HERNI: Menurut mbak mia gimana? Diskusi kaya gini enaknya sambil ngumpul2, makan soto betawi ma es jeruk :)
MIA: wah, ini sindiran utk soto betawi ya? Di kantor juga pada nagih ni...ini prasyarat kudu sebelum bulan puasa, katanya. Soal menjadi independen, kendalanya ada di laki-laki maupun perempuan. Tapi arti independen juga mempunyai spektrum. Pasangan yang sepakat bahwa isteri tinggal di rumah dan mengawasi anak (sementara masih kecil misalnya), bukannya berarti nggak independen loh. Isteri harus pro-aktif menciptakan kondisi independen itu bagi dirinya sendiri. Dalam ungkapan yang lebih maskulin, isteri berkewajiban memelihara bargaining powernya sendiri. Misalnya saja, punya joint account, tiap ganti tahun mempelajari suatu skill baru, tetep assertive berprinsip, dsb. Ganjalan klassik yang mba Herni ilustrasikan, antara lain juga karena keterwakilan perempuan belum mencapai 'critical mass' untuk menumbuhkan 'gaya feminin' di wilayah publik seperti DPR itu. Biar gimanapun, perempuan dan laki-laki punya pembawaan dong. Mengenai kondisi yang mendukung, saya baca suatu analisa yang membandingkan kondisi di Eropa dan Amerika. Katanya di Amerika tugas- tugas domestik dan yang semacam itu banyak dilimpahkan kepada business kecil menengah dan home industry, sehingga perempuan bisa keluar mandiri. Tapi di Eropa nggak begitu, jadi banyak perempuan yang terhambat ngurusin domestik di rumah tangganya sendiri. Betul gitu? Yah, ada bagusnya business-oriented seperti orang Amerika terutama bagian East Coast. Kalo di Indonesia, selain memanfaatkan servis business kecil, kita juga bisa pake tradisi keluarga besar.... Anyway, coba bikin study banding dengan South Africa. Kayaknya itu negara paling oke dengan keterwakilan perempuannya. Relasi saya dari S Africa yang cowok-cowok itu bangga banget dengan perempuan- perempuannya. We have strong women, katanya. Bayangin, 45% legislatif, 50% menteri. Transisi dari kapitalis kulit putih ke micro finance cukup lancar, dimana UKM nya lebih dari 50% perempuan! Di Indonesia sebetulnya kita bisa bikin riset jumlah perempuan di industri keuangan dan perbankan. Saya 'curiga', industri keuangan di negara Thai, Indo, Philipine sedang dilahap perempuan. Ini basis yang kuat untuk ke depan loh. Salam soto betawi Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Herni Sri Nurbayanti" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Jadi inget, dulu ada yg nanya di milis. Seorang istri yg maunya di > rumah saja, tidak mau bekerja. Sementara si suami inginnya istri > bekerja atau setidaknya melakukan sesuatu. Demi eksistensi dirinya. > Lantas si istri nanya ke milis, minta dalil bahwa istri itu harusnya > di rumah, bukan bekerja. Saya cuma mikir, ah, emang nyari pembenaran > aja kali tuh :) > > Eniwei, kalaupun kita sudah sepakat mengenai persepsi 'pemimpin' itu > sendiri, dan akses thd perempuan dibuka, biasanya sih masih ada > ganjalan 'klasik' lainnya yg seringkali menjebak perempuan dlm dilema2 > klasik juga. Ambil contoh, kuota 30% di DPR. Banyak anggota legislatif > yg mengeluh bahwa jam kerjanya "tidak ramah thd perempuan". Jabatan > pemimpin itu sendiri, baik sbg direktur, manajer, dll menuntuk ritme > dan jam kerja spt laki2. Perempuan yg berani melintasi wilayah ini, > apalagi mereka yg memiliki suami dan anak2, memang dituntut menjadi > super woman (dan seringkali jadi dilematis, kecuali punya suami yg > okeh). Belum lagi, tipe2 pekerjaan yg tersedia mayoritas menuntut > komitmen full time berada di kantor. Sehingga, bukan cuma berkaitan > dng persepsi kita thd 'pemimpin' saja, tapi bagaimana dunia pekerjaan > dikonstruksikan. Solusinya, ya spt cerita mbak Raiya di Hongkong. > Suami istri bekerja, cari pembantu utk ngurus rumah dan anak. Karena > dari segi ekonomi, lebih menguntungkan dibandingkan si istri dirumah > yg melakukan tugas domestik. > > Ini juga berkaitan dng konsep 'kesetaraan jender' yg sudah dibahas > sebelumnya juga oleh mbak Chae. Di kalangan feminis (barat) sendiri > punya persepsi yg berbeda mengenai hal ini. Apakah spt model yg > ditawarkan oleh feminis liberal (yg umumnya ada di amerika) yg > beranjak dari 'sameness', yg outputnya model universal breadwinner > dimana perempuan punya akses yg sama, tapi playing fieldnya masih > tidak berubah.... atau model yg ditawarkan oleh feminis radikal (yg > umumnya ada di eropa) yg kesetaraan gendernya beranjak dari > 'difference' dan menghasilkan output yg berbeda, model caregiver, mis: > tugas domestik perempuan dihargai oleh negara dng menerjemahkan konsep > care ethics ke dalam social policy thd perempuan? > > (Note buat mbak ade: Ini jadi pertanyaan juga buat mbak Ade yg dari > tulisannya, pemikirannya masih statis aja spt dulu :) yg > mengadvokasikan perempuan sebaiknya berada di wilayah domestik mana > pernah bicara soal penghargaan real thd tugas domestik. Paling banter > ya pahala. Kalau mentok, emang Tuhan jadi pelarian yg gampang. Kalau > ada komplen, disuruh ngadunya ke Tuhan. Halah...) > > (Note buat mas janoko: radikal dan liberal itu asli dari nancy fraser, > bukan dari saya :P) > > Ini yg saya baca dari tulisannya nancy fraser. Dia kemudian berusaha > menerobos dua benchmark dari kesetaraan gender ini dng menawarkan satu > model yg dia namakan sbg universal caregiver lengkap dng 7 prinsipnya. > Bukan cuma persepsi soal pemimpin dan mengubah playing field, tapi > juga merekonstruksi relasi perempuan dan laki2 yg kalau saya bilang > sih, mengubah semua orang jadi "perempuan", hehehe :) Perempuan kan > cenderung terbiasa melakukan kerja publik-privat sekaligus dibanding > laki2. Meskipun ada laki2 yg spt itu juga, pak sabri, misale :D. > > Makanya ada yg menolak mengatakan, ini istri/suami saya, atau ini > boy/girlfriend saya, tapi menggunakan kata 'my partner' atau 'tetangga > dekat' :P Dipikir2, kayanya lebih seru gitu manggilnya, dibanding > suami/istri, pacar, dll.. hehehe. Eh tapi itu pilihan pribadi sih. > > Menurut mbak mia gimana? > Diskusi kaya gini enaknya sambil ngumpul2, makan soto betawi ma es > jeruk :) > > > salam, > herni ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/zAINmC/Vp3LAA/i1hLAA/aYWolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ======================= Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/