Salam Bang Wida,

Jangan khawatir, di rumah ada kitab sahih Bukhari, beberapa kitab Muslim,
An-Nawawi dan beberapa kitab kecil-kecil. Jadi saya juga membaca kitab
walaupun secara amatiran.Ini yang mungkin mbak Mia bilang ttg ketidakfairan
Bang Wida dalam berdiskusi, sering memberi insuniasi-insuniasi negatif thd
dari lawan diskusi..
Bagaimana kalau saya bilang, Bang Wida sepertinya dalam membaca kitab tidak
berangkat dari motivasi  mencari ilmu untuk diamalkan, tapi mencari kepuasan
pribadi. Mencari euphoria mistis dari kitab-kitab hadit s spt. Harry Potter
baca mantra. Mending baca Al-Quran dong
...he he he he;-))...just kidding...

Membaca komentarnya, saya kira Bang Wida miss beberapa point.

0. Saya kira kita sepakat bahwa yang diwariskan oleh Nabi kepada umat itu
Al-Quran dan Sunnah, bukan Al-Quran dan Hadits.

1. Ini bukan masalah delegitimasi posisi hadits. Tapi mendudukkan posisi
hadits pada tempatnya. Juga menjelaskan hubungan antara Sunnah dan Hadits,
yang tidak sesederhana Sunnah=Hadits. Allah menjamin tidak ada keraguan di
dalam Al-Quran, tapi tidak ada jaminan yang sama ttg hadits.

2. Adalah fakta bahwa pengumpulan hadits, metoda pengumpulannya dan ilmu
tentang hadits dibuat oleh manusia. Motivasinya pun motivasi seorang
manusia. Sebagai pencapaian umat manusia, ilmu ttg hadits, proses dan metoda
pengumpulannya  itu merupakan sesuatu yang besar, yang tidak bisa begitu
saja dinafikkan. Namun bagaimanapun manusia itu tidak sempurna. Artinya
proses pengumpulan hadits, metoda pengumpulannya dan ilmu tentang hadits
juga jauh dari sempurna. Itulah sebabnya perlu beberapa generasi ulama
besar.sampai kira-kira bisa diterima. Menganggap hadits sahih begitu saja
otentik tanpa kita kritisi, sama saja dengan menafikkan fakta ini, sehaus
apapun keinginan kita untuk "bertemu" dengan Rasul.

3. IMHO, ketika Fazlurrahman ra. menyatakan rusaknya hubungan organis di
antara sunnah, ijtihad, dan ijma'  itu terkait dengan efek dari munculnya
proses pemurnian dan formalisasi hadits yang pada saat itu menutup ruang
publik untuk ikut dalam prosesnya dan hanya diperuntukkan bagi ulama-ulama
saja. Padahal inti dari Islam adalah hilangnya elit dalam keberagamaan.
Ulama itu orang berilmu yang menjadi rujukan, bukan otoritas. Semua orang
berhak membanding-bandingkan, membuat pendapatnya sendiri dan lain-lain.

4. Ketika Bang Wida cerita ttg ijtihad Abu Bakar ra. dan Umar ra. yang
berbeda secara DIAMETRAL dengan ijtihad ulama besar hadits, bukankah ini
inti dari seluruh diskusi kita selama ini? Dapatkah kita mengambil pelajaran
dari konteks ini? Bahwa ijtihad dalam soal pewujudan keislaman seorang Abu
Bakar ra., Umar ra. yang bagian dari para ahli surga sekalipun itu ternyata
TIDAK SEMPURNA dan bisa saja tidak tepat menurut sikon kita sekarang. Begitu
juga ijtihad dari ulama hadits yang tidak ada jaminan apa-apa daripadanya.
Lalu bagaimana memustuskannya? IMHO, sebaiknya kita berdiskusi bukan dalam
level keberadaan dalil dari hadits tapi dalam level kemaslahatan dari hadits
itu.

5. Karena mungkin kita jarang melihat bagaimana kerja ilmiah dilakukan, kita
selalu beranggapan bahwa kerja ilmiah itu HARUS BENAR. Padahal adalah wajar
bahwa suatu hasil kerja ilmiah itu mengandung kesalahan, yang penting
dilakukan dengan kejujuran. Jika kita berbaiksangka dengan para ulama besar
hadits, tentu saja mereka TIDAK MENGARANG hadits yang masuk dalam ancaman
Rasul itu. Mereka melakukan kerja ILMIAH yang jujur dan ikhlas dalam
menggali khasanah keislaman dengan menggunakan metoda-metoda yang mungkin
mereka kerjakan saat itu. Kesalahan yang terjadi dalam proses itu tidak bisa
dianggap mengarang-ngarang, tapi kesalahan wajar dari suatu kerja ilmiah.

6. Jaman ini ketika Ilmu Pengetahuan (ALAM DAN SOSIAL) telah begitu
berkembang, tersedia lebih banyak lagi cara untuk untuk menggali inti
keislaman itu. Ada banyak cara untuk melihat apakah "memindahkan sorban dari
sebelah kiri ke sebelah kanan" itu tindakan kebetulan atau tindakan bermakna
syar'i. Apakah perilaku "mencelupkan lalat secara keseluruhan" itu tindakan
kebetulan atau tindakan bermakna syar'i. dll. Kerja Bukhari ra. itu belum
selesai, perlu dilanjutkan oleh yang lain dengan menggunakan alat-alat yang
tersedia.

7. Rasulullah memang tidak pernah berdusta dan melakukan sesuatu yang
sia-sia. Problemnya kita tidak bisa memastikan bahwa semuanya datang dari
Rasul dan yang paling penting APAKAH SESUAI dengan apa yang Rasul maksudkan.

Salam
Ary

----- Original Message ----- 
From: <[EMAIL PROTECTED]>
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, August 02, 2006 3:42 AM
Subject: Re: [Suspected Spam] Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya (was:
[wanita-muslimah] Wishful Thinking ...)


> Terimakasih atas informasinya. Banyak sekali yang perlu difikirkan dari
> tulisan ini. Sekilas saya membaca saya sudah mempunyai beberapa
> pertentangan dengan tulisan ini tetapi akan terlalu panjang jika saya
> komentari satu per satu.
>
> Saya harap tulisan ini tidak bermaksud untuk men de-legitimasi kumpulan
> kitab hadits. Apalagi jika ingin melemahkan hadits-hadits nubuwat nabi
> Muhammad. Apapun sejarah yang melingkupi penulisan hadits ini. Memang
> benar ada perbedaan antara Sunnah dan Hadits. Tetapi hubungan keduanya
> belum tentu seperti yang diuraikan oleh Fazlur Rahman. Apa yang Fazlur
> Rahman ungkapkan itu adalah semua probabilitas yang mungkin yang merupakan
> cara bagaimana Injil itu bisa terbukukan. Dia menyampaikan metoda yang
> sama untuk kitab hadits. Benar juga kalau dalam kitab hadits Bukhori atau
> yang lain, ada catatan yang sebenarnya bukan merupakan perkataan,
> perbuatan atau persetujuan nabi, tetapi itu jumlahnya sangat sedikit
> dibandingkan dengan yang perkataan nabi. Bagaimanapun kita perlu
> menghargai usaha-usaha besar para Imam ahli hadits. Usaha mereka untuk
> mengumpulkan hadits, sesuai dengan ijtihad mereka akan pentingnya untuk
> mengumpulkannya. Apakah tindakan Abu Bakar dan Umar lalu akan kita jadikan
> patokan bahwa tindakan pengumpulan hadits itu sama sekali tidak benar dan
> mengandung resiko besar? Abu Bakar dan Umar memiliki ijtihadnya sendiri.
> Demikian pula para Imam ahli hadits. Bukhari sangat berhati-hati, ia
> bahkan melakukan shalat sunah (istikharah) terlebih dahulu sebelum
> memasukkan suatu hadits ke dalam kitab haditsnya, jika ia merasa ragu.
> Semua itu kita hargai sesuai dengan ijtihad dan kebutuhan masa itu. Tetapi
> saya sangat bersyukur bahwa di hadapan kita hari ini terdapat kitab-kitab
> hadits, dan masing sering kita kutip untuk memperjelas pengajaran agama
> Islam. Apakah anda mempunyai kitab hadits di rumah? Shahih Bukhari dan
> Shahih Muslim? Coba anda baca dan anda "rasakan" sendiri. Anda akan
> merasakan bahwa yang tertulis di situ memang adalah perkataan nabi, bukan
> karangan umat Islam. Jika ada seorang muslim mengarang hadits, ingat, nabi
> pernah memperingatkan: "Barang siapa yang menulis sesuatu dan mengatakan
> itu dariku, maka persiapkanlah tempat duduknya di dalam neraka".
>
> Sebagai umat Islam kita percaya, bahwa Muhammad ibn AbdulLaah adalah
> seorang nabi. Dia tidak berkata dusta, tidak berbicara sembarangan dan
> tidak mengada-ada. Para Imam ahli hadits telah bersusah payah mengumpulkan
> hadits-hadits (ucapan) dari nabi dengan metoda mereka. Dan sekarang hasil
> karya mereka itu tersedia di hadapan kita. Bagi siapa yang ingin
> membacanya, insya Allah akan mendapatkan banyak mutiara hikmah kenabian
> terserak di dalamnya. Yang sulit dikatakan ini keluar dari bukan seorang
> nabi. Jangan hanya membaca ulasan seseorang... baca dan rasakanlah sendiri
> kitab-kitab hadits itu. 8-)
>
> Salam,
>



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke