Hehehe... tidak apa... rupanya saya hampir selalu begitu ya? Wah ada yang perlu diperbaiki nih dari metoda diskusi saya... 8-) Tapi tidak bermaksud menuduh lah... hanya belum kenal secara mendalam saja jadi bertanya... Bilangnya mas Ary itu untuk saya tidak apa-apa hehehe...
Ya, mungkin saya telah miss beberapa point. 0. Betul, Qur'an dan Sunnah, itu perkataan nabi. Tetapi sulit sekali kita menggali sunnah nabi dan mewariskannya turun temurun jika tidak dibantu dengan kitab hadits kan? Para ulama sekarang saja, dalam usahanya untuk menghidupkan sunnah nabi (makanya ada kelompok ahlu as-sunnah), banyak sekali mengutip hadits dari nabi. 1. Sunnah memang tidak sama dengan hadits. Karena sunnah itu adalah perbuatan dan kebiasaan nabi. Sedangkan hadits adalah kitab yang mencatat perkataan, perbuatan, tingkah laku dan persetujuan nabi. Di dalam kitab hadits kita bisa menggali dan menjaga sunnah nabi berabad-abad sampai sekarang. Betul juga, memang tidak ada jaminan dalam hadits. Oleh karenanya hadits-hadits yang dikatakan dlaif sampai sekarang masih saja muncul. Misalnya karangan al-Bani. Namun demikian, masih sangat banyak hadits yang masih dianggap shahih oleh para ulama. 2. Saya rasa memang betul bahwa usaha mengumpulkan hadits adalah usaha yang manusiawi. Metoda yang digunakan pasti ada kelemahannya. Namun jika kita ingin mengkritisi hadits nabi itu, dengan perangkat apa itu akan kita lakukan? Para Imam ahli hadits itu jauh lebih dekat dengan sumber hadits dan masih bertemu dengan banyak sahabat atau tabi'in dibandingkan kita yang berselang 14 abad. Paling tidak, para Imam ahli hadits itu kita hargai ketulusan mereka untuk memotret sunnah nabi dan peri kehidupan umat Islam di abad-abad pertamanya. Banyak kitab klasik yang dikarang oleh ulama Salaf zaman dahulu. Bahkan catatan sirah yang paling tua seperti Ibnu Hisyam (tahun 100-an H). Itu bisa kita jadikan alat untuk memvalidasi kitab-kitab hadits. 3. Saya belum mencermati betul pendapat Fazlur Rahman. Tetapi itu pendapatnya. Masih banyak pendapat-pendapat lain yang perlu kita dengar sebagai pembanding. Lalu kita pilih yang paling bermanfaat. 4. Abu Bakar dan Umar bisa saja berijtihad demikian. Kita mungkin tidak bisa memahami sepenuhnya kondisi apa yang melingkupi mereka saat itu 14 abad yang lalu yang membuat mereka melakukan itu. Dan dari mana coba kita tahu peristiwa itu jika bukan dari catatan hadits? Bukankah tanpa catatan hadits kita tidak akan pernah tahu Abu Bakar dan Umar pernah melakukan itu? Begitu juga dengan ijtihad Imam hadits. Ya memang tidak ada jaminan bahwa catatan mereka benar 100%. Tetapi apakah menjadi tidak benar 100%? Tentu saja tidak. Dan saya merasakan manfaat yang cukup besar dari keberadaan kitab-kitab hadits itu. Paling tidak itulah potret yang coba digambarkan pada zaman nabi dan sahabat. Dan potret itu banyak membantu kita dalam memahami al-Qur'an. Banyak memberikan latar belakang kontekstual turunnya ayat-ayat al-Qur'an. 5. Wah saya setuju dan tidak punya komentar untuk item ini. 8-) 6. Astaga, saya setuju lagi dengan mas Ary! 8-D 7. Iya setuju. Pemahaman dalam membaca kitab hadits masih bisa disempurnakan. Kitab hadits adalah perangkat yang tersedia di hadapan kita. Di dalamnya tidak 100% dari nabi atau benar. Perlu ilmu untuk menyaringnya dengan teliti. Demikianpun perlu diperbaiki cara kita "membaca" hadits. Semoga kita bisa memanfaatkan kedua perangkat ini, Qur'an dan Hadits, untuk lebih menggali Qur'an dan Sunnah, sehingga kita lebih bisa mendekati apa maunya nabi SAW. 8. Terakhir mohon maaf jika ada yang terbaca tidak fair lagi, atau terkesan memberi insuniasi2 negatif terhadap kawan diskusi. Tidak sengaja. 8-) Salam, "Ary Setijadi Prihatmanto" <[EMAIL PROTECTED]> Sent by: wanita-muslimah@yahoogroups.com 08/02/2006 01:31 PM Please respond to wanita-muslimah@yahoogroups.com To <wanita-muslimah@yahoogroups.com> cc Subject [wanita-muslimah] Re: Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya Salam Bang Wida, Jangan khawatir, di rumah ada kitab sahih Bukhari, beberapa kitab Muslim, An-Nawawi dan beberapa kitab kecil-kecil. Jadi saya juga membaca kitab walaupun secara amatiran.Ini yang mungkin mbak Mia bilang ttg ketidakfairan Bang Wida dalam berdiskusi, sering memberi insuniasi-insuniasi negatif thd dari lawan diskusi.. Bagaimana kalau saya bilang, Bang Wida sepertinya dalam membaca kitab tidak berangkat dari motivasi mencari ilmu untuk diamalkan, tapi mencari kepuasan pribadi. Mencari euphoria mistis dari kitab-kitab hadit s spt. Harry Potter baca mantra. Mending baca Al-Quran dong ...he he he he;-))...just kidding... Membaca komentarnya, saya kira Bang Wida miss beberapa point. 0. Saya kira kita sepakat bahwa yang diwariskan oleh Nabi kepada umat itu Al-Quran dan Sunnah, bukan Al-Quran dan Hadits. 1. Ini bukan masalah delegitimasi posisi hadits. Tapi mendudukkan posisi hadits pada tempatnya. Juga menjelaskan hubungan antara Sunnah dan Hadits, yang tidak sesederhana Sunnah=Hadits. Allah menjamin tidak ada keraguan di dalam Al-Quran, tapi tidak ada jaminan yang sama ttg hadits. 2. Adalah fakta bahwa pengumpulan hadits, metoda pengumpulannya dan ilmu tentang hadits dibuat oleh manusia. Motivasinya pun motivasi seorang manusia. Sebagai pencapaian umat manusia, ilmu ttg hadits, proses dan metoda pengumpulannya itu merupakan sesuatu yang besar, yang tidak bisa begitu saja dinafikkan. Namun bagaimanapun manusia itu tidak sempurna. Artinya proses pengumpulan hadits, metoda pengumpulannya dan ilmu tentang hadits juga jauh dari sempurna. Itulah sebabnya perlu beberapa generasi ulama besar.sampai kira-kira bisa diterima. Menganggap hadits sahih begitu saja otentik tanpa kita kritisi, sama saja dengan menafikkan fakta ini, sehaus apapun keinginan kita untuk "bertemu" dengan Rasul. 3. IMHO, ketika Fazlurrahman ra. menyatakan rusaknya hubungan organis di antara sunnah, ijtihad, dan ijma' itu terkait dengan efek dari munculnya proses pemurnian dan formalisasi hadits yang pada saat itu menutup ruang publik untuk ikut dalam prosesnya dan hanya diperuntukkan bagi ulama-ulama saja. Padahal inti dari Islam adalah hilangnya elit dalam keberagamaan. Ulama itu orang berilmu yang menjadi rujukan, bukan otoritas. Semua orang berhak membanding-bandingkan, membuat pendapatnya sendiri dan lain-lain. 4. Ketika Bang Wida cerita ttg ijtihad Abu Bakar ra. dan Umar ra. yang berbeda secara DIAMETRAL dengan ijtihad ulama besar hadits, bukankah ini inti dari seluruh diskusi kita selama ini? Dapatkah kita mengambil pelajaran dari konteks ini? Bahwa ijtihad dalam soal pewujudan keislaman seorang Abu Bakar ra., Umar ra. yang bagian dari para ahli surga sekalipun itu ternyata TIDAK SEMPURNA dan bisa saja tidak tepat menurut sikon kita sekarang. Begitu juga ijtihad dari ulama hadits yang tidak ada jaminan apa-apa daripadanya. Lalu bagaimana memustuskannya? IMHO, sebaiknya kita berdiskusi bukan dalam level keberadaan dalil dari hadits tapi dalam level kemaslahatan dari hadits itu. 5. Karena mungkin kita jarang melihat bagaimana kerja ilmiah dilakukan, kita selalu beranggapan bahwa kerja ilmiah itu HARUS BENAR. Padahal adalah wajar bahwa suatu hasil kerja ilmiah itu mengandung kesalahan, yang penting dilakukan dengan kejujuran. Jika kita berbaiksangka dengan para ulama besar hadits, tentu saja mereka TIDAK MENGARANG hadits yang masuk dalam ancaman Rasul itu. Mereka melakukan kerja ILMIAH yang jujur dan ikhlas dalam menggali khasanah keislaman dengan menggunakan metoda-metoda yang mungkin mereka kerjakan saat itu. Kesalahan yang terjadi dalam proses itu tidak bisa dianggap mengarang-ngarang, tapi kesalahan wajar dari suatu kerja ilmiah. 6. Jaman ini ketika Ilmu Pengetahuan (ALAM DAN SOSIAL) telah begitu berkembang, tersedia lebih banyak lagi cara untuk untuk menggali inti keislaman itu. Ada banyak cara untuk melihat apakah "memindahkan sorban dari sebelah kiri ke sebelah kanan" itu tindakan kebetulan atau tindakan bermakna syar'i. Apakah perilaku "mencelupkan lalat secara keseluruhan" itu tindakan kebetulan atau tindakan bermakna syar'i. dll. Kerja Bukhari ra. itu belum selesai, perlu dilanjutkan oleh yang lain dengan menggunakan alat-alat yang tersedia. 7. Rasulullah memang tidak pernah berdusta dan melakukan sesuatu yang sia-sia. Problemnya kita tidak bisa memastikan bahwa semuanya datang dari Rasul dan yang paling penting APAKAH SESUAI dengan apa yang Rasul maksudkan. Salam Ary ----- Original Message ----- From: <[EMAIL PROTECTED]> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com> Sent: Wednesday, August 02, 2006 3:42 AM Subject: Re: [Suspected Spam] Dari Sunnah ke Hadits atau Sebaliknya (was: [wanita-muslimah] Wishful Thinking ...) > Terimakasih atas informasinya. Banyak sekali yang perlu difikirkan dari > tulisan ini. Sekilas saya membaca saya sudah mempunyai beberapa > pertentangan dengan tulisan ini tetapi akan terlalu panjang jika saya > komentari satu per satu. > > Saya harap tulisan ini tidak bermaksud untuk men de-legitimasi kumpulan > kitab hadits. Apalagi jika ingin melemahkan hadits-hadits nubuwat nabi > Muhammad. Apapun sejarah yang melingkupi penulisan hadits ini. Memang > benar ada perbedaan antara Sunnah dan Hadits. Tetapi hubungan keduanya > belum tentu seperti yang diuraikan oleh Fazlur Rahman. Apa yang Fazlur > Rahman ungkapkan itu adalah semua probabilitas yang mungkin yang merupakan > cara bagaimana Injil itu bisa terbukukan. Dia menyampaikan metoda yang > sama untuk kitab hadits. Benar juga kalau dalam kitab hadits Bukhori atau > yang lain, ada catatan yang sebenarnya bukan merupakan perkataan, > perbuatan atau persetujuan nabi, tetapi itu jumlahnya sangat sedikit > dibandingkan dengan yang perkataan nabi. Bagaimanapun kita perlu > menghargai usaha-usaha besar para Imam ahli hadits. Usaha mereka untuk > mengumpulkan hadits, sesuai dengan ijtihad mereka akan pentingnya untuk > mengumpulkannya. Apakah tindakan Abu Bakar dan Umar lalu akan kita jadikan > patokan bahwa tindakan pengumpulan hadits itu sama sekali tidak benar dan > mengandung resiko besar? Abu Bakar dan Umar memiliki ijtihadnya sendiri. > Demikian pula para Imam ahli hadits. Bukhari sangat berhati-hati, ia > bahkan melakukan shalat sunah (istikharah) terlebih dahulu sebelum > memasukkan suatu hadits ke dalam kitab haditsnya, jika ia merasa ragu. > Semua itu kita hargai sesuai dengan ijtihad dan kebutuhan masa itu. Tetapi > saya sangat bersyukur bahwa di hadapan kita hari ini terdapat kitab-kitab > hadits, dan masing sering kita kutip untuk memperjelas pengajaran agama > Islam. Apakah anda mempunyai kitab hadits di rumah? Shahih Bukhari dan > Shahih Muslim? Coba anda baca dan anda "rasakan" sendiri. Anda akan > merasakan bahwa yang tertulis di situ memang adalah perkataan nabi, bukan > karangan umat Islam. Jika ada seorang muslim mengarang hadits, ingat, nabi > pernah memperingatkan: "Barang siapa yang menulis sesuatu dan mengatakan > itu dariku, maka persiapkanlah tempat duduknya di dalam neraka". > > Sebagai umat Islam kita percaya, bahwa Muhammad ibn AbdulLaah adalah > seorang nabi. Dia tidak berkata dusta, tidak berbicara sembarangan dan > tidak mengada-ada. Para Imam ahli hadits telah bersusah payah mengumpulkan > hadits-hadits (ucapan) dari nabi dengan metoda mereka. Dan sekarang hasil > karya mereka itu tersedia di hadapan kita. Bagi siapa yang ingin > membacanya, insya Allah akan mendapatkan banyak mutiara hikmah kenabian > terserak di dalamnya. Yang sulit dikatakan ini keluar dari bukan seorang > nabi. Jangan hanya membaca ulasan seseorang... baca dan rasakanlah sendiri > kitab-kitab hadits itu. 8-) > > Salam, > ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/