http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=7610


Senin, 23 Okt 2006,

Ramadan di Kampung Orang-Orang Jawa di Suriname (4-Habis) 


Lebaran Disambut Beduk, Takbir Keliling, Minus Pasudon Rega
Warga keturunan Jawa di Suriname merayakan Idul Fitri sama dengan tradisi 
pendahulunya. Ada takbir keliling, menabuh beduk, dan membunyikan petasan. 

ARIES SNTOSA, Paramaribo 

BERBEDA dengan keturunan para kuli kontrak di Kaledonia Baru, Kepulauan 
Pasifik, orang-orang Jawa di Suriname masih bisa mempertahankan jati diri 
sebagai orang Jawa. Bukan hanya bahasa, tapi juga khazanah adat-istiadat 
warisan leluhur tetap mereka jaga dengan baik. 

Banyak generasi muda dalam komunitas Jawa di Kaledonia yang kini tidak mengerti 
bahasa Jawa (hanya berbahasa Prancis). Tapi, orang-orang Jawa di Suriname, 
selain bisa menggunakan bahasa Belanda, aktif menggunakan bahasa ibu (Jawa) di 
rumah atau dalam pergaulan antarmereka.

Kerukunan mereka terlihat nyata pada saat Lebaran yang dirayakan Senin, 23 
Oktober 2006. Republik Suriname -mungkin satu-satunya negara di Benua Amerika- 
menyatakan Idul Fitri sebagai hari libur nasional.

Tapi, ada juga warga di Suriname yang sudah berlebaran kemarin (Minggu, 22 
Oktober). Sabtu malam waktu Suriname, sudah ada warga yang menggemakan takbir. 
Warga yang berlebaran kemarin adalah di Desa Java Weg, sekitar 20 kilo meter 
arah selatan dari Paramaribo. Yang menarik, kebanyakan warga muslim di sana 
yang didominasi kelompok kilenan (kiblatnya tetap menghadap ke barat, seperti 
di Indonesia), selama ramadan tidak berpuasa. Bahkan, saat lebaran pun, mereka 
kebanyakan juga tidak malaksanakan salat Id. 

Warga di desa itu, menurut Leles Muchlis Pawirodinomo, salah seorang anggota 
parlemen Suriname keturunan Jawa termasuk kelompok: ngakoni Islam, anging ora 
nglakoni ajarane (mengakui Islam, tapi tidak melaksanakan ajarannya).

Saat lebaran tiba, tak berbeda dengan di Indonesia, warga Suriname menjalankan 
salat id di lapangan pusat kota. Setelah itu dilanjutkan silaturahmi atau 
bersalam-salaman.

"Mangke, sak sampunipun salam-salaman, tiyang angsal pacitan, lajeng mulih ning 
omahe dewe-dewe (Nanti, setelah berjabat tangan, orang mendapat makanan kecil, 
lalu pulang ke rumah masing-masing, Red)," kata Leles. 

Di rumah ibu-ibu sudah menyiapkan makanan Lebaran, seperti kupat-lontong opor, 
soto, dan aneka jajan pasar khas Jawa (jadah, wajik, gethuk, enting-enting, 
peyek, krupuk, dan sebagainya). 

"Biasane keluarga kumpul. Terus mangan bareng-bareng. Bocah-bocah cilik 
diwenehi duit receh dienggo jajan. Cah-cah seneng banget (Biasanya seluruh 
keluarga kumpul. Terus makan bersama-sama. Anak-anak kecil diberi uang receh 
untuk jajan. Mereka senang sekali, Red)," kata Roosmi Tambeng, istri Kapten 
Does. 

Bedanya dengan orang-orang Jawa di Suriname, menyambut hari fitri setelah 
sebulan berpuasa, mereka tidak punya kebiasaan harus memakai barang-barang 
serbabaru. Seperti disaksikan Jawa Pos, pada hari-hari menjelang Lebaran 
toko-toko di Suriname biasa-biasa saja. Tidak ada program potongan harga 
(pasudon rega, istilah orang Jawa Suriname) besar-besaran yang digelar di 
plaza-plaza atau mal seperti di Indonesia. 

"Neng kene opo-opo larang. Dadi, gawe opo tuku klambi anyar nek klambi sing ono 
isih apik (Di sini apa-apa mahal. Jadi, untuk apa beli baju baru kalau baju 
yang ada masih baik)," papar Hadi Waluyo, warga Kampoeng Baroe.

Bisa dimaklumi jika muslim di Suriname tidak konsumtif pada saat Lebaran. 
Selain mereka tidak mengenal "tradisi" jor-joran baju baru, harga barang-barang 
di toko memang mahal. Misalnya, baju batik lengan panjang yang di Pasar Turi 
Surabaya dibanderol Rp 100 ribu di Suriname bisa sampai Rp 300 ribu. 

Bagi kebanyakan warga Jawa, harga baju yang puluhan sampai ratusan dolar 
Suriname (SRD) amat memberatkan kehidupan ekonomi mereka. Karena itu, mereka 
memilih tidak membeli yang tidak primer pada Lebaran.

"Daripada untuk beli baju baru, mending untuk makan bisa berhari-hari," tutur 
Toemirah, warga Sidodadi. Pada malam Lebaran di Suriname juga masih ada 
arak-arakan keliling untuk takbiran. Mereka mengendarai sepeda motor dan mobil 
berputar-putar di sekitar kota sambil melantunkan asma Allah. 

Begitu pula di masjid-masjid suara takbir dikumandangkan lewat mikrofon. 
Bahkan, semalaman sambil menabuh beduk. Mercon dan kembang api juga dinyalakan 
sebagai tanda datangnya Lebaran Fiter (istilah mereka untuk Idul Fitri). 
Keesokan paginya mereka berduyun-duyun ke lapangan atau masjid untuk 
menjalankan salat id. Lalu, bila di lapangan, salat menghadap ke mana yang 
dianut? 

Seperti tahun-tahun sebelumnya, salat id dipusatkan di lapangan tengah kota 
Paramaribo. Salat ini dilaksanakan sesuai perintah Allah, yakni menghadap ke 
kiblat (ke arah timur). 

Leles mengaku tidak tahu apakah masih ada pelaksanaan salat id yang menghadap 
ke barat seperti tradisi yang dibawa dari Indonesia dulu. "Lha monggo bade 
salat madep pundi. Menawi kulo madep kiblat (Silakan mau salat menghadap ke 
mana. Kalau saya menghadap ke kiblat (timur)," ujarnya.

Saat ini di seluruh Suriname terdapat lebih dari 120 masjid. Selain masjid 
orang keturunan Jawa yang bertebaran di pelosok-pelosok desa, ada masjid 
keturunan warga India (Hindustan), Arab, dan lainnya. Sebagian masjid orang 
Jawa itu sudah ada yang menghadap kiblat, seperti anggota Stiching der 
Islamitische-geemeenten in Suriname (SIS) yang berjumlah 50 masjid; Parsatuan 
Jamaah Islam Suriname (tiga masjid), dan Nurul Iman (tiga masjid). 

Sebagian masjid lagi memang masih ada yang memegang teguh ajaran nenek moyang 
orang Jawa bahwa kiblat salat itu selalu ke barat. Di antaranya anggota 
Federatie Islamitische Gemeenten in Suriname (FIGS) yang berjumlah 46 masjid 
dan Assafiyah (15 masjid).

"Sing salat bokong-bokongan wis ora ono maneh. Soale, sing salat madep kiblat, 
ngalah. Saiki wis duwe masjid dewe-dewe. Ora opo-opo, sing penting kabeh balik 
ning atine dewe-dewe."

(Yang salat saling membelakangi sudah tidak ada lagi. Yang salat menghadap 
kiblat mengalah. Sekarang sudah punya masjid sendiri-sendiri. Tidak apa-apa 
yang penting sesuai hatinya masing-masing," kata Leles.


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke