Di Ensiklopedi Islam buku ke 3 hal 286-287, muhrim itu didefinisikan
sebagai --orang yang sedang melakukan ihram ketika haji DAN orang yang
sedang berada dalam perlindungan orang lain.

Jadi kata ini bisa dikaitkan dengan ibadah haji, juga dikaitkan dengan
kenyataan bahwa seorang laki2 yang masih ada hubungan keluarga dekat dengan
seorang wanita sehingga antara keduanya terlarang menikah.  Dalam Al Quran
ada Surat An Nisaa' 22-24 yang menyebutkan 15 macam wanita yang haram
dinikahi  seorang laki2 - 14 macam karena hubungan keluarga dan 1 macam
karena masih terkait hubungan pernikahan dengan laki2 lain. Mereka itu
adalah 1. ibu tiri - 2. ibu kandung - 3. anak wanita kandung - 4. saudara
wanita kandung - 5. saudara wanita ayah (bibi) - 6. saudara wanita ibu
(bibi) - 7. anak wanita dari saudara laki2 (kemenakan/keponakan) - 8. anak
wanita dari saudara wanita (kemenakan/keponakan) - 9. ibu susuan (yang
oernah menyusui) - 10. saudara sepersusuan - 11. mertua - 12. menantu - 13.
anak tiri dari istri yang sudah digauli - 14. saudara wanita istri (ipar
wanita) - 15. setiap wanita yang sudah bersuami.

Jumlah tsb di atas masih ditambah oleh Rasulullah dengan menyebutkan 2
wanita yang haram dinikahi yaitu 1. saudara wanita dari mertua wanita (bibi
dari istri di pihak ibunya) dan 2. saudara wanita dari mertua laki2 (bibi
dari istri di pihak ayahnya).  Ini tercantum dalam hadis riwayat Muslim dari
Abdullah bin Muslimah al Qa'naby dari  al A'raj dari Abu Hurairah.

Eh temans .. ada yang tahu asbabun nuzulnya ayat ini turun? Apakah ini
karena di Arab sana di zaman jahiliyah, wanita diperlakukan sebagai barang
warisan yang bisa diwariskan atau diperjual belikan atau diberikan begitu
saja ke laki2 lain atau poligami sampai ratusan (harem)? Terus nikah
semau-maunya saja, gak peduli hubungan keluarga atau masih menikah dengan
laki2 lain?

Jadi dari ayat dan hadis di atas, banyak wanita yang tidak bisa dinikahi -
maka bagi wanita banyak laki2 yang bisa dijadikan muhrim alias yang tidak
bisa dinikahi dan harus melindungi dirinya seperti anak tiri laki2, anak
kandung laki2, ayah kandung, saudara kandung laki2, paman, ponakan laki2,
kemenakan laki2, dll.

Itu kaitannya dengan -haramnya seseorang dinikahi, terus bagaimana ceritanya
dari haram dinikahi lalu meloncat ke -jika wanita harus keluar dengan
muhrimnya? Mungkin di tempat2 yang tidak aman memang harus didampingi laki2
yang kuat jika keluar seperti juga di gurun2 yang banyak perang antar suku
atau perampok, jika di tempat yang aman, apakah perlu ditemani muhrim atau
dalam keadaan darurat? Kenapa tidak dibuat oleh laki2 muslim tempat2 yang
aman bagi siapa saja - laki2 atau wanita untuk beraktivitas jika memang
seseorang harus pergi misalnya dokter (laki2 dan wanita) yang mau menolong
orang yang harus dioperasi karena kecelakaan atau menolong ibu yang mau
melahirkan?

Aturan wanita harus ditemani muhrimnya jika dilaksanakan di wilayah yang
mayoritas penganut Islam menunjukkan bahwa pemerintahnya (yang diisi
birokrat dan aparat muslim) telah gagal menyediakan tempat yang aman bagi
wanita, padahal seingat saya salah satu kriteria muslim yang baik itu adalah
muslim yang perkataan dan perbuatannya tidak mencelakakan orang lain.  Jadi
kalau masih banyak yang bisa celaka, entah diperkosa atau difitnah atau
dirampok, dll - kita harus merenung lagi - bagaimana penerapan agama dalam
kehidupan sehari2nya penganutnya? Apa pendapat teman2?

salam
Aisha
----------
From: "Dwi W. Soegardi" <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: [mediacare] Wahai perempuan (dan juga
kaum lelaki), waspadai Talibanisme di Indonesia!

yang aneh itu kalo di Aceh, Banten, dll
perempuan keluar rumah ditemani "muhrim"
Karena sangat sulit menjumpai "muhrim" di manapun di daerah itu.
"Muhrim" cuma bisa ditemui di tanah suci,
melakukan ibadah haji atau umrah.
Karena "muhrim" adalah orang yang ber-ihram,
yang menunaikan ibadah haji atau umrah,
dengan mematuhi rukun dan wajibnya.
Jadi ngga mungkinlah pake 2 lembar kain di Aceh atau Banten,
hanya untuk menemani perempuan keluar rumah.
Lha maqamnya aja di mana?

Lain kalau yang dimaksud adalah "mahram", orang yang haram dinikahi.
Bapak, anak laki-laki, pak de, pak lik, ponakan laki-laki, mbah kakung, dst.

salam,
DWS
-------------
On 3/17/06, roud worde bedros <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saya rasa anda terlalu picik dan naif.
> bila sekilas membaca artikel tersebut memang ada benarnya.
> namun pendapat saya sebagai orang awam, masa sih muhrim diartikan
> hanya sebagai lawan jenis? (abang, bapak,kakae,adik dlll) bukankan
> bila seseorang wanita ingin keluar rumah, (dalam hal ini anaknya
> sakit dan suaminya tidak dirumah) apakah tidak bisa ia minta tolong
> ma tetangganya sesama wanita?
> saya rasa jangan terlalu naif mengartikan sesuatu,
> dan saya rasa anda salah satu antek2 CIA yang punya rencana mencuci
> otak anggota di milis ini
> wasalam
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sato Sakaki
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Wahai perempuan (dan juga kaum lelaki), waspadai
> > Talibanisme di Indonesia!
> >
> > Saya terjemahkan agar semua teman-teman perempuan di
> > milis WM dan Mediacare waspada terhadap kebangkitan
> > Taliban di Indonesia yang sudah mulai terlihat
> > dimana-mana, dari Aceh sampai ke Banten. Dan yang
> > terbaru Perda Larangan keluar rumah malam hari (tanpa
> > muhrim) bagi Perempuan di Tangerang dan RUU APP.
> > --- Sato Sakaki <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > > Report on the Taliban's War Against Women
> > > Released by the Bureau of Democracy, Human Rights
> > > and Labor November 17, 2001
> > >
> > > http://www.state.gov/g/drl/rls/6185.htm
> > >
> > > The Taliban's War Against Women
> >
> > Perang Taliban Terhadap Perempuan
> >
> > > The day was much like any other. For the young
> > > Afghan mother, the only difference was that her
> > > child was feverish and had been for some time and
> > > needed to see a doctor. But simple tasks in Taliban-
> > > controlled Afghanistan today are not that easy.
> > >
> > > The mother was alone and the doctor was across town.
> > > She had no male relative to escort her. To ask
> > > another man to do so would be to risk severe
> > > punishment. To go
> > > on her own meant that she would risk flogging.
> >
> > Hari itu tidak banyak berbeda dengan hari yang lain.
> > Bagi ibu muda Afghan itu bedanya hanya anaknya demam
> > panas dan perlu dibawa ke dokter. Tetapi pekerjaan
> > sederhana di Afganistan yang lagi dikuasai Taliban
> > tidaklah demikian mudah.
> >
> > Si ibu sendirian dan dokternya di bagian lain kota.
> > Tidak ada anggota keluarga dekat lelaki muhrimnya yang
> > dapat menemani. Minta tolong laki-laki lain menghadapi
> > risiko hukuman berat. Pergi sendirian menghadapi
> > risiko dicambuk.
> >
> > > Because she loved her child, she had no choice.
> > > Donning the tent-like burqa as Taliban law required,
> > > she set out, cradling her child in her arms. She
> > > shouldn't have.
> >
> > Karena mencintai anaknya dia tidak punya pilihan lain.
> > Dengan mengenakan burqa, pakaian mirip tenda yang
> > diwajibkan Taliban dia keluar menggendong anaknya, hal
> > yang seharusnya tidak dia lakukan.
> >
> > > As they approached the market, she was spotted by a
> > > teenage Taliban guard who tried to stop her. Intent
> > > on saving her child, the mother ignored him, hoping
> > > that he would ignore her. He didn't. Instead he
> > > raised his weapon and shot her repeatedly. Both
> > > mother and child fell to the ground.
> >
> > Mendekati pasar, dia terlihat oleh seorang muta'wain
> > muda yang menghardik menyuruh berhenti. Dengan tekad
> > menyelamatkan anaknya si ibu mengabaikan teriakan itu
> > dengan harapan si mutawain akan membiarkannya. Tapi
> > dia keliru. Pahlawan muda itu membidikkan senapannya
> > dan menembak berkali-kali. Ibu dan anak terjerembab ke
> > tanah.
> >
> > > The young Taliban guard was unrepentent -- fully
> > > supported by the regime. The woman should not have
> > > been out alone.
> > > This mother was just another casualty in the Taliban
> > > war on Afghanistan's women, a war that began 5 years
> > > ago when the Taliban seized control of Kabul.
> >
> > Si pemuda Taliban hanya cuek, tidak merasa bersalah --
> > dan tindakannya didukung sepenuhnya oleh rezim yang
> > berkuasa. Ibu ini hanyalah seorang korban lain dalam
> > perang Taliban terhadap wanita Afganistan, perang yang
> > berawal 5 tahun yang lalu sewaktu Taliban merebut
> > kekuasaan di Kabul.
> >
> > > Abuses of an Oppressive Regime
> > >
> > > Prior to the rise of the Taliban, women in
> > > Afghanistan were protected under law and
> > > increasingly afforded rights in Afghan society.
> > > Women received the right to
> > > vote in the 1920s; and as early as the 1960s, the
> > > Afghan constitution provided for equality for women.
> > > There was a mood of tolerance and openness as the
> > > country began moving toward democracy. Women were
> > > making important contributions to national
> > > development.
> >
> > Sebelum kebangkitan Taliban, wanita di Afganistan
> > dilindungi undang-undang dan mendapat hak yang makin
> > besar dalam masyarakat Afganistan. Perempuan
> > memperoleh hak pilih tahun 1920-an, dan sejak tahun
> > 1960-an konstitusi Afganistan memberi perlakuan yang
> > setara pada kaum perempuan. Terdapat semangat
> > toleransi dan keterbukaan sementara negara itu mulai
> > melangkah menuju demokrasi. Perempuan memberikan
> > sumbangan penting pada pembangunan nasional.
> >
> > > In 1977, women comprised over 15% of
> > > Afghanistan's highest legislative body. It is
> > > estimated that by the early 1990s, 70% of
> > > schoolteachers, 50% of government workers and
> > > university students, and 40% of doctors in Kabul
> > > were women.
> >
> > Tahun 1977, ada 15 persen anggota badan legislatif
> > Afganistan yang perempuan. Tahun 1990 guru perempuan
> > sekitar 70 persen, pegawai negeri dan mahasiswi
> > perguruan tinggi 50 persen, dan 40 persen dokter di
> > Kabul adalah perempuan.
> >
> > > Afghanistan under the Taliban had one of the worst
> > > human rights records in the world. The regime
> > > systematically repressed all sectors of the
> > > population and denied even the most basic individual
> > > rights. Yet the Taliban's war against women was
> > > particularly appalling.
> >
> > Afganistan dibawah Taliban memiliki catatan
> > pelanggaran HAM terburuk di dunia. Rezim ini secara
> > sistematis menindas semua sektor penduduk dan bahkan
> > tidak memberi hak-hak dasar individu. Tetapi perang
> > Taliban terhadap perempuan secara istimewa sangat
> > menjijikkan.
> >
> > > Women are imprisoned in their homes, and are denied
> > > access to basic health care and education. Food sent
> > > to help starving people is stolen by their leaders.
> > > The religious monuments of other faiths are
> > > destroyed. Children are forbidden to fly kites, or
> > > sing songs...
> > > A girl of seven is beaten for wearing white shoes.
> >
> > Perempuan dipenjarakan di rumah-rumah mereka dan tidak
> > diberi akses untuk mendapat perawatan dasar kesehatan
> > dan pendidikan.  Pangan yang dikirim untuk membantu
> > rakyat yang kelaparan dicuri oleh para pemimpin
> > mereka.  Monumen-monumen keyakinan agama lain
> > dihancurkan. Anak-anak dilarang bermain layang-layang
> > .. Seorang anak perempuan usia 7 tahun dipukul karena
> > mengenakan sepatu warna putih.
> >
> > > The assault on the status of women began immediately
> > > after the Taliban took power in Kabul. The Taliban
> > > closed the women's university and forced nearly all
> > > women to quit their jobs, closing down an important
> > > source of talent and expertise for the country. It
> > > restricted access to medical care for women,
> > > brutally
> > > enforced a restrictive dress code, and limited the
> > > ability of women to move about the city.
> >
> > Perendahan status perempuan berawal segera setelah
> > Taliban berkuasa di Kabul. Taliban menutup perguruan
> > tinggi perempuan dan memaksa hampir semua perempuan
> > berhenti dari pekerjaan mereka, yang menutup sumber
> > penting bakat dan keahlian bagi negara itu.  Akses ke
> > perawatan kesehatan bagi wanita dipersulit, dan secara
> > brutal menegakkan aturan berpakaian yang sangat
> > mengekang, dan membatasi keleluasaan perempuan untuk
> > bergerak di kota itu.
> >
> > > The Taliban perpetrated egregious acts of violence
> > > against women, including rape, abduction, and forced
> > > marriage. Some families resorted to sending their
> > > daughters to Pakistan or Iran to protect them.
> >
> > Taliban melakukan kesewenang-wenangan terhadap
> > perempuan, termasuk pemerkosaan, penculikan dan kawin
> > paksa. Sejumlah keluarga menempuh cara mengirim
> > putri-putri mereka ke Pakistan atau Iran demi untuk
> > melindungi mereka.
> >
> > > Afghan women living under the Taliban virtually had
> > > the world of work closed to them. Forced to quit
> > > their jobs as teachers, doctors, nurses, and
> > > clerical
> > > workers when the Taliban took over, women could work
> > > only in very limited circumstances. A tremendous
> > > asset was lost to a society that desperately needed
> > > trained professionals.
> >
> > Bagi perempuan Afganistan yang hidup di bawah Taliban
> > dunia kerja boleh dikata tertutup bagi mereka.
> > Dipaksa berhenti dari pekerjaan sebagai guru, dokter,
> > perawat dan pegawai sewaktu Taliban mengambilalih
> > kekuasaan, perempuan hanya dapat bekeja dalam lingkup
> > sangat terbatas. Masyarakat kehilangan aset sangat
> > berharga pada saat tenaga profesional terlatih sangat
> > diperlukan.
> >
> > > As many as 50,000 women, who had lost husbands and
> > > other male relatives during Afghanistan's long civil
> > > war, had no source of income. Many were reduced to
> > > selling all of their possessions and begging in the
> > > streets, or worse, to feed their families.
> >
> > 50.000 wanita kehilangan suami atau saudara
> > laki-laki mereka akibat perang saudara yang
> > berlangsung lama. Mereka tidak punya sumber
> > penghasilan untuk menghidupi keluarga. Untuk itu
> > mereka menjual segala yang ada dan mengemis di
> > jalan-jalan atau yang lebih buruk lagi.
> >
> > > Denied Education and Health Care
> > >
> > > Restricting women's access to work is an attack on
> > > women today. Eliminating women's access to education
> > > is an assault on women tomorrow.
> > >
> > > The Taliban ended, for all practical purposes,
> > > education for girls. Since 1998, girls over the age
> > > of eight have been prohibited from attending school.
> > > Home
> > > schooling, while sometimes tolerated, was more often
> > > repressed. Last year, the Taliban jailed and then
> > > deported a female foreign aid worker who had
> > > promoted home-based work for women and home schools
> > > for girls.
> > > The Taliban prohibited women from studying at Kabul
> > > University.
> >
> > Taliban, membatasi pendidikan bagi anak perempuan.
> > Sejak tahun 1998 anak perempuan di atas umur 8 tahun
> > dilarang sekolah. Sekolah di rumah, walau terkadang
> > dibolehkan, lebih sering ditindas. Tahun lalu, Taliban
> > memenjarakan dan kemudian men-deportasi pekerja
> > bantuan asing perempuan yang hendak menggalakkan
> > pengerjaan di rumah bagi wanita dan sekolah di rumah
> > bagi anak perempuan. Taliban melarang perempuan kuliah
> > di Universitas Kabul.
> >
> > > The Taliban also required that windows of houses be
> > > painted over to prevent outsiders from possibly
> > > seeing
> > > women inside homes, further isolating women who once
> > > led productive lives and contributing to a rise in
> > > mental health problems. Physicians for Human Rights
> > > reports high rates of depression and suicide among
> > > Afghan women. One European physician reported many
> > > cases of burns in the esophagus as the result of
> > > women
> > > swallowing battery acid or household cleaners--a
> > > cheap, if painful, method of suicide.
> >
> > Taliban juga mewajibkan jendela rumah di-cat untuk
> > mencegah orang luar bisa melihat wanita dalam rumah.
> > Ini semakin mengisolasi para wanita yang semula
> > menjalani kehidupan produktif dan menyebabkan
> > maningkatnya kasus penyakit jiwa. Para dokter bagi Hak
> > Azasi Manusia melaporkan tingginya persentase depresi
> > dan bunuhdiri di kalangan wanita Afganistan. Seorang
> > dokter Eropa melaporkan banyaknya kasus saluran
> > pencernaan terbakar karena wanita menelan asam baterai
> > atau pembersih rumahtangga -- metode bunuhdiri yang
> > murah walaupun sakit.
> >
> > > Fettered by Restrictions on Movement
> > >
> > > In urban areas, the Taliban brutally enforced a
> > > dress
> > > code that required women to be covered under a burqa
> > > -- a voluminous, tent-like full-body outer garment
> > > that covers them from head to toe. One Anglo-Afghan
> > > journalist reported that the burqa's veil is so
> > > thick
> > > that the wearer finds it difficult to breathe; the
> > > small mesh panel permitted for seeing allows such
> > > limited vision that even crossing the street safely
> > > is difficult.
> >
> > Di kawasan perkotaan, Taliban secara brutal menegakkan
> > aturan berpakaian yang mewajibkan perempuan menutup
> > diri dengan burqa -- pakaian selubung mirip tenda yang
> > menutup badan dari kepala sampai ibujari kaki. Seorang
> > wartawan Angloi-Afghan melaporkan bahwa burqa ini
> > sangat tebal sehingga pemakainya sukar bernafas; celah
> > kelambu di mata untuk bisa melihat sangat membatasi
> > penglihatan sehingga untuk menyeberangi jalanpun
> > sulit.
> >
> > > While the burqa existed prior to the Taliban, its
> > > use

Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com 


Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke