Assalamualaykum wr. wb., Hari ini saya baru ikut nimbrung lagi. Dan, saya gunakan di lembar suratnya Chae. Saya akan beri tanggapan yang bersifat bongkokan (jadi satu) terhadap Chae, Mas Satriyo, Mas Bedjo, dan Mas Sutiyoso. Maklum, untuk mengurangi waktu reply... :)
Buat Chae, Jika merujuk QS 4:3, memang poligami (waktu itu) buat melindungi anak yatim yang orangtuanya gugur dalam fi sabilillah. Jadi, bukan anak yatimnya yang dipoligami, tapi nisa', perempuan dewasa yang punya anak yatim --tentang anak yatim ini sudah dijelaskan pada 4:2. Rasul dalam poligami memang tidak ada kaitannya dengan "janda yang punya yatim". Poligami Rasul ditujukan untuk mengawini perawan, janda, atau wanita yang menyerahkan diri kepada Rasul untuk dinikahi. Dan, ini merupakan kekhususan bagi Kanjeng Nabi Muhammad (Baca saksama 33:50-53). Apa yang berlaku bagi Rasul tidak berlaku bagi orang mukmin umumnya. Menjelang hijrah --Ibunda Khadijah sudah wafat-- Nabi kawin lagi dengan seorang janda yang masih tinggal di Ethiopia. Ini semua atas saran para sahabat. Setelah hijrah alias sudah di Madinah Nabi mendapat perintah poligami dan itu berlaku hingga th ke-6 H. Setelah itu Kanjeng Nabi dilarang keras oleh Allah untuk berpoligami lagi, dan juga dilarang menceraikan istri-istri yang sudah dimilikinya. Sedangkan bagi seluruh laki-laki mukmin dilarang menikahi mantan istri Nabi bila beliau sudah wafat! Baca lagi QS 33: 50-53. Buat Mas Satriyo dan Mas Bejo, Pertama, saya akan jelaskan pengertian sunah Nabi. Sunah itu artinya "nglakoni" alias menjalankan keteladanan. Jadi, sunah Nabi ialah keteladanan dari Nabi Muhammad untuk umatnya. Di sini harus dapat dibedakan dengan apa yang dilakukan Nabi sebagai basyar atau manusia umumnya. Misalnya, Nabi makan, minum, tidur, dan berbuat normal seperti manusia lainnya. Ini bukan sunah! Tapi kalau "Nabi makan bila telah lapar dan berhenti makan sebelum terasa kekenyangan," inilah yang disebut sunah Nabi. Pada umumnya manusia melakukan aktivitas seksualnya, entah itu lewat pernikahan, kawin siri, nggendak, zina, melacur, kumpul kebo atau yang lainnya. Nabi bersabda bahwa nikah itu sunahnya. Artinya, bagi umat Islam, penyaluran seksual harus melalui nikah. Poligami bukan sunah, karena ada perintah hanya menikahi satu perempuan saja bila takut tidak bisa berlaku adil! Jadi, menurut Alquran, prinsip pernikahan itu ialah monogami. Maka, di dalam Alquran tak ada perintah atau anjuran berpoligami. Juga tak ada larangan, karena poligami sebelum wahyu diturunkan kepada Kanjeng Nabi sudah menjadi budaya bangsa Arab. Budaya tak bisa dihapus begitu saja, tapi harus direvisi. Laki-laki Arab waktu itu biasa punya istri dan tak terbatas jumlahnya, tergantung kesanggupan atau kekuasaan sang lelaki. Ayat 4:3 membatasinya! Bila poligami itu sunah Nabi, maka redaksinya bukan "kalau kamu takut tidak dapat berlaku adil". Lha wong sunah kok malah diberitahu dengan perintah yang melarang poligami. Kalau poligami itu sunah Nabi, maka redaksinya ialah perintah nikah satu dulu, lalu jika bisa memperlakukan istrinya yang tunggal itu baik-baik, baru diperintahkan untuk menambahnya dan maksimum hingga 4. Makanya, kita ini diperintah membaca Alquran dengan penuh kejernihan hati, dan tidak taklid pada ustaz semata. Dus, perhatikanlah beberapa kali lagi QS 4:3, yang memerintahkan menikahi satu perempuan merdeka atau budak bila takut tidak bisa berlaku adil! Jadi, menurut Allah dalam Alquran, prinsip pernikahan dalam Islam itu monogami, tapi "in any case", dalam kasus tertentu dibuka ruang poligami. Dan, poligami pun --jika menurut ayat itu-- harus memberikan solusi perekonomian bagi anak-anak yatim. POLIGAMI bukan sunah Nabi, karena pada QS 33:50 dinyatakan dengan tegas adanya kekhususan bagi Kanjeng Nabi dan bukan untuk lelaki mukmin pada umumnya!! Menurut QS 4:3, pada dasarnya memoligami perempuan lajang (janda atau perawan) itu haram, karena itu redaksinya "maa thaaba lakum". Bagi Mas Satriyo yang sarjana sastra, hendaknya bisa membedakan antara "maa thaaba" dan "man thaaba". Bila bunyi ayat "man thaaba lakum", itu artinya lelaki dibolehkan untuk mengawini siapa saja. Jika dibolehkan mengawini siapa saja, maka itu bertentangan dengan QS 33:50, bahwa yang boleh mengawini siapa saja itu khusus bagi Rasul dan bukan bagi laki-laki mukmin umumnya! Khusus buat Mas Satriyo, perempuan itu memang belahan jiwa laki-laki dan laki-laki itu belahan jiwa perempuan. Artinya, baik laki-laki maupun perempuan, itu dulunya satu makhluk hidup yang disebut "min nafs wahidah", dari diri yang satu. Ini bukanlah ajaran di luar Alquran. Bahkan di QS 2:187 ditandaskan dengan tegas bahwa "perempuan itu pakaian laki-laki" dan "laki-laki itu pakaian perempuan". Artinya, laki-laki dan perempuan itu saling melengkapi, maka masing-masing merupakan belahan jiwa pasangannya. Buat Sutiyoso, Janganlah membuat perandaian yang di pikiran ini sudah ada bias pandangan. Perhatikan perandaian Mas Sutiyoso di wabah ini. "Sebenarnya maksud dari insan-insan yang tidak setuju polygamy itu mungkin saja, yaitu: "Awas jangan polygamy nanti tertular AIDIS / HIV" "Awas jangan dekat-dekat orang yang polygamy karena dia punya AIDS / HIV" Kesimpulan akhirnya sederhana, " Jauhi saja orang-orang yang polygamy". Ini namanya Mas bersu'uzh zhan atau berprasangka buruk terhadap para anggota milis yang tidak setuju poligami. Padahal, kalau kita ini sudah membaca Alquran dari Alfatihah hingga Annas, dan semua hadis itu sudah habis dilahab, maka kita akan paham bahwa boleh saja pemimpin negara melarang poligami. Dan, itu tidak melanggar Alquran sama-sekali, karena orang yang tidak setuju poligami itu tidak mengharamkan apa yang dihalalkan Allah. Ingat, poligami itu memang berasal dari budaya primitif atau juga dari budaya jahiliyah. Makanya, Alquran mengaturnya dengan ungkapan yang amat lembut "bila kamu takut tidak bisa berbuat adil nikahlah satu saja". Ini namanya "risalah" dan bukan "nubuwah (sunah Nabi)". Dalam hal poligami, nurani perorangan diketuk oleh Tuhan dengan kata "jika kamu takut tidak dapat berlaku adil". Lha, kalau sunah Nabi ya tidak akan disertai tegoran. Coba, dari mana larah-larahnya atau alasan pokoknya, Mas Sutiyoso menyimpulkan "jauhi orang yang berpoligami"? Semoga bagi yang setuju poligami senantiasa ingat QS 33:50! Wassalam, chodjim -----Original Message----- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Chae Sent: Tuesday, December 20, 2005 11:55 AM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Balasan: Re: [wanita-muslimah] Budaya Poligami Kenapa tidak Pak Aman??;) bukankah dalam Qs.2:177 mengayomi anak yatim di sejajarkan dengan keimanan kepada Allah bisa di artikan sebagai sesuatu yang wajib?? sayangnya kita ini sudah terdokrin bahwa berpoligami adalah salah satu cara untuk mengayomi anak yatim. Inilah saya pikir salah kaprah, apalagi dengan di embel-embeli oleh keyakinan bahwa hal tersebut merupakan sunah/mencontoh prilaku Nabi. Ketika Nabi menikahi Ummu Salamah dengan anak2 yatimnya bukan dalam konteks mengayomi anak2 yatim tapi lebih kepada memberikan penghargaan/penghormatan terhadap jasa-jasa dari Abi Salamah dan Ummu Salamah, adakah menurut Pak Aman Nabi menikahi Janda dalam konteks untuk mengayomi anak2 yatim?? bukankah justru perkawinan Nabi lebih kepada kedudukan perkawinan dalam budaya arab?? perkawinan dalam budaya arab bisa mengikat tali kekeluargaan yang sangat kuat bahkan hubungan menantu dan mertua lebih kuat daripada hubungan saudara sedarah (CMIIW), perkawinan merupkan bentuk penghormatan (ketika seorang Raja menhadiahi budak kepada Nabi dan kemudian di nikahi sebagai bentuk penghormatan), perkawinan juga merupakan pembebasan terhadap status tahanan budak. Semua fungsi perkawinan yang ada dalam budaya arab tidak sama dengan fungsi perkawinan dalam budaya kita sehingga akan menjadi "salah jalan" jika kita memposisikan perkawinana dalam bentuknya "poligami" sebagaimana perkawinan dalam budaya arab. Ini bisa kita lihat dari perjalanan hidup Nabi sendiri, ketika Nabi hijrah ke Madinah sejauh yang kita tahu tidak ada perkawinan lagi dalam kehidupan Nabi, kenapa? Karena memang budaya yang berbeda dalam memandang fungsi dan kedudukan perkawinan. Perlu di ingat ketika kita berbicara mengenai perkawinan, secara otomatis kita pun berbicara mengenai relasi dalam perkawinan tersebut. Dan relasi suami istri di dalam budaya mekah pada waktu itu berbeda dengan relasi suami istri dalam budaya medinah apalagi dalam budaya kita:) Tapi saya sependapat dengan Pak Aman mengenai jangan memutlakan pengharaman terhadap poligami dalam implementasinya tapi secara norma2 sosial sudah seharusnya poligami dimutlakan keharamanya. seperti yang di contohkan Pak Aman mengenai perintah sholat 5 waktu,dimana ada ketentuan dan diluar ketentuan tersebut di namakan melanggar. Ok lebih dijelaskan sholat itu wajib dengan melaksanakan ketentuanya. Jika kita melanggar bisa dipastikan hal tersebut membuat sholat kita tidak syah. Tapi bagi kondisi tertetu atau khusus maka sholat dengan melanggar ketentuan yang bisa menjadi syah semisal bagi yang sakit dan tidak mampu berdiri maka sholat sambil tidur adalah syah. Tapi hukum kekhususan ini tidak serta merta menjadi hukum yang umum. Begitu juga dengan poligami secara umum ini haram kecuali jika kondisi tidak sama dengan kondisi umum maka poligami bisa di anggap sebagai sesuatu yang halal tapi YANG PERLU DI GARISBAWAHI ADALAH KONDISI KHUSUSAN INI TIDAK SERTA MERTA MENJADI HUKUM YANG UMUM. Semisal suami istri seperti Pak Sutiyoso yang secara umum menjadikan poligami haram walau kedua belah pihak menyetujui poligami tapi karena kondisi bukan kehususan maka hukum yang mendasari tetap poligami adalah haram. Berbeda jika kondisi tidak umum atau khusus semisal istri sakit parah sehingga tidak mungkin berfungsi sebagai istri tapi tidak dimungkinkan untuk bercerai karena tidak mempunyai kemandirian baik secara ekonomi maupun mental/emosional maka poligami bisa saja menjadi halal. kira-kira begitu menurut saya Pak Aman..kumaha??:) Chae ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/