----- Original Message ----- 
From: "idakhouw" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Saturday, April 01, 2006 4:52 PM
Subject: Pendapat Karen Armstrong, Re: [wanita-muslimah] Muhrim


> Kali ini "ngerjain" Mas Ary ah :))
>
> 1.Masih kurang spesifik: Gereja Katolik mana nih,,, Timur opo Barat ;)
>
> 2. Istilah pendeta tidak ada dalam Katolik Roma (kayaknya juga di
> Timur tidak pake istilah ini), yang ada adalah
> rohaniwan/pastor/pater/romo -mungkin ada lagi lainnya-
>

he he he he akur saja deh sama mbak Ida...

> 3. Selalu ada sisi baik/buruknya dari sebuah pilihan. Protestan
> -misalnya- yg memilih tidak institutionalized harus menghadapi
> konsekuensi perpecahan sampai sekarang, walau di sisi lain bisa lebih
> fleksibel menghadapi perubahan jaman (cmiiw) sementara dalam Katolik
> (setidaknya Katolik Roma) teologi bisa terus berkembang walau
> "mentok"? kalau sudah berhadapan dengan hirarki.
>
> Hayo lho, ruwet to? serupa dg pendapat Mas Ary, bicara kekristenan
> harus selalu spesifik: Kristen mana, dimana, kapan (supaya juga tidak
> anachronistic). Dan untuk urusan ini saya bukan ahlinya sama sekali :((
>
> Saleum,
> Ida.
>

Memang kompleks kok...
Tentu saja selalu ada kebaikan dan keburukan dari sesuatu. Hanya saja saya
percaya bahwa "persekutuan" atau "perpecahan" itu harusnya terkait dengan
sesuatu yang lebih "detail", bukan karena masalah keyakinan(agama).

Nah terkait dengan konteks, jika mbak Ida percaya hal di atas, tentu saja
statemen sebelumnya bahwa "Gereja dan Islam ada di posisi yang sama vis a
vis feminism" jadinya mentah, karena toh baik Gereja maupun Islam pada
akhirnya hanya sekedar label yang harus diperjelas lagi konteks-nya.
"Gereja" atau "Islam" itu label yang kompleks, dimensi yang lebih realistis
untuk dibedah sebetulnya ya itu tadi ruang dan time.

Jangan-jangan untuk Indonesia pada kurun waktu dan tempat tertentu, secara
tradisional feminisme dan agama (baik Islam maupun Kristen misalnya)
sebetulnya bahu-membahu.

Gitu lho maksud saya.

Saya juga pingin diskusi ttg sifat "androcentric" dari agama-agama.
Bukankah hal itu sesuatu yang wajar saja, terkait dengan "definisi" dari
agama itu sendiri yang spesifik untuk manusia, sama juga dengan jika kita
bicara budaya, sains dll. Kesemua itu kan bicara ttg kemanusiaan juga sbg
topik utama pembicaraannya sebetulnya, karena tujuannya pun untuk manusia.

Ato saya salah mengerti ttg androcentric yang mbak Ida maksud?

Salam
Ary





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke