panulis artikel eta jelas teu ngarti kana mekanisme newak elema bersenjata
anu boga jiwa jibaku..anu dipikir teh ngan HAM wae keur teroris..jelas eta
panulis jelema kota ngan ahli maca buku tapi teu ngarti kana "risks
management' newak jelema anu nekad..Mun rek dipaehan mah gampang ..nginjeum
Brimob atawa tangtara...make saeutik execessive force..ngagereg imah anu
dipake ngiuhan ku terris di Temanggung, Solo, jati asih jeung cipotat
gampail pisan 5-7 menit rata....tapi naha nepi ka jam2an nya ? gara2 HAM
teroris kudu diadili..kudu aya sutrat paangkepan...kulantaran dianggap
kriminal biasa...Aneh bin Ajaib !

On 10/13/09, Waluya <waluya2...@yahoo.co.id> wrote:
>
>
>
> Ti saprakna "Bom Ma Erot", geus 9 urang nu disangka teroris paeh ditembak
> pulisi. Naha nya teu ditewak hirup-hirup? Cenah mah ngalawan jeung memang
> niatna hayang paeh. Ngan nyaeta lamun paeh mah, informasina jadi pegat,
> kabawa ka liang kubur ......
>
> Opini:
> Menangkap Teroris Hidup-hidup
>
>
> http://www.tempointeraktif.com/hg/opiniKT/2009/10/13/krn.20091013.178924.id.html
>
> Selasa, 13 Oktober 2009 | 00:41 WIB
>
> Kini timbul kesan bahwa pemerintah menempuh jalan pintas dalam memerangi
> teroris. Hampir semua gembong teroris ditembak mati di tempat penyergapan.
> Jika bukan suatu kebetulan, inilah cara yang lebih murah memberantas
> terorisme dibanding lewat proses hukum. Masalahnya, kebijakan seperti
> ini--andaikata benar-benar ada--jelas tidak bisa dibenarkan karena melanggar
> hak asasi manusia.
>
> Publik mulai mempertanyakan hal itu karena buron teroris yang disergap
> belum lama ini, Syaifudin Zuhri dan Mohamad Syahrir, pun dihabisi saat
> penyergapan. Nasib mereka sama dengan gembong teroris Noor Din M. Top, juga
> buron teroris lain, seperti Ibrohim. Polisi seolah tak punya cara
> melumpuhkan mereka selain dengan menembak mati.
>
> Bukan berarti kita tidak menghargai prestasi. Pencapaian polisi tetap
> penting dalam memberantas teroris. Soalnya, Syaifudin, misalnya, sosok yang
> andal di kalangan teroris. Dialah yang merekrut dua pelaku bom bunuh diri
> yang meledakkan Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di Mega Kuningan,
> Jakarta, Juli lalu. Bahkan Syaifudin disebut-sebut bisa lebih hebat
> dibanding Noor Din karena pergaulannya yang luas di negara yang warganya
> menjadi donatur aksi terorisme di Indonesia.
>
> Persoalannya, kenapa polisi tidak berusaha keras menangkap hidup-hidup para
> tersangka teroris, termasuk juga Noor Din. Padahal perlawanan mereka, paling
> tidak yang muncul ke permukaan, tidaklah sesengit yang dilakukan oleh
> kelompok Azahari ketika ditangkap di Malang, Jawa Timur. Dulu, Azahari
> mengamankan perimeternya dengan bom, selain membawa-bawa bom rompi.
> Belakangan, para tersangka cuma melawan dengan bom pipa--mirip dinamit.
>
> Menangkap teroris hidup-hidup amatlah penting agar pemerintah tak dituding
> membalas aksi biadab mereka dengan cara serupa. Keuntungan lain, polisi
> masih bisa menggali informasi dari mereka. Syaifudin, misalnya, bisa
> dimintai konfirmasi benarkah ia bukan anggota "asli" kawanan Noor Din dan
> bukan berasal dari kalangan Jamaah Islamiyah. Informasi dari kakaknya,
> Syahrir, tak kalah berguna. Misalnya, benarkah ia memiliki rencana melakukan
> serangan teroris dengan moda pesawat terbang.
>
> Lagi pula saat ini masih banyak pentolan teroris yang bebas. Ada, misalnya,
> Para Wijayanto, yang diduga pemimpin senior di Jamaah Islamiyah. Ada
> Dulmatin, tersangka pembuat Bom Bali I. Ada Upik Lawanga, ahli bom lainnya,
> dan tersangka berbagai serangan bom di Poso, termasuk bom Tentena. Informasi
> apa pun dari tersangka terorisme, sungguhpun sedikit, bisa menjadi pengantar
> untuk menuju ke jejaring mereka.
>
> Memang menangkap tersangka teroris hidup-hidup tidak gampang. Soalnya,
> sebagian dari mereka malah telah menyiapkan diri untuk mati. Itulah
> pentingnya polisi mendeteksi potensi bahaya target, dan melumpuhkan atau
> menangkap hidup-hidup mereka ketika dalam keadaan lemah.
>
> Hanya dengan cara itu kesan bahwa pemerintah cenderung menghindari proses
> peradilan bagi teroris bisa dihapus. Dengan berusaha menangkap hidup-hidup
> pula kita memberikan kesempatan kepada para teroris membela diri, sekaligus
> tetap menghargai hak asasi mereka.
>
>  
>

Kirim email ke