Makasi sharingnya, Pak Satriyo. Dari uraian Pak Satriyo di postingan ini, kira-kira apa yang menyebabkan Pak Satriyo akan dituduh "....walau mungkin ada yang menganggapnya chauvinis, biar gender atau fundies..."? padahal yang dilakukan Pak Satriyo dan isteri adalah mengantarkan anak ke kedewasaan, misalnya "...kami berusaha memberikan masukan pada mereka baik seputar pacaran, hubungan pertemanan dengan lain jenis..."
BTW, orang Baduy Dalam juga nggak pacaran dulu sama calon pasangannya, mereka dijodohin menurut syariat Baduy, kalo nggak mau dijodohin, kemungkinan besar di deportasi ke Baduy Luar. Emang tradisi beragam ya, dan cocok untuk masing2. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ibu Mia, > Saya dan istri termasuk yang agak lain, karena kami pacaran dan punya > pacar setelah menikah, sesuai syariat, ajaran, hukum Islam ... ;-] > > Jadi pacar saya dan pacar istri saya ya sama, saya dan istri saya. > > Soal anak laki-laki, kebetulan kalo ga salah anak saya dan anak ibu > ada yang sama namanya, Umar. Tapi di keluarga kami, anak-anak kami > yang laki-laki, udah masuk belasan usia mereka, belum sempat pacaran, > tapi naksir sudah. Nah dari sekarang ini kami berusaha memberikan > masukan pada mereka baik seputar pacaran, hubungan pertemanan dengan > lain jenis dan perasaan naksir itu agar mereka tidak harus kecemplung > dulu. > > Allaahu a'lam seberapa jauh kami bisa memastikan rencana kami itu, > karena pasti ada saatnya ketika Allah takdirkan mereka tumbuh dan > dewasa dengan cara mereka. Tapi ikhtiar kami untuk tetap bisa > bertanggung-jawab dihadapan Allah, walau mungkin ada yang > menganggapnya chauvinis, biar gender atau fundies, tidak akan lekang. > Tidak mau kami lepas tangan selagi masih bisa untuk membekali anak- > anak kami dengan perbekalan yang kami pandang layak dan harus mereka > miliki. > > Kalo soal patah hati, tanpa pacaran juga bisa lohhh ... hehehe > > salam, > satriyo > > ===