal dengan sebagai seorang yang Shaleh. Untuk kepentingan penyebaran agama Islam beliau banyak mengarang kitab agama yang kemudian dibagikan kepada yang memerlukannya. Untuk sarana ibadat beliau banyak membangun masjid sampai ke pelosok desa. beliau pun selalu menjadi imam dan khatib pada shalat Jum'at dan Hari raya. masjid Agung pun diperindah. Temboknya dilapisi porselen dan tiang atapnya dibuat dari kayu cendana. Untuk para wanita disediakan tempat khusus yang disebut Pawestren atau Pewadonan. Peristiwa menarik pada masa Maulana Muhammad adalah peristiwa penyerbuan ke Palembang. Penyerbuan ini bermula dari hasutan Pangeran Mas putera dari Aria Pangiri. Pangeran Mas berkeinginan menjadi raja di Palembang. Maulana Muhammad yang masih muda dan penuh semangat dihasutnya. Dikatakannya bahwa Palembang dulunya adalah kekuasaan ayahnya sewaktu menjadi sultan di Demak. Disamping itu dikatakannya pula bahwa rakyat Palebang saat itu masih banyak yang kafir. Terdorong oleh darah muda dan semangat untuk memakmurkan Banten dan mengembangkan agama Islam ke seluruh Nusantara, sultan pun dapat dipengaruhinya. Saran Mangkubumi dan para pembesar istana lainnya tidak diindahkan. Sehingga penyerbuan ke Palembangpun harus dilakukan. Dengan 200 kapal perang berangkatlah pasukan Banten menuju Palembang. pasukan ini dipimpin langsung oleh Maulana muhammad didampingi Mangkubumi dan Pangeran Mas. Saat itu lampung, Seputih, dan Semangka (daerah-daerah kekuasaan Banten) diperintahkan untuk mengerahkan prajuritnya menyerang Palembang melalui darat. Pertempuran hebat terjadi di sungai Musi hingga berhari-hari. Pasukan palembang nyaris dapat dipukul mundur. Tapi dalam keadaan yang hampir berhasil itu, Sultan yang memimpin pasukan dari kapal Indrajaldri tertembak oleh pasukan Palembang. Dan Sultan pun wafat dalam pertempuran tersebut. Penyerangan tidak dilanjutkan, dan pasukan Banten kembali tanpa hasil. Peristiwa gugurnya Sultan ini terjadi menuru sangsakala Prabu Lepas tataning prang atau pada Tahun 1596 M. Maulana Muhammad wafat pada Usia muda (kira-kira 25 Tahun). Beliau meninggalkan seorang putera yang bernama Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir yang baru berusia 5 Bulan dari permaisurinya (Ratu wanagiri, puteri dari mangkubumi). Anak inilah yang nanti menggantikan dirinya. Setelah wafatnya, Maulana Muhammad diberi gelar Pangeran Seda Ing Palembang atau Pangeran Seda Ing Rana. Belai dimakamkan di serambi Masjid Agung. (Q) 4. Sultan Abul Mafakhir Mahmud Abdul Kadir, Sultan Banten IV (1596-1651 M) Abul Mafakhir dinobatkan sebagai sultan ketika berusia 5 Bulan, sehingga untuk melaksanakan roda pemerintahan ditunjuklah Mangkubumi Jayanagara sebagai wali. Mangkubumu Jayanagara adalah juga yang pernah menjadi Mangkubumi bagi Maulana Muhammad, sehingga kesetiannya pada Kesultanan Banten tidaklah diragukan lagi. Mangkubumi ini adalah seorang tua yang lemah lembut dan luas pengalamannya pada bidang pemerintahan. Selain Mangkubumi ditunjuk pula seorang wanita tua yang bijaksana sebagai pengasuh Sultan, yang bernama Nyai Embun Rangkun. Mangkubumi Jayanagara mangkat, setelah 6 Tahun (1602) menjadi Mangkubumi bagi Sultan Abul Mafakhir, dan jabatan Mangkubumi diserahkan kepada adiknya. Namun pada tanggal 17 Nopember 1602 dia dipecat karena kelakuanya dinilai tidak baik. Karena perpecahan dan irihati para pangeran, maka diputuskan untuk tidak mengangkat mangkubumi baru, dan untuk perwalian sultan diserahkan kepada ibunda sultan Nyai Gede Wanagiri. Tidak lama kemudian ibunda sultan menikah dengan seorang bangsawan keluarga istana. dan atas desakannya pula, suaminya ini diangkat sebagai mangkubumi. Namun mangkubumi yang baru ini tidak memiliki wibawa, bahkan sering menerima suap dari pedagang-pedagang asing. Sehingga banyak peraturan yang tidak dapat diterapkan di Banten. Situasi ini menimbulkan rasa tidak puas dari sebagian pejabat istana yang akhirnya menimbulkan kerusuhan dan kekacauan. Bahkan diantara para pangeran pun terjadi perselisihan, sebagian lebih condong kepada para pedagang dari Portugis, sedang yang lainnya lebih condong ke Belanda. Sedangkan antara Belanda da Portugis saat itu sedang bermusuhan. wajar bila pertentangan ini mengakibatkan banyak kekacauan. Pertentangan antar pangeran ini berlangsung berkepanjangan, sehingga pada bulan Oktober 1604 terjadi peristiwa hebat, yang bermula dari tindakan Pangeran Mandalika (Putera Maulana yusuf). Pangeran Mandalika menyita perahu Jung dari Johor.Patih Mangkubumi meminta Pangeran Mandalika untuk melepaskannya, namun perintah tersebut tidak dipatuhinya. Untuk menjaga kalau-kalau pasukan kerajaan menyerang dirinya, maka Pangeran Mandalika bergabung dengan pangeran-pangeran lainnya. Mereka membuat pertahanan sendiri di luar kota. Makin lama kedudukan mereka makin kuat. bahkan rakyatpun semakin simpati pada pasukan Pangeran Mandalika. Pada bulan Juli 1605 datanglah Pangeran Jayakarta datang ke Banten untuk menghadiri acara khitanan Sultan Muda. Pangeran Jayakarta datang dengan membawa para pembesar kerajaan dan para pasukannya. Atas permintaan Mangkubumi, Pangeran Jayakarta bersedia membantu menumpas para pemberontak. Pangeran Jayakarta dengan dibantu pasukan dari Inggris dapat memukul mundur para pemberontak. Tapi dengan diusirnya para pemberontak keadaan Banten, bukannya semakin membaik malah semakin tegang. Puncak ketegangan terjadi pada bulan Juli 1608. Pada tanggal 23 Agustus 1608, Syahbandar dan sekretarisnya dibunuh oleh perusuh. Tidak lama kemudian, yaitu pada tanggal 23 Oktober 1608, Patih Mangkubumi dibunuhnya pula. Peristiwa inilah yang mempercepat terjadinya kerusuhan di Banten yang dikenal dengan Peristiwa pailir. Selain peristiwa Pailir , pada masa sultan Abul Mafakhir juga terjadi peristiwa Pagarage atau Pacerebonan yang terjadi pada tahun 1650. Peristiwa ini terjadi bermula dari kedatangan pasukan dari Cirebon yang akan menyerbu Banten. Peristiwa pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan dari Kesultanan banten. Sultan Abul Mafakhir mempunyai putera : Pangeran Pekik (Sultan Abul Maa'li Akhmad) yang wafat setelah peristiwa Pagarage (1650),makamnya terletak di desa Kanari. Ratu Dewi, Ratu Mirah, Ratu Ayu, dan Pangeran Banten. Sultan Abul Maa'li Akhmad (dari perkawinannya dengan Ratu Marta Kusumah puteri Pangeran Jayakarta) memiliki putera : Ratu Kulon, Pangeran Surya, Pangeran Arya Kulon, Pangeran Lor dan pangeran Raja. Dari perkawinannya dengan Ratu Aminah (Ratu Wetan) Sultan memiliki putera: Pangeran Wetan, Pangeran Kidul, Ratu Inten, dan Ratu Tinumpuk. Sedangkan dari isterinya yang lain, sultan memiliki putera : Ratu Petenggak, Ratu Wijil, Ratu Pusmita, Pangeran Arya Dipanegara (Tubagus Abdussalam/Pangeran Raksanagara), Pangeran Arya Dikusuma(Tubagus Abdurahman/Pangeran Singandaru) Sultan Abul Mafakhir mangkat pada tanggal 10 Maret 1651. Jenazahnya dimakamkan di Kanari, dekat makam puteranya (Abul Ma'ali Akhmad). Sebagai penggantinya diangkatnya cucunya (Putera dari Abul Ma'ali Akhmad), yaitu Pangeran Adipati Anom Pangeran Surya Sebagai Sultan Banten V. Subject: SAJARAH BANTEN 4 5. Pangeran Surya / Pangeran Adipati Anom (Sultan Ageng Tirtayasa), Sultan Banten V Penobatan Pangeran Surya terjadi pada tanggal 10 Maret 1651. seperti tanggal surat ucapan selamat Gubernur Kompeni Belanda Kepada Sultan. Untuk memperlancar roda pemerintahan, sultan mengangkat beberapa orang untuk membantu dirinya. Jabatan Patih Mangkubumi diserahkan kepada Pangeran Mandura dengan wakilnya Tubagus Wiraatmaja, Sebagai Kadhi atau Hakim Agung Negara diserahkan kepada Pangeran JayaSentika. Tapi Pangeran Jayasentika tidak lama menjabat sebagai kadhi, beliau wafat dalam perjalanan menunaikan ibadah haji, maka jabatan Kadhi diserahkan kepada Entol Kawista yang kemudian dikenal dengan nama Faqih Najmudin. Faqih Najmudin adalah menantu dari Sultan Abul Mafakhir yang menikah dengan Ratu Lor. Untuk mempermudah pengawasan daerah kekuasaan, Sultan mengangkat beberapa Ponggawa atau Nayaka. Mereka berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab Mangkubumi. Selain itu Mangkubumi juga mengawasi keadaan para prajurit kerajaan. Senjata-senjata di tambah. Rumah para Senoptai diatur sedemikian rupa, agar mudah mengontrol para prajurit. Dalam pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa kedatangan, seorang ulama sufi dari Bugis bernama Syech Yusuf yang kemudian menikah dengan anak Sultan Ageng selain itu Syech Yusuf diangkat menjadi seorang Mufti di Kesultanan Banten beliau pula yang membantu dan memimpin perang melawan Belanda. Pangeran Surya yang kemudian bergelar Pangeran Ratu Ing Banten adalah seorang ahli strategi perang. Hal ini sudah dibuktikannya sejak beliau menjadi putera mahkota. beliau lah yang mengatur strategi perang gerilya saat menyerbu belanda di Batavia. Seperti juga kakeknya, Pangeran Surya pun tidak melepaskan dari Kekhalifahan Islam di Makkah. hubungan ini keharusan untuk memperkuat kekuatan umat Islam dalam menentang segala macam kesewenangan. Dari dari Kekhalifahan pulalah Pangeran mendapatkan gelar Sultan 'Abulfath Abdulfattah. Dari hubungan ini Sultan mengharapkan bantuan dari Khalifah untuk mengirimkan guru agama ke Banten. Selain itu Sultan pun tidak setuju dengan pendudukan bangsa Asing atas negaranya, dan untuk memperkuat pertahanan (terutama dari serbuan Belanda di Batavia), sultan memperkuat pasukanya di Tangerang yang telah menjadi benteng pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan Belanda. Dari tangerang ini pulalah pada tahun 1652 Banten menyerbu Batavia. Melihat situasi yang semakin memanas, pihak kompeni mengajukan usul perdamaian. Namun sultan bertekad untuk menghapuskan para penjajah di bumi Nusantara, sultan melihat berbagai kecurangan pada setiap perjanjian yang diajukan oleh pihak Belanda, sehingga Sultan pun menolaknya. Pada tahun 1656 pasukan Banten yang bermarkas di Angke dan Tangerang melakukan gerilya besar-besaran. Perusakan dan sabotase yang dilakukan para prajurit Banten banyak merugikan pihak Kompeni. Untuk menghadapi serangan Belanda yang lebih besar, Sultan mempernaiki hubungan dengan Cirebon dana Mataram, bahkan dari Inggris, Prancis dan Denmark, Sultan mendapat kemudahan memperoleh senjata api untuk peperangan. Daerah kekuasaan Banten (Lampung, Bangka, Solebar, Indragiri dan daerah lainnya) diminta mengirimkan prajuritnya untuk bergabung dengan para prajurit yang berada di Surosowan. Rakyatpun mendukung langkah Sultan untuk mengusir Penjajah. Mereka bertekad lebih baik mati daripada berdamai dnegan penjajah. Sedangkan kompeni mempekuat pasukkannya dengan prajurit-prajurit sewaan yang berasal dari Kalasi, ternate, Bandan, kejawan, Melayu, Bali, Makasar dan Bugis. Pada tanggal 29 April 1658 datang utusan Belanda ke Banten membawa surat dari Gubernur Jendral Kompeni yang berisi rancangan perjanjian perdamaian, namun Sultan kembali melihat kecurangan dibalik naskah perjanjian tersebut, pihak kompeni hanya mengharapkan keuntungan sendiri tanpa memperhatikan kepentingan rakyat Banten. Oleh karenanya pada tanggal 4 Mei 1658 Sultan mengirimkan utusan ke Batavia untuk melakukan perubahan perjanjian. Namun perubahan dari Sultan di tiolak oleh Belanda. Kompeni hanya menginginkan Banten membeli rempah-rempah dari Belanda dan itupun harus ditambah pajak. Penolakan tersebut membuat Sultan sadar, bahwa tidaklah mungkin ada persesuaian pendapat antara dua musuh yang saling berbeda kepentingan. Maka pada tanggal 11 Mei 1658 Sultan mengirim surat balasan yang menyatakan bahwa "BANTEN dan KOMPENI TIDAK AKAN MUNGKIN BISA BERDAMAI . Maka terjadilah pertempuran hebat di darat dan di laut. Pertempuran ini berlangsung tanpa henti sejak bulan Juli 1658 hingga tanggal 10 juli 1659. Selain di Tangerang, Sultan juga membuat kampung para prajurit di Tirtayasa, bahkan akhirnya sultan pun menyuruh mendirikan istana di kampung tersebut. Yang nantinya digunakan sebagai pusat kontrol kegiatan di Tangerang dan Batavia disamping untuk tempat peristirahatan. Maka dengan demikian Tirtayasa dijadikan penghubung antara Istana di Surosowan dengan Benteng pertahanan di Tangerang. Hal ini akan mempersingat jalur komunikasi sultan. Disamping jalan darat yang sudah ada, juga dibuat jalan laut yang menghubungkan Surosowan-Tirtayasa-Tangerang. Maka dibuatlah saluran tembus dari Pontang-Tanara-Sungai Untung Jawa menyusuri jalan darat - melalaui sungai CIkande sampai pantai Pasiliyan. Saluran ini dibuat cukup besar, hingga mampu dilewati kapal perang ukuran sedang. Saluran ini dibuat dari tahun 1660 hingga sekitar tahun 1678. Selain di Tirtayasa Sultan pun berusaha menyempurnakan dan memperbaiki keadaan didalam ibukota kerajaan. Dengan bantuan beberapa ahli bangunan dari Portugis dan Belanda yang sudah masuk Islam, diantaranya adalah Hendrik Lucasz Cardeel kemudian dikenal dengan Pangeran Wiraguna diperbaikilah bangunan istana Surosowan. Benteng istana diperkuat dengan diberi Bastion, disetiap penjuur mata angin dan dilengkapi dengan 66 buah meriam yang diarahkan ke segala penjuru. Demikian juga dengan sungai disekeliling benteng, Irigasi diperbaiki dan diperluas jangkauannya, Sehingga areal sawah mendapat pengairan dengan baik. Daerah yang tadinya kesulitan air menjadi subur. Padi dan tanaman produksi lainnya sangat menunjang kemakmuran rakyat Banten. Produksi Merica mecapai 3.375.000 pon pada tahun 1680-1780. Ketika pasukan Sultan Ageng terdesak oleh Belanda mereka menyingkir ke Tirtayasa kemudian dengan menyusuri sungai Ciujung ke selatan mereka sampai di Sajira (Lebak). Dengan memakai tipu muslihat Belanda berhasil menangkap Sultan Ageng kemudian dibawa ke Batavia dan beliau meninggal dalam tahanan di Batavia. Sementara itu perjuangan dilanjutkan oleh Syech Yusuf beserta anak-anak Sultan Ageng seperti P Purbaya, P Kulon, P Kidul, dll. Mereka bergerak ke arah barat lebak dan menetap di Jasinga (Bogor), disini banyak peniggalan laskar Banten. Dari Jasinga rombongan yang dipimpin Syech Yusuf, mengitari gunung Salak ke daerah Jampang kemudian ke Padalarang dengan tujuan Cirebon. Di Padalarang laskar Banten yang dipimpin Syech Yusuf dicegat Belanda, terjadilah perang besar tapi Syech Yusuf dan rombongan dapat meloloskan diri dengan mengitari Citarum ke selatan masuk ke hutan , Belanda tidak bias mengejar karena medan pegunungan yang sulit dilewati. Syech Yusuf setelah sampai di Tasikmalaya melanjutkan ke Ciamis, di Ciamis laskar Banten menetap cukup lama bahkan banyak diantara laskar Banten yang menikah dan menjadi penduduk setempat menyiarkan agama Islam. Suatu saat dating seorang berpakaikan Arab dan berbahasa melayu, orang itu sebetulnya adalah seorang Belanda yang akan menangkap Syech Yusuf. Orang belanda itu berpura-pura ingin berunding dengan Syech Yusuf tapi di dalam perjalanan Syech Yusuf ditangkap beserta rombongannya kemudian dibawa ke Batavia dan dibuang ke Srilanka selanjutnya ke Afrika Selatan dan wafat disana, sementara sisa-sisa laskar Banten banyak menetap di daerah-daerah yang pernah dilewatinya dan menyebarkan agama Islam seperti di Jasinga, Bogor, Cianjur, Ciamis, dll Subject: SAJARAH BANTEN 5 Masa-masa Kehancuran Banten Setelah ditangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa (14 Maret 1683 M), Sultan Ageng Tirtayasa wafat pada tahun 1692. dengan restu kompeni diangkatlah Sultan Haji sebagi Sultan Banten VI. Namun kedaulatan Kesultanan Banten sudahlah tidak ada lagi. Apalagi dengan ditandatanganinya perjanjian antara kompeni dengan Sultan Haji pada tanggal 17 April 1684 Perjanjian tersebut berisi hal-hal yang merugikan kesultanan dan rakyat Banten. Sehingga lenyaplah kejayaan dan kemajuan Banten, karena adanya monopoli dan penjajahan Belanda. Rakyat semakin menderita karena tingginya pajak yang harus mereka bayar. Sehingga tidaklah mengherankan kalau pada saat itu banyak terjadi kerusuhan dan pemberontakan, karena ketidakpuasan rakyat. Bahkan pernah terjadi pembakaran hampir 2/3 bangunan-bangunan didalam kota. aaa Untuk keperluan keamanan dan pertahanannya, pihak kompeni membangun benteng disebelah utara dekat pasar Karangantu. Benteng tersebut diberinama Speelwijk pada tahun 1682 dan kemudian disempurnakan pada tahun 1685. Masa pemerintahan Sultan Haji dipenuhi dengan pemberontakan dan kekacauan disegala bidang. Bahkan sebagian besar rakyat tidak mengakui dirinya sebagai Sultan Banten. Sehingga kehidupan sultan selalu diliputi dengan kegelisahan dan ketakutan Bagaimana pun juga sebagai manusia, ada rasa sesal pada diri sultan atas perlakuan dirinya terhadp ayahya (Sultan Ageng Tirtayasa) Tapi semuanya sudah terlanjur. Karena tekanan-tekanan itu akhirnya beliau jatuh sakit hingga meninggalnya pada tahun 1687. Dari permaisuri Sultan Haji mempunyai beberapa orang anak, diantaranya Pangeran ratu dan PAngeran Adipati. Sedangakan menurut Babad Banten, Sultan Haji memiliki 10 orang putera, yakni : 1. Pangeran Ratu (Sultan Abulfadl) 2. Pangeran Adipati (Sultan Muhammad Zainul Abidin) 3. Pangeran Muhammad thohir 4. Pangeran Fadhluddin 5. Pangeran Ja'farrudin 6. Pangeran Muhammad Alim 7. Ratu Rohimah 8. Ratu Hamimah 9. Pangeran Kesatrian 10. Ratu Mumbay (ratu Bombay) Setelah wafatnya Sultan Haji, terjadilah perebutan kekuasaan diantara puter-putera Sultan Haji. Setan Van Imhoff turun tangan masalah ini dapat terselesaikan. Dengan diangkatnya Pangeran Ratu menjadi Sultan Banten VII dengan gelar Sultan Abulfadhl Muhammad Yahya (1687-1690). Beliau ternyata termasuk Sultan yang benci Belanda. Ditatanya kembali banten yang sudah porak poranda itu. Namun baru tiga tahun, beliau jatuh sakit yang mengakibtakan kematiannya. Jenazahnya dimakamkan disamping kanan makam Sultan Hasanuddin di Pasarean. karena Sultan Abul Fadhl tidak memiliki putera, maka kesultanan diserahkan kepada adiknya Pangeran Adipati (1690-1733) dengan gelar Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin atau Kang Sinuhun Ing Nagari Banten. Putera Sultan yang sulung dibunuh orang, sehingga yang menggantikan posisinya sebagai sultan Banten adalah putera keduanya yang kemudian bergelar Pangeran Abulfathi Muhammad Shifa Zainul Arifin(1733-1747). Pada masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan oleh rakyat, karena ketidakpuasan rakyat terhadap kompeni yang memberlakukan kerja rodi, tanam paksa dan lainnya. Dalam pada itu dikeraton pun terjadi kekisruhan. Sultan Zainul Arifin banyak dipengaruhi oleh isterinya (Ratu Syarifah fatimah). Ratu begitu dekat dengan kompeni. Sultan Zainul Arifin mengangkat Pangeran Gusti sebagai putera mahkota. Penunjukan ini tidak disetujui oleh isterinya, Permaisuri menginginkan yang menjadi putera mahkota adalah menantunya, yaitu Pangeran Syarif Abdullah. Karena desakan oleh isterinya, sultan menyurun Pangeran Gusti pergi ke Batavia. Tapi atas usulan Ratu Syarifah, Pangeran Gusti ditangkap dan diasingkan ke Sailan oleh kompeni (1747). Sehingga diangkatlah Pangeran Syarif Abdullah sebagai Putera mahkota, dengan persetujuan kompeni. Dan atas fitnah isterinya pula, Sultan Zainul Arifin ditangkap kompeni karena dianggap gila. Sebagai gantinya diangkatlah Pangeran Syarif Abdullah sebagai Sultan banten dengan gelar Pangeran Syarifuddin Ratu Wakil pada tahun 1750. tapi yang berkuasa sebetulnya adalah Ratu Fatimah. Melihat hal ini rakyat merasa telah dihina dan dikhianati, maka rakyat pun melakukan perlawanan bersenjata. Dipimpin oleh Ki Topo dan Ratu Buang mereka menyerbu Surosowan. Pertempuranpun terjadi begitu hebat. Melihat hal ini Gubernur Jendral Kompeni Mossel segera memerintahkan menangkap Ratu Syarifah dan Sultan Syarifudin. Kemudian Belanda mengangkat Pangeran Arya Adi Santika sebagai sultan Banten dengan gelar Sultan Abul Ma'ali Muhammad Wasi' Zainul Arifin Pada tahun 1752, dan Pangeran Gusti diangkat sebagi putera mahkota. Enam bulan kemudian Sultan menyerahkan kekuasaannya kepada putera mahkota, karena banyaknya perlawanan dari rakyat yang tidak suka dengan perlakuan kompeni yang mendikte sultan. Pangeran Gusti diangkat dengan gelar Sultan Abul Nasr Muhammad 'Arif Zainul Asiqin (1753-1773). setelah sultan wafat maka kekuasan diserahkan kepada putranya dengan gelar Sultan Abul Mafakhir Muhammada Aliudin (1773-1799). Karena tidak memiliki putera maka setelah wafat Sultan Aliudin, kekuasaan dipegang oleh adiknya yang bernama Pangeran Muhiddin dengan gelar Sultan Abul Fath Muhammad Muhiddin Zainal Shalihin (1799-1801). Pada tahun 1801 sultan dibunuh oleh Tubagus Ali Seorang putera Sultan Aliudin. namun Tubagus Ali pun wafat ditangan pengawal sultan. Selanjutnya kesultanan dipegang oleh Sultan Abulnasr Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802). Pada Tahun 1802 Kesultanan dipegang oleh Sultan Wakil Pangeran Natawijaya yang kemudian pada tahun 1803 Putera Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliudin dengan gelar Sultan Agiluddin atau Sultan Aliyuddin II (1803-1808). Sultan inilah yang berselisih paham dengan Herman Wiliam Daendels. (Q) PENGHANCURAN ISTANA SUROSOWAN Pada abad ke-18 VOC sedang mengalami kemunduran, sehingga dibutuhkan banyak dana untuk membiaya operasionalnya, banyak hutang yang ditanggung oleh VOC. Sehingga VOC menerapkan sistem kerja paksa/kerja rodi (Kerja tanpa diberi upah) di tanah jajahan. Ditanah Banten kerja rodi diawalai dengan membuat pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon. untuk itu Daendlels memerintahkan Sultan Banten (Sultan Aliyuddin II) untuk mengirimkan pekerja sebanyak-banyaknya. Tapi karena daerahnya berawa-rawa, banyak pekerja yang meninggal atau terserang penyakit malaria. Sehingga banyak diantara pekerja yang kabur. Keadaan ini membuat Daedels murka dan menuduh Mangkubumi Wargadiraja sebagai biang keladinya. Daendels meminta kepada Sultan untuk : 1. Mengirimkan 1000 pekerja rodi 2. Menyerahkan Patih Mangkubumi wargadiraja 3. Sultan harus memindahkan kesultanannya ke Anyer, karena di Surosowan akan di bangun Benteng Belanda. Permintaan itu tentu ditolak oleh sultan. Penolakan itu membuat murka Daendels, maka dikirimnya pasukan dalam jumlah besar ke Banten dengan dipimpin oleh Daendels sendiri. Sebagai peringatan kompeni mengutus Komandeur Philip Pieter du Puy, namun dipintu gerbang istana utusan tersebut dibunuh oleh rakyat Banten yang sudah benci kepada Belanda. Tindakan ini dibalas oleh Daendels. Diserangnya Surosowan pada hari itu juga 21 Nopember 1808. Dengan penuh semangat rakyat Banten mempertahankan tanah tercintanya. Namun Daendels dapat menguasai Surosowan. Sultan ditangkap lalu dibuang ke Ambon. Sedangkan Mangkubumi dihukum pancung oleh kompeni. Selanjutnya kompeni mengangkat Sultan Wakil Pangeran Suramenggala(1808-1809) sebagai Sultan Banten. Namun sultan tidak memiliki kuasa apa-apa. Dia hanya menjadi pegawai Belanda dengan gaji 15.000 real setahun. Tindakan kera Daendels membuat kebencian rakyat semakin memuncak. Banyak terjadi perampokan kapal-kapal Belanda. Daendels mencuriga Sultan berada dibalik segala kerusuhan. Oleh karena itu, bersama pasukannya Daendels datang ke Banten. Sultan ditangkap dan dipenjarakan di Batavia, sedangkan benteng dan istana Surosowan dihancurkan dan dibakar. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun (1809). Pada tahun itu pula mulai dilaksanakan proyek pembuatan jalan dari Anyer sampai Panarukan, yang panjangnya kira-kira 1000 Km, proyek tersebut diselesaikan dalam tempo 1 tahun dengan banyak makan beribu-ribu rakyat. Dan untuk melemahkan Banten, maka kompeni membagi Banten kedalam tiga daerah, yang statusnya sama dengan kabupaten. Ketiga daerah tersebut diawasi oleh seorang Landros. yang berkedudukan diserang. Ketiga daerah tersebut adalah : 1. Banten Hulu dipimpin oleh Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813) putera Sultan Muhyiddin Zainul Shalihin, dengan kedudukan di Caringin. 2. Banten Hilir 3. Anyer SILSILAH SULTAN BANTEN SYARIF HIDAYATULLAH - SUNAN GUNUNG JATI Berputera : 1. Ratu Ayu Pembayun. 4. Maulana Hasanuddin 2. Pangeran Pasarean 5. Pangeran Bratakelana 3. Pangeran Jaya Lelana 6. Ratu Wianon 7. Pangeran Turusmi PANGERAN HASANUDDIN - PANEMBAHAN SUROSOWAN(1552-1570) Berputera : 1. Ratu Pembayu 8. Ratu Keben 2. Pangeran Yusuf 9. Ratu Terpenter 3. Pangeran Arya Japara 10. Ratu Biru 4. Pangeran Suniararas 11. Ratu Ayu Arsanengah 5. Pangeran Pajajara 12. Pangeran Pajajaran Wado 6. Pangeran Pringgalaya 13. Tumenggung Wilatikta 7. Pangeran Sabrang LorPangeran 14. Ratu Ayu Kamudarage 15. Pangeran Sabrang Wetan MAULANA YUSUF PANEMBAHAN PAKALANGAN GEDE(1570-1580) Berputra : 1. Pangeran Arya Upapati 8. Ratu Rangga 2. Pangeran Arya Adikara 9. Ratu Ayu Wiyos 3. Pangeran Arya Mandalika 10. Ratu Manis 4. Pangeran Arya Ranamanggala 11. Pangeran Manduraraja 5. Pangeran Arya Seminingrat 12. Pangeran widara 6. Ratu Demang 13. Ratu Belimbing 7. Ratu Pecatanda 14. Maulana Muhammad MAULANA MUHAMMAD PANGERAN RATU ING BANTEN(1580-1596)Berputra : 1. Pangeran Abdul Kadir SULTAN ABUL MAFAKHIR MAHMUD 'ABDUL KADIR KENARI(1596-1651)Berputra : 1. Sultan 'Abdul Maali Ahmad Kenari(Putra Mahkota) 19. Pangeran Arya Wirasuta 2. Ratu Dewi 20. Ratu Gading20. 3. Ratu Ayu 21. Ratu Pandan 4. Pangeran Arya Banten 22. Pangeran Wirasmara 5. Ratu Mirah 23. Ratu Sandi 6. Pangeran Sudamanggala 24. Pangeran Arya Jayaningrat 7. Pangeran Ranamanggala 25. Ratu Citra 8. Ratu Belimbing 26. Pangeran Arya Adiwangsa 9. Ratu Gedong 27. Pangeran Arya Sutakusuma 10. Pangeran Arya Maduraja 28. Pangeran Arya Jayasantika 11. Pangeran Kidul 29. Ratu Hafsah 12. Ratu Dalem 30. Ratu Pojok 13. Ratu Lor 31. Ratu Pacar 14. Pangeran Seminingrat 32. Ratu Bangsal 15. Ratu Kidul 33. Ratu Salamah 16. Pangeran Arya Wiratmaka 34. Ratu Ratmala 17. Pangeran Arya Danuwangsa 35. Ratu Hasanah 18. Pangeran Arya Prabangsa 36. Ratu Husaerah 37. Ratu Kelumpuk 38. Ratu Jiput 39. Ratu Wuragil PUTRA MAHKOTA SULTAN 'ABDUL MA'ALI AHMAD, Berputera: 1. Abul Fath Abdul Fattah 8. Pangeran Arya Kidul 2. Ratu Panenggak 9. Ratu Tinumpuk 3. Ratu Nengah 10. Ratu Inten 4. Pangeran Arya Elor 11. Pangeran Arya Dipanegara 5. Ratu Wijil 12. Pangeran Arya Ardikusuma 6. Ratu Puspita 13. Pangeran Arya Kulon 7. Pangeran Arya Ewaraja 14. Pangeran Arya Wetan 15. Ratu Ayu Ingalengkadipura SULTAN AGENG TIRTAYASA -'ABUL FATH 'ABDUL FATTAH(1651-1672)Berputra : 1. Sultan Haji 16. Tubagus Muhammad 'Athif 2. Pangeran Arya 'abdul 'Alim 17. Tubagus Abdul 3. Pangeran Arya Ingayudadipura 18. Ratu Raja Mirah 4. Pangeran Arya Purbaya 19. Ratu Ayu 5. Pangeran Sugiri 20. Ratu Kidul 6. Tubagus Rajasuta 21. Ratu Marta 7. Tubagus Rajaputra 22. Ratu Adi 8. Tubagus Husaen 23. Ratu Ummu 9. Raden Mandaraka 24. Ratu Hadijah 10. Raden Saleh 25. Ratu Habibah 11. Raden Rum 26. Ratu Fatimah 12. Raden Mesir 27. Ratu Asyiqoh 13. Raden Muhammad 28. Ratu Nasibah 14. Raden Muhsin 29. Tubagus Kulon 15. Tubagus Wetan SULTAN ABU NASR ABDUL KAHHAR - SULTAN HAJI (1672-1687) Berputra : 1. Sultan Abdul Fadhl 6. Ratu Muhammad Alim 2. Sultan Abul Mahasin 7. Ratu Rohimah 3. Pangeran Muhammad Thahir 8. Ratu Hamimah 4. Pangeran Fadhludin 9. Pangeran Ksatrian 5. Pangeran Ja'farrudin 10. Ratu Mumbay (Ratu Bombay) SULTAN ABUDUL FADHL (1687-1690) Berputra : - Tidak Memiliki Putera SULTAN ABUL MAHASIN ZAINUL ABIDIN(1690-1733 ) Berputra : 1. Sultan Muhammad Syifa 31. Raden Putera 2. Sultan Muhammad Wasi' 32. Ratu Halimah 3. Pangeran Yusuf 33. Tubagus Sahib 4. Pangeran Muhammad Shaleh 34. Ratu Sa'idah 5. Ratu Samiyah 35. Ratu Satijah 6. Ratu Komariyah 36. Ratu 'Adawiyah 7. Pangeran Tumenggung 37. Tubagus Syarifuddin 8. Pangeran Ardikusuma 38. Ratu 'Afiyah Ratnaningrat 9. Pangeran Anom Mohammad Nuh 39. Tubagus Jamil 10. Ratu Fatimah Putra 40. Tubagus Sa'jan 11. Ratu Badriyah 41. Tubagus Haji 12. Pangeran Manduranagara 42. Ratu Thoyibah 13. Pangeran Jaya Sentika 43. Ratu Khairiyah Kumudaningrat 14. Ratu Jabariyah 44. Pangeran Rajaningrat 15. Pangeran Abu Hassan 45. Tubagus Jahidi 16. Pangeran Dipati Banten 46. Tubagus Abdul Aziz 17. Pangeran Ariya 47. Pangeran Rajasantika 18. Raden Nasut 48. Tubagus Kalamudin 19. Raden Maksaruddin 49. Ratu SIti Sa'ban Kusumaningrat 20. Pangeran Dipakusuma 50. Tubagus Abunasir 21. Ratu Afifah 51. Raden Darmakusuma 22. Ratu Siti Adirah 52. Raden Hamid 23. Ratu Safiqoh 53. Ratu Sifah 24. Tubagus Wirakusuma 54. Ratu Minah 25. Tubagus Abdurrahman 55. Ratu 'Azizah 26. Tubagus Mahaim 56. Ratu Sehah 27. Raden Rauf 57. Ratu Suba/Ruba 28. Tubagus Abdul Jalal 58. Tubagus Muhammad Said (Pg. Natabaya) 29. Ratu Hayati 30. Ratu Muhibbah SULTAN MUHAMMAD SYIFA' ZAINUL ARIFIN (1733-1750) Berputra : 1.Sultan Muhammad 'Arif 7. Ratu Sa'diyah 2. Ratu Ayu 8. Ratu Halimah 3. Tubagus Hasannudin 9. Tubagus Abu Khaer 4. Raden Raja Pangeran Rajasantika 10. Ratu Hayati 5. Pangeran Muhammad Rajasantika 11. Tubagus Muhammad Shaleh 6. Ratu 'Afiyah SULTAN SYARIFUDDIN ARTU WAKIL(1750-1752 ) - Tidak Berputera SULTAN MUHAMMAD WASI' ZAINUL 'ALIMIN(1752-1753) - Tidak Berputera SULTAN MUHAMMAD 'ARIF ZAINUL ASYIKIN(1753-1773) Berputra : 1. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliyudin 4. Pangeran Suralaya 2. Sultan Muhyiddin Zainusholiohin 5. Pangeran Suramanggala 3 . Pangeran Manggala SULTAN ABUL MAFAKHIR MUHAMMAD ALIYUDDIN(1773-1799) Berputra : 1. Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin 5. Pangeran Musa 2. Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II) 6. Pangeran Yali 3. Pangeran Darma 7. Pangeran Ahmad 4. Pangeran Muhammad Abbas SULTAN MUHYIDDIN ZAINUSHOLIHIN(1799-1801) Berputra : 1. Sultan Muhammad Shafiuddin Sultan Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1801-1802) Sultan Wakil Pangeran Natawijaya (1802-1803) Sultan Agilludin (Sultan Aliyuddin II) (1803-1808) Sultan Wakil Pangeran Suramanggala (1808-1809) Sultan Muhammad Syafiuddin (1809-1813) Sultan Muhammad Rafiuddin (1813-1820) GEGER CILEGON Peristiwa perlawanan yang mengesankan pada awal abad 19 adalah peristiwa Geger Cilegon, yang terjadi pada tanggal 9 Juli 1888. Peristiwa tersebut dipimpin oleh para alim ulama. Diantaranya adalah : Haji Abdul karim, Haji Tubagus Ismail, Haji Marjuki, dan Haji Wasid. Sepulangnya Haji Abdul Karim dari Makkah, beliau banyak mengajarkan tarekat di kampungnya, Lempuyang. Selain itu beliau juga menanamkan nasionalisme kepada para pemuda untuk melawan para penjajah yang kafir. Sementara itu KH. Wasid yang pernah belajar pada Syekh Nawawi Al Bantani mengajarkan ilmunya di pesantrenya di Beji-Bojonegara. Bersama teman seperjuangannya yakni : Haji Abdurrahman, Haji Akib, Haji Haris, Haji Arsyad Thawil, Haji Arsyad Qashir dan Haji Ismail, mereka menyebarkan pokok-pokok ajaran Islam ke masyarakat. Pada saat itu Banten sedang dihadapi bencana besar. Setelah meletusnya Gunung Karakatau pada tahun 1883 yang merenggut 20.000 juta jiwa lebih, disusul dengan berjangkitnya wabah penyakit hewan (1885) pada saat itu masyarakat banyak yang percaya pada tahayul dan perdukunan. Di desa Lebak Kelapa terdapat satu pohon besar yang sangat dipercaya oleh masyarakat memiliki keramat. Berkali-kali H. Wasid memperingati masyarakat. Namun bagi masyarakat yang tidak mengerti agama, fatwanya itu tidak diindahkan. H. Wasid tidak dapat membiarkan kemusrikan berada didepan matanya. Bersama beberapa muridnya, beliau menebang pohon besar tersebut. Kejadian inilah yang menyebabkan beliau dibawa ke pengadilan (18 Nopember 1887), belaiu didenda 7,50 gulden. Hukuman tersebut menyinggung rasa keagamaan dan harga diri murid-murid dan para pendukungnya. Selain itu, penyebab terjadinya persitiwa berdarah, Geger Cilegon adalah dihancurkannya menara langgar di desa Jombang Wetan atas perintah Asisten Residen Goebel. Goebel menganggap menara tersebut mengganggu ketenangan masyarakat, karena kerasnya suara. Selain itu Goebel juga melarangang Shalawat, Tarhim dan Adzan dilakukan dengan suara yang keras. Kelakuan kompeni yang keterlaluan membuat rakyat melakukan pemberontakan. Pada tanggal 7 Juli 1888, diadakan pertemuan di rumahnya Haji Akhia di Jombang Wetan. Pertemuan tersebut untuk mematangkan rencana pemberontakan. Pada pertemuan tersebut hadir beberapa ulama dari berbagai daerah. Diantaranya adalah : Haji Said (Jaha), Haji Sapiudin (Leuwibeureum), Haji Madani (Ciora), Haji Halim (Cibeber), Haji Mahmud (Terate Udik), Haji Iskak (Saneja), Haji Muhammad Arsad (Penghulu Kepala di Serang) dan Haji Tb Kusen (Penghulu Cilegon). Pada hari Senin tanggal 9 Juli 1888 diadakan serangan umum. Dengan memekikan Takbir para ulama dan murid-muridnya menyerbu beberapa tempat yang ada di Cilegon. Pada peristiwa tersebut Henri Francois Dumas - juru tulis Kantor Asisten residen - dibunuh oleh Haji Tubagus Ismail. Demikian pula Raden Purwadiningrat, Johan Hendrik Hubert Gubbels, Mas Kramadireja dan Ulrich Bachet, mereka adalah orang-orang yang tidak disenangi oleh masyarakat.Cilegon dapat dikuasio oleh para pejuang "Geger Cilegon". Tak lama kemudian datang 40 orang serdadu kompeni yang dipimpin oleh Bartlemy. Terjadi pertempuran habet antara para pejuang dengan serdadu kompeni. hingga akhirnya pemberontakan tersebut dapat dipatahkan. Haji Wasid dihukum gantung. Sedangkan yang lainnya dihukum buang. Diantaranya adalah Haji Abdurrahman dan Haji Akib dibuang ke Banda. Haji Haris ke Bukittinggi Haji Arsyad thawil ke Gorontalo, Haji Arsyad Qashir ke Buton, Haji Ismail ke flores, selainnya dibuang ke Tondano, Ternate, Kupang, Manado, Ambon dan lain-lain. (Semua pemimpin yang dibuang berjumlah 94 orang). Subject: SAJARAH BANTEN 7 (SYECH MAULANA MANSYUR CIKADUEN /KI BUYUT MANSYUR) (SYECH MAULANA MANSYUR CIKADUEN /KI BUYUT MANSYUR) Syech Maulana Mansyurudin kasohor nami Abu Nashr, Abdul Qohar, sareng Sultan Haji, anjeuna putra Sultan Agung Tirtayasa Abdul Fattah. Ceuk sakaol nalika taun 1651 M, Sultan Ageng Tirtayasa (Abdul Fattah) liren tina kasultanan, dipasrahkeun ka putrana nyaeta Maulana Mansurudin Sultan katujuh Banten, kinten-kinten 2 taun janten Sultan teras angkat ka Mekah. Kasultanan dipasrahkeun ka putrana nyaeta Sultan Abdul Fadli, nalika angkat ka Mekah Syech Maulana Mansur dipasihan wasiat ku ramana nyaeta upami angkat ka Mekkah ulah mampir ka tempat sejen kedah langsung ka Mekkah lajeng ti Mekkah kedah langsung ka Banten. Dina sajeroning lalampahan ka Mekkah Syech Mansur hilap ka wasiat sepuhna anjeuna singgah heula ka pulau Majeki, di dieu anjeuna nikah sareng ratu jin gaduh putra hiji. Salami Maulana Mansyur di pulau Majeki, Sultan Adipati Ishaq di banten kena rayuan Walanda nu antukna anjeuna janten diangkat sultan ku Walanda. Nanging sultan Abdul Fattah teu nyatujuan kedah ngantosan Maulana Mansyur, lajeng aya kakacauan nu ahirna dongkap kapal anu ngaku Maulana Mansyur sarta nyandak barang-barang ti Mekkah, dongkapna Sultan palsu ti Palabuhan Banten ka Surosowan karaton Banten tetep ngangken Sultan Haji Abu Nashri nu ahirna jalmi-jalmi percanten, mung Sultan Ageng nu teu percanten, padahal Sultan palsu the Raja Pendeta turunan Jin ti pulo Majeki. Sultan Agen dipikahewa ku sarerea, lajeng aya peperangan antawis Sultan Ageng sareng Sultan Haji palsu, nu ngabela Sultan Ageng nyaeta Tubagus Buang. Salajengna kabar ayana perang ka Maulana Mansyur nu aya di pulo Majeki yen aya perang ageing di Banten lajeng anjeuna emut kana wasiat sepuhna nu tos dilanggar, anjeuna angkat ti pulo Majeki ka Mekkah nyuhunkeun dihampura tina sagala dosa di Baitullah. Saparantos kitu rupina tobat ti anjeuna ditampi ku Gusti Allah SWT sarta dipasihan sababaraha elmu panemu sareng karomah. Anjeuna emut ka Banten sareng izin ti Allah SWT anjeuna neuleum di sumur zam-zam lajeng muncul di Cibulakan, Cimanuk bari nyandak kitab suci Al Qur #8217;an dipanangana lajeng eta Qur #8217;an janten batu nu aya tulisan Qur #8217;an eta tempat ayeuna katelahna #8220;Batu Qur #8217;an #8221; nu dikurilingan ku cai. Sadongkapna ka kampung Cikoromoy teras nikah ka Nyai Sarinten gaduh putra namina Muhammad Sholih jujulukna Kyai Abu Sholih, salami di Cikoromoy anjeuna ngajarkeun syareat Islam. Nyai Sarinten pupus teras dimakamkeun di Pasarean Cikarayu Cimanuk. Syech Maulana Mansyur pindah ka Cikadueun bari nyandak khadam Ki Jemah teras nikah ka Ratu Jamilah ti Caringin Labuan. Dina hjiji waktos Syech Maulana Mansyur ngadangu soanten meong heras pisan, barang ditingali sihoreng eta meong dijapit ku kima, eta meong meredih menta tulung ka Syech Mansyur sangkan ditulungan, kumargi Syech Mansyur wali sareng ngartos kana basa sato sapada harita eta meong tiasa dilepaskeun tina kima. Saparantos kitu eta meong dibeat ku Syech Mansyur nu eusina kieu #8220;Maneh meong ulah ngaganggu ka sakur anak turunan kami #8221;, eta meong dikalungan surat Yasin dibehengna dipasihan nami si Pincang atanapi Raden Langlang Buana, Ki Buyut Kalam. Eta Meong janten rajana meong di 6 tempat nyaeta Ujung Kulon ratuna Ki Maha Dewa, Gunung Inten ratuna Ki Bima Laksana, Pakuwon Lumajang ratuna Raden Singa baruang, Majau ratuna Raden putrid, Manitung Nyayat nu sirahna dicalikan ku Si Pincang. Syech Maulana Mansyur pupus di Cikadueun, Pandeglang, Banten sarta dimakamkeun diditu taun 1672 M Subject: SAJARAH BANTEN 8 (Syech Nawawi Al Bantani) ULAMA SUNDA NU NGADUNIA Syeikh Nawawi Al-Bantani nu kasohor disebat Sayyidu Ulama Hijaz (Pamingpin Ulama di daerah Hijaz (Saudi Arabia) nyaeta urang Indonesia nu lahir di Banten sareng turunan ti Maharaja Tatar Sunda Prabu Siliwangi. Anjeuna seueur nyeepkeun waktosna kanggo ngajar sareng ngarang kitab dina widang tafsir, hadits, nahu, sharaf jst. Ampir sadaya ulama Indonesia murid anjeuna malihan aya murid-muridna nu janten tokoh Nasional. Sanawis janten guru kanggo ulama Indonesia anjeuna oge guru kanggo ulama di Singapura, Malaysia, Fatani (Thaland), jazirah Arab, jst. Kitab-kitab karangan anjeuna dugi ka ayeuna seueur janten bahan literature pengajian ku Lembaga Pendidikan Islam di nagara sanes, contona di Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Syech Nawawi Al-Bantani diwedalkeun dina taun 1813 M atanapi taun 1230 H di desa Tanara Kacamatan Tirtayasa, Serang, Banten, anjeuna turunan ti Sultan Maulana Hasanudin ti Syarif Hidayatullah ti Rara Santang ti Prabu Siliwangi. Dina yuswa anom keneh anjeuna guguru ka KH Shal Banten sareng KH Yusuf Purwakarta lajeng dina yuswa 15 taun anjeuna neraskeun nyiar elmuna ka Mekah Al Mukarommah sareng di ajar ka ulama sohor jaman harita sapertos Syech Sayyid Ahmad Nahrawi, Syech Ahmad Dimyati, Syech Ahmad Zaeni Dahlan, Sayyid Muhammad Hambal Al Hambali, Syech Khatib Sambas, Syech Abdul Ghani Bima, Syech Yusuf Sambulawani. Saparantos 3 taun anjeuna mulih deui ka Tanara saparantos apal Al Qur #8217;an sareng elmu sanesna sapertos mantic, kalam , hadits, jsb. Anjeuna linggih di kampungna teu lami lajeng dina taun 1830 mulih deui ka Mekkah Dina taun 1870 anjeuna janten anjeuna ngawulang di masjidil haram seueur murid-muridna nu dongkap ti Indonesia. Murid-murid Syech Nawawi KH Kholil Bangkalan Madura, ulama ageng nu gaduh pangaruh di jawa Timur sareng nu ngalahirkeun ulama-ulama besar KH Hasyim As #8217; ari (Pendiri NU, akina Gus Dur), anjeuna nu ngadirikeun pasantren Tebu Ireng di Jawa Timur, sareng Pahlawan Nasional. KH Asnawi Kudus Jawa Tengah, anjeuna ulama panutan nu pangaruhna sa pulo Jawa sareng ngalahirkeun ulama-ulama ageing. KH Asnawi Caringin Labuan Banten, ulama nu dugi ka ayeuna makamna sok dijarahan ku sakurna jalami ti mana-mana. KH Tb Bakri Sempur Purwakarta, anjeuna sohor disebat #8220;Ajengan Sempur #8221; nu santri-santrina seueur janten ulama besar di Jawa Barat KH Dawud Perak, Kuala Lumpur, Malaysia, ulama sohor di Kuala Lumpur Malaysia. Kitab-Kitab karangan Syech Nawawi Al-Bantani seueurna 115 kitab sadayana disusun nganngo bahasa Arab fushah hal ieu anu nunjukeun yen anjeuna mahir pisan dina bahasa Arab, ulama Timur Tengah nyalira salut dina karangan kitab-na nu nganggu bahasa Arab nu sae (fushah), anapon kitab-kitab nu dikarangna nyaeta : Marah Labid (Tafsir Munir), Nihayatuzen, At _tauseh, As Simarul Yaniah, Tanqihul Qaul, Nurudh dhalam, Fathul Majid, jrrd. Syech Nawawi Al Bantani pupus dina kaping 25 syawal 1314 /1897 M di tempat perkampungan Syech Ali Al Mukarammah Saudi Arabia dina yuswa 84 taun, anjeuna dimakamkeun di pemakaman Ma #8217;la caket makam Siti Asmah puteri Abu Bakar Shidiq sareng ulama ageing Syech Ibnu Hajar dugi ayeuna makam anjeuna dijarahan para jamaah ti Indonesia, Singapura, Thaland, jrr. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Yahoo! Domains - Claim yours for only $14.70 http://us.click.yahoo.com/Z1wmxD/DREIAA/yQLSAA/0EHolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Komunitas UrangSunda --> http://www.UrangSunda.or.id Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/urangsunda/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/