Berita tentang Idul Adha di Radio Nederland memicu saya untuk menuliskan
rangkuman diskusi di milis beberapa waktu lalu tentang topik yang sama. 
Masih banyak orang mengira istilah "korban" dalam Bahasa Indonesia berasal 
dari Bahasa Arab: "qurban" (English: sacrifice). Masih cukup banyak pula
orang mengira upacara Qurban adalah murni ajaran Islam, terkait ritual 
ibadah haji di Tanah Suci sebagai Rukun Islam dan pemotongan hewan 
korban pada perayaan Idul Adha. Untuk istilah "korban", ternyata Arab 
dulu "mencomotnya" dari bahasa Ibrani yang sudah beribu tahun digunakan 
masyarakat pengikut ajaran Abraham sebelum munculnya agama Islam pada abad 
ke-6. 
   
  korban (Ibrani) -> qurban (Arab) -> korban; kurban (Indonesia)
   
  Di Indonesia sendiri, penggunaan istilah korban kini tak cuma dikaitkan
dengan ritual Islam, tetapi maknanya kian meluas untuk menyebut kejadian 
lain, misal korban kecelakaan, korban pemerkosaan, korban penipuan, korban 
pembunuhan, korban pencopetan dan lainnya. Entah, apakah orang Yahudi 
juga telah melunturkan (mereduksi) makna 'korban', menyebut 'victim' 
dengan istilah korban atau tidak. 
   
  Sebagaimana kita tahu, bangsa Arab adalah termasuk keturunan kaum Semit yang 
melahirkan agama-agama langit - samawi - yang kini dianut jutaan 
manusia penghuni Bumi: Yahudi, Kristen, Islam dan berbagai aliran 
sempalan lainnya. Saat kitab suci Taurat dan Injil "turun", belumlah
dikenal sebuah bangsa bernama Arab. Belakangan, karena perbedaan ajaran 
agama dan suntikan serta kemasan politisasi di dalamnya, kini mereka 
sudah amat susah untuk dipersatukan. Apalagi ajaran-ajaran mereka sudah 
terlanjur merambah dan meluas, tak cuma dipeluk kaumnya di Timur Tengah saja, 
sehingga membuat persoalan menjadi lebih pelik. Berbagai gesekan dari perbedaan 
paham itu di masa depan bisa memunculkan Perang Dunia III. Kita di Indonesia 
pun bisa ikut terseret dalam konflik global tersebut apabila tidak 
mewaspadainya sejak dini. Yang sudah terjadi sebelumnya dan patut dijadikan 
pelajaran,  gesekan antar agama menjadi penyebab terpecahnya berbagai bangsa 
dan negara. Kalau kita tidak belajar dari sekarang, kelak akan menjadi korban 
dari perseteruan abadi yang sesungguhnya sia-sia belaka.
   
  Siapa dikorbankan?
   
  Inti dari ajaran kaum Semit tersebut adalah pengorbanan Abraham
(Islam: Nabi Ibrahim AS) yang rela menyembelih anaknya atas perintah 
Tuhan. Namun dalam perjalanan waktu, terjadi perbedaan kisah yang
awalnya termuat dalam kitab suci Taurat yang juga diamini Kristen dalam
Perjanjian Lama. Dalam ajaran Yahudi, Kristen dan Samaria, sosok anak 
sulung yang dikurbankan adalah Ishaq - anak Sarah (Sarai). Ismail - walau
lebih dulu lahir dibandingkan Ismail - tidak dianggap anak sah dari 
Abraham karena lahir dari seorang budak belian. 
   
  Di lingkungan Yahudi, Samaria dan Kristen, memang masalah siapa yang 
dikorbankantidak pernah menjadi perdebatan sama sekali. Bahkan dalam studi 
kritik ilmiah terhadap teks Taurat, sama sekali tidak ada perbedaan dari teks 
asli Ibrani manapun (Masoret, Qumran, Samaria) maupun terjemahan-terjemahan
tertua (Septuaginta, Peshitta, Vulgatta, dll). Sumber tertua kisah tersebut 
dapat kita jumpai dalam kitab suci Taurat, Sefer Beresyit/Kejadian 22:1-14. 
Perjanjian Baru (Injil) juga menyinggung sekilas dalam rangka teladan iman dan 
ketaatan. Surat Ibrani 11:17 menyebutkan: 
"b'ha ymanuta qarev Abvraham liyshaq bbnisyoneha" (karena iman, tatkala 
dicobai, Abraham mempersembahkan Ishak)
   
  Sedangkan dalam ajaran Islam yang muncul belakangan, anak yang 
dikorbankan adalah Ismail, walau tidak ada satu ayat pun Al-Quran yang 
jelas-jelas menyebut nama Ismail. Sedangkan Al-Qur'an menyebutkan kisah 
ini dalam surah Asy-Syafaat/37:101-112, tanpa menerangkan nama anak
Ibrahim yang nyaris dikurbankan. Al-Qur'an hanya menyebut: ghulamin 
halim (anak yang penyantun), sehingga dalam hadits-hadits ada yang
meriwayatkan Ishaq, tetapi ada pula yang meriwayatkan Ismail. 
   
  Upacara Korban ala kaum Samaria
   
  Dalam perkembangannya, hari raya Korban di agama-agama Samawi berkembang
sedemikian rupa.
   
  http://en.wikipedia.org/wiki/Korban
   
  Korban (jamak: Korbanot) adalah konsep yang mendasar dalam agama-agama 
Samawi. Dalam agama Samaria, komunitas yang tidak ikut pembuangan ke 
Babelonia pada 500-an SM serta menjalani pernikahan campuran dengan 
penduduk setempat, masih memelihara tradisi korban sampai sekarang. 
  
Silakan klik link berikut:
   
  http://www.the-samaritans.com/festival.htm
   
  Simak baik-baik foto-foto yang ditampilkan. Perhatikan bagaimana umat Samaria 
berdoa, juga sajadah dan pakaian yang dipakai, serta cara berdoa. Ritual Korban 
yang mereka jalani mirip betul  dengan ritual Haji. Ada acara mengelilingi 
gunung, termasuk ada perhentian  altar Adam dan altar Ishaq. Upacara Korban 
juga dilakukan setelah mereka turun dari gunung. Yang membedakan  dari semua 
itu adalah ayat-ayat yang digunakan sebagai referensi, yaitu  ayat-ayat dari 
kitab Taurat. Umat Samaria termasuk minoritas kecil. Pusat ibadah mereka di 
gunung,
bukan di Yerusalem. Jadi waktu Yerusalem hancur, tradisi mereka masih bertahan 
hingga sekarang. 
   
  Upacara Korban ala Yahudi
   
  Umat Yahudi merayakan hari raya Korban sekitar April (kalender mereka 
menganut sistem solar, penetapan hari Paskah ditentukan jatuh pada hari Jumat). 
Ritual peringatan keluarnya umat Israel dari tanah Mesir. Sebelum ritual 
korban, mereka menjalani puasa terlebih dahulu. Mereka juga makan roti tidak 
beragi sebagai peringatan suatu peristiwa di Mesir. Menjelang keluar dari tanah 
Mesir, umat Israel mengorbankan domba (bukan kambing) atau lembu sebagai tanda 
untuk terhindarnya mereka dari tulah - hukuman ke 10 - yang menimpa anak-anak 
sulung Mesir. Upacara korban terpusat di Baitullah di Yerusalem. Begitu 
Baitullah Sulaiman dihancurkan pada tahun 70 M oleh tentara Romawi dan umat 
Israel terserak ke  luar tanah Palestina, hari raya Korban tidak lagi dirayakan.
   
  Tepatnya pada 31 Mei 70, panglima perang Kekaisaran Romawi, Titus Flavius 
Vespasianus, memberangus pemberontakan di Yerusalem. Titus memimpin 
empat legiun (satu legiun terdiri dari 5.000 - 8.000 anggota pasukan), 
menghancurkan hampir semua kuil dan membantai warga Yahudi. Keberhasilan 
Titus di Yerusalem membuat dirinya pulang ke Roma sebagai pahlawan. 
Pada 79 ia diangkat sebagai kaisar. Bagi Yerusalem, penghancuran kota 
itu merupakan kedua kalinya setelah Raja Babilonia Nebuchadnezzar 
mengerahkan pasukannya untuk merobohkan kuil-kuil dan dinding-dinding 
kota guna meredam pemberontakan Zedekiah.
   
  Beberapa rabbi (artinya guru agama, bukan imam -jabatan khusus- yang 
artinya pemimpin persembahan korban) mempertahankan sikap untuk tidak
melanjutkan tradisi Korban. Mereka mengambil beberapa ayat yang mendukung
pendapat bahwa Tuhan tidak mementingkan korban (lagi):
   
  Rabbi Yohannan ben Zakkai spoke to him these words of comfort: 'Be not
grieved, my son. There is another equally meritorious way of gaining
ritual atonement, even though the Temple is destroyed. We can still
gain ritual atonement through deeds of loving-kindness. For it is
written "Loving kindness I desire, not sacrifice." (Hosea 6:6)
   
  Rabbi Elazar said: Doing righteous deeds of charity is greater than
offering all of the sacrifices, as it is written: "Doing charity and
justice is more desirable to the Lord than sacrifice" (Proverbs 21:3).
   
  Sementara sikap umat Yahudi lainnya berusaha untuk mengembalikan hari 
raya Korban yang berpusat di Baitullah Sulaiman. Mereka - umat Yahudi 
radikal - tengah mempersiapkan rencana pendirian Baitullah ke III. 
Yang jadi persoalan pelik, di tempat itu saat ini telah berdiri Masjidil al 
Aqsa yang 
dibangun pada masa pendudukan tentara Arab di Yerusalem di atas puing-puing
Baitullah Sulaiman. Persoalan ini diramalkan akan menjadi titik sengketa yang 
paling  menegangkan di masa yang akan datang. Ada yang mengaitkan, hal tersebut 
 akan memicu perang Harmagedon seperti yang ditulis kitab suci mereka. 
Tanda-tandanya kini jelas, yaitu negeri Iran yang sibuk menyiapkan  senjata 
nuklir untuk menghajar Israel kelak apabila mereka berani  membangun Baitullah 
Sulaiman.  
   
  Upacara Korban ala Kristen
   
  Menurut seorang teman yang pengamat agama-agama Samawi, umat Kristen tidak 
mementingkan Baitullah Sulaiman untuk peribadatan mereka. Mereka juga meyakini, 
domba Paskah telah diganti dengan kematian Isa di kayu salib. Sampai sekarang 
perayaan Paskah ke III Kristen dirayakan pada hari yang berdekatan dengan 
Paskah II umat Yahudi dan orang Samaria.

  Sementara Paskah I masih dirayakan umat Islam sebagai peringatan
pengorbanan Ibrahim. Beberapa komunitas Kristen masih merayakan 'korban' 50 
hari setelah Paskah, yang bertepatan dengan thanksgiving Yahudi. Di daerah 
Mojowarno, mereka mempersembahkan hasil bumi seperti padi, pepaya, kerajinan 
tangan, tas dan sebagainya. Di tempat lain yang pola hidupnya tidak lagi 
bercocok tanam, mereka mempersembahkan uang, hasil jahitan, kerajinan tangan 
lain. Namun  intinya tetap sama: "Thanksgiving Day". Mirip seperti ritual 
bersih desa 
di Jawa.
   
  Penetapan hari raya Korban bagi Yahudi dan Kristen adalah: setelah tanggal
21 Maret, setelah bulan purnama, di minggu pertama (untuk Kristen). Dan
di hari Jumat (mundur 3 hari) untuk orang Yahudi. Penentuan hari-hari 
memegang arti penting dalam sistem ibadah umat Yahudi, karenanya peringatan 
selalu jatuh pada hari yang mereka kuduskan. Untuk memperingati, mereka
menggabungkan kalender solar dan lunar, serta hari-hari (bukan tanggal) 
yang tertentu. Cara penentuan umat Yahudi agak berbeda sedikit, yaitu 
mengacu pada sistem kalender mereka. Tetapi hasilnya sama. Jadi tidak 
mengacu pada hari pertama awal bulan seperti yang dilakukan umat Islam. 
  
Seandainya kalender Islam dulu mempertahankan 'intercalary', yang 
memungkinkan sistem lunar bisa sinkron dengan sistem solar, mungkin 
akan ada kesamaan hari Korban tersebut.
   
  Tentang Abraham
   
  Sosok Abraham sendiri adalah figur yang memiliki narasi berbeda pada 
masing-masing tradisi. Pada tradisi Yahudi, Abraham berasal dari 
Babylonia/Mesopotamia 
(kini Irak) yang hijrah ke Mesir yang kemudian menetap di Palestina, dimana 
kepergian tersebut menjadi sengketa hingga sekarang. Dalam narasi Islam muncul 
perbedaan menyolok. Terkisah Ibrahim pernah  tinggal di wilayah yang kini 
disebut Arab Saudi, demikian juga Adam untuk  membangun Ka'bah yang kini 
menjadi kiblat umat Islam saat beribadah  sholat. 
   
  Tentang Hagar (Islam: Siti Hajar) juga beda kisah. Menurut ajaran yang 
dipercaya kaum Yahudi dan Kristen, Hagar adalah budak yang dinikahi Ibrahim 
yang dibuang ke gurun pasir karena telah berbuat culas. Namun menurut versi 
Islam yang muncul belakangan, Siti Hajar sebenarnya diajak 'hijrah' oleh 
Ibrahim ke Mekah. Tentang lokasi pembuangan Hagar,  kaum Yahudi menyebut di 
padang gurun Bersyeba (40 km tenggara Gaza),  sedangkan umat Islam percaya 
kalau Siti Hajar diusir ke Mekkah (berjarak  1.500 km). Dari segi jarak, mana 
yang lebih realistis? 
   
  Apa kata Voltaire tentang sosok Abraham? Jawabannya sungguh mengejutkan!
Filsuf asal Perancis tersebut pernah menuliskan bahwa sosok Abraham sebetulnya 
berasal dari India, bukan dari Timur Tengah atau Jazirah Arab. Jauh di 
masa sebelumnya, Aristoteles, filsuf Yunani berucap: "These Jews are 
derived from the Indian philosophers; they are named by the Indians 
Calani," seperti pernah ditulis oleh Flavius Josephus. 
   
  Pemikiran ini juga didukung oleh Clearchus dalam bukunya. Paper karya Gene D. 
berikut ini juga menyinggung soal itu: "..........The word "Abraham" is none 
other than a malpronunciation of the word Brahma." 
   
  Sementara rekan Nugroho Dewanto dari Majalah TEMPO di milis PPI-India
berkomentar: "Dahsyat! Ibrahim adalah Brahma/Rama. Ismail adalah Ish-Mahal (the
Great Shiva), dan Ishak adalah Ishaku (friend of Shiva). Bila hasil 
penelitian gene matlock yang berdasar kajian sejarah linguistik dan 
etimologi ini kelak bisa diverifikasi dengan ilmu-ilmu lain dan 
terbukti benar, maka konsekuensinya luar biasa. Ibrahim bukan cuma 
bapak agama Semit, tapi bapak semua agama."
   
  Dari hasil curah pendapat tentang Abraham setahun lalu, ada beberapa 
pihak menilai bahwa kisah Abraham cuma legenda belaka dengan tujuan mulia
untuk mempersatukan kaum Semit di masa lalu. Jadi, apakah alur sejarah 
agama-agama karya kaum Semit perlu dirombak total? 
   
  Pesan terakhir dari seorang teman
   
  "If the Christians, Moslems, and Judaism born from the same land, same 
father, same ethnic, and same teachings, why are we fighting and blaming 
each other til these days?
   
  Why do we fight our own religions?
  
If the teachings came from the same root...why Christians born? 
  
Why moslems born? Because of the polaritation between Jews and Arabs...
  Are the religions ONE?
   
  Same teachings different people make different religions...
   
  Salam,
  
RD
   
  - lagi ngumpulin duit buat Naik Haji, asal dapat jatah catering dan 
syukur-syukur kalau jadi haji mabrur - 

   

 __________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke