Ya ampun Pak HMNA galak nian :-)) Saya mau ikutan nyerocos juga: 1. Barangkali menteri2 , pejabat pemerintahan sekarang masih terkontaminasi aroma Orde Baru. Di zaman orba semua tujuannya : s t a b i l i t a s, jangan terjadi kepanikan. Penghaluskan kata, istilah : harga barang naik di sebut 'penyesuaian'. Di cokok polisi dibilang 'diamankan'. Belum paham mana yg penting dan mana yg mendesak. Kalo ada yg dirasa penting perlu rakor dulu atau nunggu petunjuk dari yth presiden atawa wapres.
2. Mustinya kali lain kalo masalah bencana seperti ini, BMG Jepang kasih laporan juga ke kantor berita ANTARA, ke detik com, ke televisi; ke radio jangan cuma ke menteri2 :-)). Di radio, di televisi sering ada acara breaking news, sms pun bisa cepat. Rakyat itu justru lebih cepat tanggap, meskipun bagaimana penerimaannya. Panik, gugup, cuek atau mengambil kesempatan dalam kesempitan :-) 3. Sudah tahu hidup di negeri bencana alam, mustinya aparat yg terkait dengan ini secara intens memberi penerangan terus menerus tentang gempa, tentang tsunami, tentang longsor, tentang banjir. Gak melulu pakai istilah ilmiah paling gak yg bisa dicerna masyarakat pada umumnya. Paling nggak tentang fenomena alam yg berubah. Pengalaman tsunami Aceh, di Pangandaran juga terjadi, air surut kemudian kira2 10 menit terjadi gempa. Beberapa hari sebelumnya hewan2 liar ngungsi ke kampung. Seorang penduduk tiba2 rumahnya di hinggapi burung hantu di hari siang bolong. Kelelawar yg biasanya migrasi - berkeliaran di malam hari, siang2 itu sudah berterbangan. Sejak pagi hari kejadian, udara sudah sangat dingin, seperti pakai AC, katanya. Padahal biasanya hawa dingin terjadi di malam hari, itupun tak sedingin yg terjadi di pagi itu. Tetapi sebagian penduduk malahan menikmati pemandangan langka, jalan2 di pantai dengan berjaket dengan tidak menduga akan adanya gempa. 4. Di tempat saya tv Banten sesekali menyiarkan bahwa ancaman tsunami mungkin bakalan datang. Gempa di Jakarta yg berasal dari selat Sunda barusan kemarin baru permulaan, gitu katanya. Di sisi lain masyarakat mulai bersiap-siap. Dengan caranya sendiri, sejak peristiwa tsunami Aceh, di pengajian2 doa2 ditambah untuk menolak bencana dan gimana menghadapi bencana :-) Tapi disisi yg lain, tempat wisata, misal hotel2, resort di kawasan Anyer, Sol elite Marbela, Karangbolong, Malingping, menjadi sepiiiiii. Setiap peristiwa selalu memiliki dua sisi seperti uang koin. Gempa di daerah Banten itu sering.... Apalagi anakan Krakatau[ Rakata] masih aktif. Jika berada di pesawat udara melintasi selat sunda, menuju sumatra dari Cengkareng atau sebaliknya, misalnya, maka kepulan asap dari Krakatau yg sebagian terendam laut masih kentara. Itu kalo jadi meletus, tsunaminya yang melanda kawasan Banten, Cilegon, Anyer akan sangat hebat, panas pula :-( Kemarin dulu, di tempat saya sedang musim kemarau yg panas berdebu tiba2 malam hujan lebat, udaranya dingin. SMS pun beredar, apakah akan ada gempa, tsunami. Di radio penyiar menenangkan, menurut BMG, hujan yg barusan tidak ada hubungannya dengan tsunami...... Di Gorontalo kemarin juga terjadi gempa, pemerintahannya mengumumkan harus waspada kemungkinan tsunami bisa terjadi. [gak tahu kapan]. Ada yg bilang kok pemda Gorontalo malahan menakut-nakuti. 5. Yg kayak gini, meskipun bikin sport jantung tapi harus dihadapi, seperti kata pepatah : Jika tidak ingin diterjang ombak jangan berumah dipinggir pantai. Menurut yg saya tahu, bahkan setiap harinya di Indonesia bisa terjadi beberapa puluh kali gempa bumi. Jadi mustinya kesadaran akan adanya bencana alam yg membayangi mustinya di tumbuhkan. Eling lan waspodo kalo orang Jawa bilang :-)) Salam l.meilany ----- Original Message ----- From: H. M. Nur Abdurrahman To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Saturday, July 22, 2006 1:16 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Orang-orang teknik perlu belajar Ilmu Fiqh Saya ulangi, karena ente hapus: Menristek Kusmayanto Kadiman mengakui bahwa Pemerintah, 45 menit sebelum gelombang tsunami datang, menerima peringatan dari Pacific Tsunami Warning Center dan Badan Metrologi Jepang sesaat setelah gempa (sebab kapan terjadinya gempa, manusia dengan teknologi canggihnya tidak mampu mengetahuinya). "Tetapi kami tidak mengumumkan warning itu. Kalau tsunaminya tidak terjadi bagaimana?," kata Kadiman kepada wartawan seperti dikutip Associated Press. Sikap Kadiman terhadap warning dari kedua lembaga itu sangat disesalkan. Mengapa ia tidak lebih mempertimbangkan: "kalau tsunami betul-betul datang, lalu bagaimana." Kedua alternatif itu mempunyai risiko masing-masing yang jelek. Alternatif pertama risikonya orang-orang akan kecewa dan bahkan ada yang mengeluarkan sumpah serapah. Alternatif kedua, risikonya, ya seperti yang terjadi sekarang, sudah lebih 500 orang yang meninggal dunia. Dalam menghadapi dua altternatif yang dua-duanya jelek, maka Ilmu Fiqh mengajarkan: "Pilih alternatif yang jeleknya lebih enteng." Itulah perlunya orang-orang teknik belajar Ilmu Fiqh. Apa ente tidak mengerti apa itu yang disesalkan? Kusmayanto mengaku bahwa 45 menit sebelum gelombang tsunami datang, sesaat setelah gempa, ia sudah menerima peringatan dari Pacific Tsunami Warning Center dan Badan Metrologi Jepang, tetapi ia tidak mengumumkan warning itu. Mengapa? Karena katanya: " Kalau tsunaminya tidak terjadi bagaimana?," Nah ini yang disesalkan, mengapa ia tidak lebih mempertimbangkan: "kalau tsunami betul-betul datang, lalu bagaimana.". Itu artinya dasar pertimbangannya Kusmayanto tidak menghiraukan keselamatan penduduk. Nah, sedangkan Jusuf Kalla menganggap early warning system tidak diperlukan, seperti yang di kutip Associated Press. Apa ente tidak tahu bedanya kedua pernyataan itu? Beda sekali dalam konteks ALIRAN INFORMASI. Kusmayanto bicara tentang aliran informasi dari Jakarta kepada penduduk yang diancam bahaya di pantai selatan Jawa. Sedangkan JK bicara ttg ALIRAN INFORMASI sebaliknya, yaitu dari pesisir selatan Jawa ke Jakarta. Itulah sebabnya saya tulis kemudian: Jadi yang penting adalah sistem informasi dari Jakarta sebagai pusat informasi meneruskan informasi kepada penduduk yang diancam bahaya. Tidak perlu adanya dari instrumen yang dipasang di pesisir selatan itu yang akan meneruskan warning itu ke pusat di Jakarta. Jepangkan cukup canggih warning systemnya yang dapat diinformasikan ke pusat informasi di Jakarta, terbukti informasi warning itu diterima pusat di Jakarta 45 menit sebelum gelombang tsunami datang dari Badan Metrologi Jepang sesaat setelah gempa. Jadi yang penting adalah sistem informasi dari Jakarta sebagai pusat informasi meneruskan informasi kepada penduduk yang diancam bahaya. Tidak perlu adanya dari instrumen yang dipasang di pesisir selatan itu yang akan meneruskan warning itu ke pusat di Jakarta. Jepangkan cukup canggih warning systemnya yang dapat diinformasikan ke pusat informasi di Jakarta. Nah, ente faham? Teknologi itu alat, bukan tujuan. Kalau ternyata teknologi "early warning system" yang dari Jepang itu ternyata efektif memberikan warning ke Jakarta, lalu buat apa kita pasang instrumen "early warning system" itu di pantai selatan Jawa dan pantai barat Sumatera yang nanti gampang dicuri orang? Ente berprinsip demi teknologi, demi pengetahuan ttg perkembangan teknologi. Di sini pula pentingnya Ilmu Fiqh dalam memilih skala prioritas. Mana lebih menguntungkan. Memanfaatkan "early warning system" dari Jepang yang ternyata efektif mengirim informasi ke Jakarta, atau pasang sendiri instrumen "early warning system" di pesisir pantai untuk mengirim informasi ke Jakarta, yang nanti tidak akan efektif karena dicuri orang? Apa ente faham sekarang? Saya minta otaknya jangan taruh di dengkul supaya gampang menyerap pemahaman apa yang ente baca. Fyi saya tidak seperti JK, tidak seperti ente dalam hal suka bercanda, seperti ente telah tulis: ""Saya kan cuman bercanda". Oh, ya, ente pakai bahasa Indonesia yang baik, bukan cuman, itu bahasa preman, melainkan CUMA. Coba lihat di kamus ! HMNA ----- Original Message ----- From: "lestarin" <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Saturday, July 22, 2006 11:40 AM Subject: [wanita-muslimah] Re: Orang-orang teknik perlu belajar Ilmu Fiqh > Yth. Bapak H. M. Nur Abdurrahman, > > Kok saya jadi blunder sendiri membaca pernyataan Anda, > 1. Anda kesal dengan sikap Kadiman yg seolah tidak peduli dgn nilai > kemanusian dan keselamatan manusia, namun di sisi lain Anda > mendiamkan/tidak mengomentari ucapan/diplomatis dari Kalla yang se- > iya sekata soal tidak perlunya sistem peringatan dini disebarluaskan > ke masyarakat :(( Padahal intinya sama, keduanya sama-sama > mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Apa hanya karena Kalla masih > saudara pak HMA maka Anda tidak mengkritik Kalla???. Yang adil dalam > bertindak dong pak HMA. > 2. Anda bilang orang teknik perlu belajar Fiqh, lalu apakah cukup > sampai disitu saja???? tentu mereka pun perlu mengembangkan ilmu > tekniknya sekaligus. Yang berarti tidak hanya mengandalkan dari > early warning system yang dikirim Jepang dong. Sudah saatnya anak > bangsa Indonesia mempelajari lebih detil perangkat early warning > system untuk bencana tsunami. Berarti perlu lah dipasang perangkat > pendukung ini di Indonesia. "Tidak akan berubah suatu bangsa bila > tidak dari dirinya melakukan perubahan".....apakah kita tega sampai > anak cucu nanti, semua sistem peringatan dini hanya mengandalkan > Jepang???? > 3. Soal pesismisme Anda dan Pak Waluya, berkaitan dengan pencurian > dan lain sebagainya, saya sependapat dengan Mba' Chae. Pesimisme > menjauhkan kita dari Allah Swt, kita ga akan mau maju, seperti katak > dalam tempurung. Sebebal dan sebodohnya manusia, kalau diajak > berpikir, diingatkan, diberi pegertian, dan pada akhirnya ada > penegakan hukum yang benar, juga akan tertib dan tidak seenaknya > mencuri/bersikap jahil, jika mengetahui bahwa alat2 yang dipasang > itu untuk keselamatan nyawa mereka sendiri. Jadi saya kok optimis, > alat-alat seperti ini akan aman pada tempatnya, bila masyarakat > diberitahu, disosialisasikan, dan diberikan tindakan hukum yang > tegas bila sampai melanggarnya. > > > > Lestari > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "H. M. Nur Abdurrahman" > <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Sebenarnya apa yang ditulis Pak Waluyo itu ada benarnya. > Peralatan/instrumen > > "early warning system" yang dipasang di pesisir selatan Sumatera > dan Jawa > > tidak aman dari tangan pencuri. Jadi tidak perlu kita pasang > instrumen itu. > > Mengapa? 45 menit sebelum gelombang tsunami datang, Menristek > telah menerima > > peringatan dari Pacific Tsunami Warning Center dan Badan Metrologi > Jepang > > sesaat setelah gempa. > > Jadi yang penting adalah sistem informasi dari Jakarta sebagai > pusat > > informasi meneruskan informasi kepada penduduk yang diancam > bahaya. Tidak > > perlu adanya dari instrumen yang dipasang di pesisir selatan itu > yang akan > > meneruskan warning itu ke pusat di Jakarta. Jepangkan cukup > canggih warning > > systemnya yang dapat diinformasikan ke pusat informasi di Jakarta, > terbukti > > informasi warning itu diterima pusat di Jakarta 45 menit sebelum > gelombang > > tsunami datang dari Badan Metrologi Jepang sesaat setelah gempa. > > HMNA > > > > ----- Original Message ----- > > From: "lestarin" <[EMAIL PROTECTED]> > > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> > > Sent: Friday, July 21, 2006 4:50 PM > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Orang-orang teknik perlu belajar > Ilmu Fiqh > > > > > > > Mas Waluya, > > > > > > Mohon dicermati soal pengertian "early warning system" = sistem > > > peringatan dini, disini bukan per-se alat2nya, tetapi sistemnya, > dan > > > Jepang sudah membantu kita untuk mengingatkan soal akan > terjadinya > > > tsunami di Pangandaran. Silakan di baca ulang dari petikan yg > saya > > > kutip dari Associated Press, bhwa Bapak Menristek, Kadiman (dlam > hal > > > ini mewakili pemerintah), sudah mendapat informasi dari Jepang > > > tentang akan terjadinya tsunami di pangandaran (45 menit sebelum > > > tsunami terjadi), lalu beliau kan menjawab bahwa tidak merasa > perlu > > > mengumumkan hal tersebut ke masyarakat setempat, "kalau nanti > > > tsunami tidak terjadi bagaimana" begitu diplomatis beliau ini :(. > > > Nah hal ini dianalogikan serupa oleh bapak wapres, yang juga > merasa > > > bahwa pengumuman/sistem peringatan dini tidak perlu > > > diberlakukan: "Sehabis gempa, banyak masyarakat yang langsung > lari > > > ke bukit, berarti kan mereka sudah memiliki sistem peringatan > dini > > > dalam diri mereka" begitcuuuuu pak wapres lagi2 berdiplomatis :(( > > > > > > Jadi kalo pemimpin kita sudah tidak mau "memimpin"?????? > > > bagaimana????? lebih getir lagi, faktanya banyak masyarakat yang > > > menjadi korban memang tidak sadar akan bahaya tsunami di > Pangandaran > > > (mohon selengkapnya juga dibaca di berbagai media massa). > > > > > > Sekali lagi pak Waluya, persoalan yang saya kemukakan bukan > semata- > > > mata soal alat detektor yang merupakan bagian dari early warning > > > system. > > > > > > > > > > > > > > > Lestari > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "waluya56" <waluya56@> > > > wrote: > > > > > > > > Embak Lestarin, saya bukan mendukung Pak JK, cuma saya > > > skeptis "early > > > > warning system" itu bisa berjalan baik di Indonesia. Sebabnya > apa? > > > > Orang kita itu senang berbuat jahil, apalagi ke barang milik > > > publik. > > > > Tiang Tegangan tinggi listrikpun yang sedemikian berbahayanya > bisa > > > > dicuri, apalagi cuma detektor pasang-surut air laut yang > terapung- > > > > apung dilaut! > > > > > > > > Salam, > > > > WALUYA > > > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "lestarin" <lestarin@> > > > > wrote: > > > > > > > > > > Yth. H.M. Nur Abdurrahman, > > > > > > > > > > Memang benar sikap Kadiman sangat perlu disesalkan, serupa > > > dengan > > > > > sikap Jusuf Kalla yang juga menganggap early warning system > > > tidak > > > > > diperlukan, seperti yang di kutip Associated Press. Apakah > layak > > > > > seorang wapres mengeluarkan statemen seperti ini????? > > > > > Lalu apakah nanti seperti "ralat" yang dilakukan sesaat > setelah > > > > > mengeluarkan statement soal 'janda-janda di puncak' , "Saya > kan > > > > > cuman bercanda"..... :( > > > > > > > > > > Semoga nanti kita mendapat pemimpin yang lebih bijaksana dan > > > > > menghargai manusia lain, sekaligus menghargai nilai-nilai > > > > kemanusian. > > > > > > > > > > Lestari Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas nama RETNO WULANDARI. Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa. ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas nama RETNO WULANDARI. Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa. ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/