saya ke peniwen ikut baksos anak anak UAKI Unibraw, mantan kepala desanya
udah masuk islam, tuh.  malah pas bazar baju murah semua penduduk desa,baik
islam maupun kristen rame rame beli baju di pelataran masjid itu.

kadang kadang aku mikir, pilot project rebutan desa jadi desa kristen atau
desa islam ini lebih kental urusan politiknya.  dan orang orang dari luar
cuman ingin memperkeruh suasana aja.

waktu aku ke sana, panti asuhan ar rahman/kinasih itu baru aja mendirikan
mesjid di bagian depan, hasil tanah yg berhasil diakuisisi dari pendduduk
setempat.  pulang dari peniwen aku jadi fundies islam, tapi ketika hijrah ke
jakarta, kebalikan yg aku lihat, umat islam yg rajin nutup gereja dan
sekolah kristen.  huehehehhe




On 11/1/06, Nawiro Aisyataini <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Nggak begitu maksud saya. Kalo jilbab dalam pemikiran yang saya dapatkan
> adalah bukan simbol, tapi kedudukannya sama dengan ibadah-ibadah wajib yang
> lain. Artinya saran/nasihat buka tutup jilbab tetap harus menyampaikan hukum
> sebenarnya dari jilbab tsb. Kalo pemikiran jilbab itu simbol itu gimana?
> Dari sinilah sebenarnya keberanian untuk mempertahankan ibadah wajib itu
> didahulukan daripada masalah perut. Di desa Peniwen Malang Selatan th 1996
> saya menginap di satu keluarga yang satu-satunya keluarga muslim (yang lain
> di kristenkan) dan mereka bersedia diblokade airnya selama berminggu-minggu
> daripada di KTP dicantumin agama kristen. Esensinya lebih baik tetap bisa
> sholat (wajib0 meski ada kemungkinan nggak bisa minum. Masih ingat cerita
> istri Firaun yang memilih untuk terjun ke minyak yang panas daripada
> mengakui Firaun sebagai Tuhannya. Masih ingat beberapa muslimah yang
> diharuskan melepaskan jilbabnya atau keluar dari SMUN di jakarta, dan mereka
> lebih memilih keluar? yang
> dari shiroh dan great women nyusul ya.....................
>
> Salam
>
> ----- Original Message ----
> From: Mia <[EMAIL PROTECTED] <aldiy%40yahoo.com>>
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> Sent: Wednesday, November 1, 2006 10:09:48 AM
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Dilema atlet putri berjilbab di Asian Games
>
> Oooooh, kalau gitu contoh sejarah itu mungkin cocok dengan situasi
> khusus yang saya katakan "Dalam situasi khusus, kita tahu apa yang
> harus kita lakukan, sekalipun itu melibatkan spekulasi tinggi.
> Manejemen resiko".
>
> Cut Nyak Dien kan lebih memilih mati sakit-sakitan di hutan
> ketimbang menyerah atau berkolaborasi dengan Belanda. Demikian juga
> Nyi Serang. Kartini memilih level perjuangan intelektual ketimbang
> fisik, mungkin sesuai dengan situasinya sendiri.
>
> Dan bagaimana dengan (simbol) jilbab? Apakah situasi sekarang yang
> demokratis ini merupakan situasi khusus?
>
> Diskusi dengan mba Chae, mulanya kan tentang pilihan jilbab di masa
> sekarang ini. Dimana perempuan suka dilema di antara jilbab dan
> pekerjaan. Dan konteks diskusi kita adalah situasi umum manajemen
> resiko masing-masing, bagaimana kita baca situasi sekarang ini.
>
> Tapi dalam pikiran mba Nawiro adalah tampilan figur sejarah dimana
> ada situasi khusus, misalnya saja - jilbab sebagai simbol perjuangan
> melawan kolonialis penjajah, ini misalnya loh. Nyawa adalah
> taruhannya.
>
> Di sinilah kemampuan kontekstual kita dituntut, yang meminta
> renungan mendalam dan kedewasaan dalam menganalisa inti sejarah, dan
> nggak menurutkan hawa nafsu asal menang.
>
> Salam
> Mia
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%40yahoogroups.com>,
> irwank <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Kalau saya membaca tulisan Mbak Nawiro gak seperti itu Mbak Mia..
> >
> > "...
> > > Kalo dulu para muslimah diberi pilihan untuk melalaikan perintah
> > dien dengan dibunuh, mereka lebih memilih dibunuh. Kalo sekarang
> > sih...keliatannya lebih milih uang ya....he..he..he
> > .."
> >
> > Pilihannya:
> > - Melalaikan perintah dien
> > - Dibunuh
> >
> > Mereka (muslimah) memilih tetap menjalankan perintah dien yang
> artinya
> > (rela) dibunuh.. Hanya tetap saja Mbak Nawiro harus memberikan
> contoh/
> > sejarah yang menerangkan soal ini.. fakta - bukan kisah fiktif..
> Gimana?
> >
> > CMIIW..
> >
> > Wassalam,
> >
> > Irwan.K
> >
> > On 10/31/06, Mia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > >
> > > Mba Nawiro,
> > > para muslimah jaman dulu dibunuh atau memilih dibunuh karena
> lalai
> > > perintah? dan ini maksutnya lalai pake jilbab? beneran ni? dimana
> > > dan kapan dan siapa yang menetapkan hukum bunuh itu? klarifikasi
> > > dong mba.
> > >
> > > salam
> > > Mia
> > >
> > > --- In 
> > > wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com><wanita-muslimah%
> 40yahoogroups.com>,
> > > Nawiro Aisyataini <ummu.amiq@> wrote:
> > > >
> > > > Kalo dulu para muslimah diberi pilihan untuk melalaikan
> perintah
> > > dien dengan dibunuh, mereka lebih memilih dibunuh. Kalo sekarang
> > > sih...keliatannya lebih milih uang ya....he..he..he
> > > >
> > > >
> > > > ----- Original Message ----
> > > > From: Mia <aldiy@>
> > > > To: 
> > > > wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com><wanita-muslimah%
> 40yahoogroups.com>
> > > > Sent: Monday, October 30, 2006 8:35:09 AM
> > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Dilema atlet putri berjilbab di
> > > Asian Games
> > > >
> > > >
> > > > Aku rasa maksutnya mba Chae bukan menyamakan perbuatan judi
> dengan
> > > > jilbab. Tapi dalam skenario "pilih jilbab karena pasti ada
> > > > jalannya", di situ faktor resiko kehilangan pekerjaan nggak
> > > > diperhitungkan. Artinya spekulasinya besar (dalam judi
> spekulasi
> > > itu
> > > > tinggi sekali), relatif dengan skenario pertama "pilih kerjaan
> > > > karena resiko kehilangan pekerjaan lebih kecil".
> > > >
> > > > Jadi faktor spekulasinya yang disorot. Dalam situasi umum kita
> > > > dituntut jadi ummat yang smart dalam memilih. Dalam situasi
> > > khusus,
> > > > kita tahu apa yang harus kita lakukan, sekalipun itu melibatkan
> > > > spekulasi tinggi. Manejemen resiko.
> > > >
> > > > Salam
> > > > Mia
> > >
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>
> =======================
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting 
> mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%40yahoogroups.com>
> Berhenti mailto:[EMAIL 
> PROTECTED]<wanita-muslimah-unsubscribe%40yahoogroups.com>
> Milis Keluarga Sejahtera 
> mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com<keluarga-sejahtera%40yahoogroups.com>
> Milis Anak Muda Islam 
> mailto:majelismuda@yahoogroups.com<majelismuda%40yahoogroups.com>
>
> This mailing list has a special spell casted to reject any attachment ....
>
> Yahoo! Groups Links
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>


[Non-text portions of this message have been removed]



=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke