Menurut saya, dalam kasus-kasus seperti ini selayaknya kita menelaah lebih 
jauh lagi. Barangkali masih banyak hal yang ketinggalan sehingga ada sesuatu 
yang kurang dalam kesimpulan. Apa yang disebutkan oleh Syaikh Albani menurut 
saya bukanlah sebuah kajian terhadap masalah tersebut secara menyeluruh. 
Beliau hanya menyampaikan sebagian dari apa yang terkait dengan masalah dan 
lebih khusus lagi yang berkenaan dengan pendapat yang beliau pegang sendiri. 
Lihat saja masalah tersebut diulas dalam sebuah tanya jawab belaka. 
Persoalannya adalah bagaimana seharusnya orang lain bersikap lebih arif 
dalam menarik kesimpulan, baik pembaca umum atau fans Syaikh Albani sendiri.

Saya sendiri sepakat dengan Syaikh Albani pada poin tentang hadis sahih 
bahwa tidak mungkin kandungannya bertentangan dengan al-Qur`an jika hadis 
tersebut benar-benar sahih. Permasalahannya, kadang-kadang orang hanya 
mengukur satu dua hadis dan membandingkannya dengan isi al-Qur`an. Padahal 
metode yang dikenal dalam kajian kandungan (bukan kajian status kesahihan) 
adalah dengan memperhatikan seluruh hadis. Jadi misalnya, ketika kita sedang 
membicarakan persoalan niat, maka seluruh hadis niat dikumpulkan dan 
diteliti satu persatu. Mana hadis yang menjadi penjelasan atau tambahan 
keterangan terhadap hadis lain. Bagaimana metode mengatasi maksud yang 
secara literal tampak bertentangan dan seterusnya.

Persoalan masa sekarang, banyak kalangan yang melihat wacana kemudian 
mencarikan dalilnya dan apabila sudah bertemu satu atau dua hadis maka 
pendapatnya dirasa sudah sangat benar karena ada hadisnya. Bisa jadi hal ini 
karena pengaruh gaya ulama dulu. Saya katakan "gaya" karena cara 
pengungkapannya saja. Yaitu, menjelaskan masalah dan mengetangahkan 
dalilnya. Padahal, mereka melakukan cara seperti itu karena mereka rata-rata 
adalah orang yang sudah menguasai dalil-dalil bahkan dalam bentuk hapal. 
Maka kita tidak bingung ketika banyak ulama yang hapal hingga puluhan ribu 
hadis. Jika kita membaca pendapat Imam Syafi'i tentang niat misalnya, dalam 
bentuk seperti ini:

"Niat itu hukumnya wajib sesuai dengan hadis Nabi Saw. 'Hanya saja amal itu 
adalah dengan niat."

Hal itu bukan berarti bahwa Imam Syafi'i hanya menyimpulkan pendapat dengan 
hadis tersebut tanpa mengetahui adanya hadis-hadis lain tentang niat. 
Seperti yang sudah saya sebutkan, mereka ini sudah hapal banyak hadis di 
luar kepala dan tergantung kontek pemaparannya apakah semua hadis itu harus 
disebutkan atau cukup satu saja. Dan begitupun, mereka tetap berhati-hati 
sehingga keluar pernyataan mereka seperti "Apabila sahih suatu hadis maka 
itulah mazhabku" atau "Tanah mana yang menampungku untuk berpijak dan langit 
mana yang menaungiku jika aku keluarkan pendapat yang bertentangan dengan 
kitab Allah dan hadis Rasulullah Saw." Ini adalah perkataan Imam Syafi'i.

Karena itu, bagi saya tidak mengapa jika kita meniru gaya seperti itu pada 
ajaran-ajaran yang terfokus tentang nasihat, anjuran, dan motivasi. Namun 
seyogyanya kita lebih berhati-hati jika pada ajaran yang berkaitan dengan 
hukum dan persoalan-persoalan siksa.

Dan kembali kepada masalah yang diperbincangkan di sini yaitu tangisan 
keluarga, seingat saya tafsiran para ulama tentang itu tidak hanya dua saja 
sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Albani, tetapi hingga tujuh atau delapan. 
Dan tafsiran tersebut merupakan hasil dari metode penggabungan antara 
dalil-dalil yang tampak bertentangan. Dan setelah ini saya ingin menculik 
pembahasan tersebut dari beberapa referensi dan insya Allah akan saya 
posting setelah ini.

Wassalam
Aman

----- Original Message ----- 
From: "fisip_99" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Monday, February 20, 2006 5:13 AM
Subject: [wanita-muslimah] Re: Hadits Shahih tidak mungkin bertentangan 
dengan Al-Qur`an


> Wah..wah lucu juga tafsiran hadist diatas. Koq sangat dipaksakan
> sekali ya. Coba misalkan kita sudah rajin ibadah... lalu belum sempat
> atau kelupaan bilang ke keluarga kalo mati nanti jangan ditangisi eh..
> ndilalah kita meninggal mendadak, karena kita gak tau kapan kita mati.
> lalu akhirnya kita disiksa kubur gara2 kelupaan bilang ke keluarga
> supaya jangan nangisi jenazah. Benar2 tidak adil... n
>
> Kalau saya pribadi sangat berhati2 dengan hadist. Bukhari-muslim itu
> kan lahir 200 tahun setelah Nabi SAW wafat. Bagaimana bisa dijamin
> hadist2 itu semua? Hanya ayat Quran yang dijamin oleh Allah.
>
> Contohnya bisa kita lihat PESAN BERANTAI. Coba kita ucapkan 10 kalimat
> saja, kemudian sebarkan satu persatu hingga orang yang ke 10. Hampir
> bisa dipastikan kalimatnya tidak akan 100% tepat dan maknanya pun
> belum tentu dimengerti oleh masing2 10 orang tsb, meski ke 10 orang
> itu berahlak yang baik.
>
> Ingatan saja tidak cukup. Yang lebih penting malah justru
> penafsirannya. Coba kalau dosen mengajar ilmu tauhid di kelas sebanyak
> 20 orang. Berapa persen dari mereka yang mampu menangkap 100% makna
> yang diucapkan si dosen? belum lagi jika ucapan dosen tsb harus
> diwariskan dari mulut ke mulut selama 2-3 abad kemudian.. apakah
> maknanya masih sama?
>
> Lah memangnya sebelum lahir bukhari-muslim tidak ada orang yang lebih
> hebat dari mereka dalam hal hadist?
>
> Saya tidak mau taklid kepada ulama krn kalo saya mati ulama yang saya
> ikutipun gak akan menemani apalagi bertanggung jawab. Kalo ada hadist
> yang bertentagan dengan Quran ya jelas harus dibuang atau ditafsirkan
> ulang. Wong nabi saja melarang hadist itu dibukukan koq. Dalam shoheh
> muslim, nabi mengatakan : "ucapanku jangan kalian catat, jika sudah
> dicatat maka hapuslah. Hanya al Quran saja yang boleh dicatat".
>
> Ucapan nabi diatas, 300 tahun kemudian ditafsirkan banyak ulama bahwa
> perkataan nabi diatas hanya berlaku selama nabi hidup untuk mencegah
> tercampurnya dgn Quran. Akhirnya dibukukanlah hadist besar2an...
> terbukti umat islam setelah itu mengalami kemunduran, mengalami
> kebekuan dalam menafsirkan Al Quran. Al Quran yang seharusnya bisa
> ditafsirkan sesuai perkembangan jaman malah harus ditafsirkan sesuai
> jaman abad ke 7 masehi. Mau menciptakan mobil eh.. di hadist nabi
> tidak ada dan malah disuruh belajar berkuda. Akhirnya orang non muslim
> dulu yang menciptakan mobil. Mau pergi ke bulan... ah tidak
> dicontohkan bnabi, maka orang AS dan Rusia yang ke sana duluan.
> Barulah setelah itu umat islam bikin buku yang menyatakan bahwa
> manusia bisa pergi kebulan dgn menyebut bbrp dalil. Akhirnya kita
> menang dalil..
>
> Kita ternyata lebih mengandalkan ayat kitabiyah. Malah ayat kauniyah
> (alam semesta) dilupakan. Memangnya ayat2 Allah itu cuma di kitab yang
> tertulis saja?
>
> Menafsirkan Quran menurut saya harus dengan Quran bukan dengan hadist.
> Namun menafsirkan dgn hadist boleh saja asal tidak bertentangan dgn
> Quran. Kalau sudah bertentangan ya buat apa dipertahankan hanya karena
> bukhari-muslim? Saya pribadi menghormati beliau dan saya tetap
> menggunakan hadist mereka sepanjang tidak bertentangan dgn Quran.
>
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Rudyanto Arief" <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>> Syaikh Al-Bany ditanya:
>> Ada sebagian orang yang berkata bahwa apabila terdapat sebuah hadits
> yang
>> bertentangan dengan ayat Al-Qur'an maka hadits tersebut harus kita
> tolak
>> walaupun derajatnya shahih. Mereka mencontohkan sebuah hadits :
> Sesungguhnya
>> mayit akan disiksa disebabkan tangisan dari keluarganya. Mereka
> berkata
>> bahwa hadits tersebut ditolak oleh Aisyah Radliyallahu 'anha dengan
> sebuah
>> ayat dalam Al-Qur'an surat Fathir ayat 18: Seseorang tidak akan
> memikul dosa
>> orang lain.Bagaimana kita membantah pendapat mereka ini ?
>>
>> Jawaban:
>> Mengatakan ada hadits shahih yang bertentangan dengan Al-Qur'an
> adalah
>> kesalahan yang sangat fatal. Sebab tidak mungkin Rasulullah
> Shalallahu
>> 'alaihi wa sallam yang diutus oleh Allah memberikan keterangan yang
>> bertentangan dengan keterangan Allah yang mengutus beliau (bahkan
> sangat
>> tidak mungkin hal itu terjadi).
>>
>> Dari segi riwayat/sanad, hadits di atas sudah tidak terbantahkan
> lagi
>> ke-shahih-annya. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar, Umar
> bin
>> Khattab dan Mughirah bin Syu'bah, yang terdapat dalam kitab hadits
> shahih
>> (Bukhari dan Muslim).
>>
>> Adapun dari segi tafsir, hadits tersebut sudah ditafsirkan oleh para
> ulama
>> dengan dua tafsiran sebagai berikut :
>> 1.Hadits tersebut berlaku bagi mayit yang ketika hidupnya dia
> mengetahui
>> bahwa keluarganya (anak dan istrinya) pasti akan meronta-ronta
> (nihayah)
>> apabila dia mati. Kemudian dia tidak mau menasihati keluarganya dan
> tidak
>> berwasiat agar mereka tidak menangisi kematiannya. Orang seperti
> inilah yang
>> mayitnya akan disiksa apabila ditangisi oleh keluarganya.
>>
>> Adapun orang yang sudah menasihati keluarganya dan berpesan agar
> tidak
>> berbuat nihayah, tapi kemudian ketika dia mati keluarganya masih
> tetap
>> meratapi dan menangisinya (dengan berlebihan), maka orang-orang
> seperti ini
>> tidak terkena ancaman dari hadits tadi.
>>
>> Dalam hadits tersebut, kata al-mayyit menggunakan hurul alif lam
> (isim
>> ma'rifat) yang dalam kaiah bahasa Arab kalau ada isim (kata benda)
> yang di
>> bagian depannya memakai huruf alif lam, maka benda tersebut tidak
> bersifat
>> umum (bukan arti dari benda yang dimaksud). Oleh karena itu, kata
> mayit
>> dalam hadits di atas adalah tidak semua mayit, tapi mayit tertentu
> (khusus).
>> Yaitu mayit orang yang sewaktu hidupnya tidak mau memberi nasihat
> kepada
>> keluarganya tentang haramnya nihayah.
>>
>> Demikianlah, ketika kita memahami tafsir hadits di atas, maka kini
> jelaslah
>> bagi kita bahwa hadits shahih tersebut tidak bertentangan dengan
> bunyi
>> ayat:Seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.
>> Karena pada hakikatnya siksaan yang dia terima adalah akibat
> kesalahan/dosa
>> dia sendiri yaitu tidak mau menasihati dan berdakwah kepada
> keluarga. Inilah
>> penafsiran dari para ulama terkenal, di antaranya Imam An-Nawawi.
>>
>> 2.Adapun tafsiran kedua adalah tafsiran yang dikemukakan oleh
> Syaikhul Islam
>> Ibnu Taimiyah Rahimahullah di beberapa tulisan beliau bahwa yang
> dimaksud
>> dengan azab (siksaan) dalam hadits tersebut adalah bukan adzab kubur
> atau
>> azab akhirat melainkan hanyalah rasa sedih dan duka cita. Yaitu rasa
> sedih
>> dan duka ketika mayit tersebut mendengar rata tangis dari
> keluarganya.
>>
>> Tapi menurut saya (Syaikh Al-Albani), tafsiran seperti itu
> bertentangan
>> dengan beberapa dalil. Di antaranya adalah hadits shahih riwayat
> Mughirah
>> bin Syu'bah:Sesungguhnya mayit itu akan disiksa pada hari kiamat
> disebabkan
>> tangisan dari keluarganya.
>>
>> Jadi menurut hadits ini, siksa tersebut bukan di alam kubur tapi di
> akhirat,
>> dan siksaan di akhirat maksudnya adalah siksa neraka, kecuali
> apabila dia
>> diampuni oleh Allah, karena semua dosa pasti ada kemungkinan
> diampuni oleh
>> Allah kecuali dosa syirik.Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
> Sesungguhnya
>> Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa syirik dan Dia mengampuni
> segala dosa
>> yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS.
>> An-Nisa' : 48).
>>
>> Banyak hadits-hadits shahih dan beberapa ayat Al-Qur'an yang
> mengatakan
>> bahwa seorang mayit itu tidak akan mendengar suara orang yang masih
> hidup
>> kecuali saat tertentu saja. Di antaranya (saat-saat tertentu itu)
> adalah
>> hadits riwayat Bukhari dari shahabat Anas bin Malik Radliyallahu
>> 'anhu:Sesungguhnya seorang hamba yang meninggal dan baru saja
> dikubur, dia
>> mendengar bunyi terompah (sandal) yang dipakai oleh orang-orang yang
>> mengantarnya ketika mereka sedang beranjak pulang, sampai datang
> kepada dia
>> dua malaikat. Kapan seorang mayit itu bisa mendengar suara sandal
> orang yang
>> masih hidup? Hadits tersebut menegaskan bahwa mayit tersebut hanya
> bisa
>> mendengar suara sandal ketika baru saja dikubur, yaitu ketika ruhnya
> baru
>> saja dikembalikan ke badannya dan dia didudukkan oleh dua malaikat.
> Jadi,
>> tidak setiap hari mayit itu mendengar suara sandal orang-orang yang
> lalu
>> lalang di atas kuburannya sampai hari kiamat. Sama sekali tidak !
>>
>> Seandainya penafsiran Ibnu Taimiyyah di atas benar, bahwa seorang
> mayit itu
>> bisa mendengar tangisan orang yang masih hidup, berarti mayit
> tersebut bisa
>> merasakan dan mendengar apa yang terjadi di sekelilingnya, baik
> ketika dia
>> sedang diusung atau dia dimakamkan, sementara tidak ada satupun
> dalil yang
>> mendukung pendapat seperti ini.
>>
>> Hadits selanjutnya adalah:Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-
> malaikat
>> yang bertugas menjelajah di seluruh permukaan bumi untuk
> menyampaikan
>> kepadaku salam yang diucapkan oleh umatku.
>> Seandainya mayit itu bisa mendengar, tentu mayit Rasulullah
> Shalallahu
>> 'alaihi wa sallam lebih dimungkinkan bisa mendengar. Mayit beliau
> jauh lebih
>> mulia dibandingkan mayit siapapun, termasuk mayit para nabi dan
> rasul.
>> Seandainya mayit beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam bisa mendengar,
> tentu
>> beliau mendengar salam dari umatnya yang ditujukan kepada beliau dan
> tidak
>> perlu ada malaikat-malaikat khusus yang ditugasi oleh Allah untuk
>> menyampaikan salam yang ditujukan kepada beliau.
>>
>> Dari sini kita bisa mengetahui betapa salah dan sesatnya orang yang
>> ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada orang yang sudah
> meninggal,
>> siapapun dia. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah orang
> yang
>> paling mulia di sisi Allah dan beliau tidak mampu mendengar suara
> orang yang
>> masih hidup, apalagi selain beliau. Hal ini secara tegas diterangkan
> oleh
>> Allah dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 194: Sesungguhnya yang
> kalian seru
>> selain Allah adalah hamba juga seperti kalian.Juga di dalam surat
> Fathir
>> ayat 14 :Jika kalian berdo'a kepada mereka, maka mereka tidak akan
> mendengar
>> do'a kalian.
>>
>> Demikianlah, secara umum mayit yang ada di dalam kubur tidak bisa
> mendengar
>> apa-apa kecuali saat-saat tertentu saja. Sebagaimana yang sudah
> diterangkan
>> dalam beberapa ayat dan hadits di atas.
>>
>> Dikutip dari Kaifa yajibu 'alaina annufasirral qur'anil karim edisi
> bahasa
>> Indonesia Tanya Jawab dalam Memahami Isi Al-Qur'an
>>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
>
> This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
>
>
> 




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke