Kita tidak bisa lepas dari perpektif individu dan kultural dalam
memandang sesuatu fenomena sosial.  Memang akan ada elemen judgment
dalam pembahasan kita.  Sebenarnya itu lazim saja, cuma dalam tulisan
Anda yg terakhir nadanya tidak sejuk sehingga saya melihatnya sebagai
suatu kumpulan tuduhan2.

Tapi yg penting ialah kita sama2 mengagumi Ibnu Khaldun. Dan saya
sering heran koq jarang sekali saya melihat referensi dari karya
agungnya dalam membahas masyarakat Islam? Padahal menurut saya tidak
banyak buku yg lebih lugas dalam menganalisa masyarakat Islam selain
karyanya spt yg Anda katakan sejak dulu dan sekarang.   Seorang jenius
akan selalu abadi karyanya.

Pendekatan yg saya sering lebih lihat ialah pendekatan literalis yg
sangat out-of-context sehingga terkesan carut marut.  Comot sini comot
sana utk ditempelkan pada berbagai situasi sesuka sendiri.  End
resultnya adalah pembenaran utk hal yg sebenarnya tidak dapat diterima
sebagai kebenaran.

Apakah pendekatan ala Ibnu Khaldun itu sudah mulai ditinggalkan? 
Kalau ya memang berarti pendekatan ilmiah tradisi Islam sudah mulai
ditinggalkan juga?  Suatu tradisi agung yg telah membawa peradaban
Islam menuju jaman keemasan ini kalau ditinggalkan ya memang berarti
kita ada dalam keterpurukan bikinan sendiri.

Sebenarnya yg kita bahas di milis kebanyakan adalah permasalahan yg
berdomisili dalam kaidah muamalah, yaitu oleh Allah sendiri dianjurkan
utk diselesaikan secara musyawarah.

Yg saya khawatir ialah bahwa yg sebenarnya kaidah muamalah itu
difait-accompli sebagai kaidah ibadah sehingga ruang gerak utk
memusyawahkannya dan mengijtihadkan jadi terbatas dan penentu akhirnya
selalu suatu fatwa dari ulama. Dalam dinamika masyarakat modern dg
berbagai ragam kepentingan, keahlian dan jalan hidup, saya rasa ulama
tidak lagi berkompeten utk memberikan suatu fatwa dalam semua aspek
kehidupan. 

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Dan, terima kasih buat support dan encouragement anda dalam 
> disksi ini. Pertanyaan dari saya buat anda, apakah sejauh ini anda 
> juga menerapkan hal ini, counter-argument ilmiah dan tidak hanya 
> judgement belaka? Judgement yang anda maksud yang bagaimana?
> 
> Buat komentar anda selanjutnya, saya sangat tersanjung dan sejauh ini 
> hanya bisa meng-amin-i karena terus terang untuk bisa spt ibnu 
> Khaldun yang karya magnum opus-nya, Muqaddimah, diakui dunia sebagai 
> karya yang sulit ditandingi baik sec masa di kala dia hidup, maupun 
> kontemporer. Tapi kalo maksud anda sekadar se-ilmuah ibnu Khaldun 
> (tetap saja  belum jelas, ilmiah yang bagaimana, apakah mengacu hanya 
> pada metode--yang spt apa--atau juga dikaitkan pada outcom-nya) 
> mungkin, ... saya ulang, mungkin dengan izin Allah, dengan 
> keterbatasan yang ada, bisa saya ikhtiarkan.
> 
> Mungkin teman2 di berbagai pusat keilmuan yang memang memiliki 
> kesamaan bidang dengan ibnu Khaldun lah yang saya kira paling mungkin 
> mendekati kadar keilmiahan ibnu Khaldun. allaahu a'lam
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Dan" <dana.pamilih@> 
> wrote:
> >
> > Walaikum salam,
> > 
> > Bung Satriyo, mohon juga jika Anda dapat memberi counter-argument yg
> > lebih ilmiah dan tidak hanya judgment belaka. 
> > 
> > Tunjukkanlah bahwa analisa Anda menggunakan metodologi keilmiahan 
> spt
> > yg juga dilakukan oleh Ibnu Khaldun dan rekan2nya.
> > 
> > 
> > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <efikoe@> wrote:
> > >
> > > Assalaamu alaikum,
> > > 
> > > Isu menarik yang secara panjang mulai di bahas oleh member di 
> milis 
> > > ini adalah ukhuwah. Dari thread ukhuwah itu, termasuk ada cross-
> > > thread nya juga adalah kaitannya dengan berita soal sikap 
> Kardinal 
> > > Jerman, Karl Lehman, melalui ucapannya dipandang diskriminatif 
> karena 
> > > membela ummat kristiani di Jerman yang di matanya jauh lebih 
> besar 
> > > jasanya dari penganut agama 'lain' di Jerman, ternyata masuk juga 
> ide 
> > > dari segelintir oknum NU yang menyuarakan selain ukhuwah 
> islamiyah, 
> > > juga ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariah. Lalu di-update 
> oleh 
> > > terma ukhuwah insaniyah.
> > > 
> > > Hmm,... apa di sebagai muslim dan mukmin kita jumpai semua hal 
> itu 
> > > dalam Al-Qur'an? Ada member yang yakin bahwa hal itu ADA dalam 
> > > kalamullah. Jadi dari sudut pandangnya muncullah terma baru yaitu 
> > > ukhuwah globaliyah, yang ia akui itu istilah made in pribadi. No 
> > > matter lah. Makin menyemarakkan jagad istilah.
> > > 
> > > Bicara soal ukhuwah, tidak lepas saya kira dengan thread lain 
> yang 
> > > berisi hadis yang berasal dari 2 sumber riwayat berisi penghalaln 
> > > darah orang yang menghina Rasul, dan sempat ramai. Saya kaitkan 
> hal 
> > > ini karena ada member milis yang mempertanyakan ko bisa ada 
> muslim 
> > > yang halal darahnya? Padahal saya sempat ajukan contoh seorang 
> > > mujahidah muslimah asal Aceh, yang dengan sigap 'menghalalkan 
> darah' 
> > > sesama dengan alasan si muslimah lain yang halal darahnya itu 
> adalah 
> > > pengkhianat. Belum lagi para wali sembilan yang memancung kepala 
> > > seorang sufi mbeling yang tidak mau tahu dampak ucapannya bg 
> khalayak 
> > > yang belum sampai ilmunya, ibarat anak kuliahan yang asal bunyi 
> di 
> > > depan anak TK. Begitu tamsil dari seorang member lain soal level 
> > > pemahman yang pas buat alasan penghalalan darah si sufi mbeling 
> itu.
> > > 
> > > Lalu, hal lain yang saya kira berkaitan dg ukhuwah adalah sikap 
> > > sebagian saudara kita. Di satu sisi A merasa B sok tahu dan sok 
> > > benar. Tapi di sisi lain, B menimpali sikap A dengan pernyataan 
> yang 
> > > sebenarnya menunjukkan B itu setali tiga uang, menganggap diri 
> paling 
> > > tahu dan paling benar.
> > > 
> > > Misalnya soal negara Islam. Ini memang konsep yang kontroversial, 
> > > mengingat dalam Islam hanya dikenal sistem kemasyarakatan berupa 
> > > khilafah sbg dicontohkan dengan ideal di masa empat khafilah yang 
> > > lurus, khulafaa-u ar-Rasyiduun, tidak khilafah setelahnya yang 
> hanya 
> > > namanya saja tapi isinya adalah praktek feodalisme, kerajaan, 
> > > kroniisme dan nepotisme bukan meritokrasi. Tapi sungguh 
> disayangkan, 
> > > dengan pemahaman yang mungkin belum utuh, sudah berani mencap 
> bahwa 
> > > upaya sebagaian saudara seiman yang lain itu, betapapun cacat 
> > > (namanya juga usaha) tetap adalah sebuh ikhtiar dan ijtihad yand 
> ada 
> > > nilainya di mata Allah, sejelek apapun di mata manusia.
> > > 
> > > Atau dengan pemahaman dan pengetahuan yang seadanya, bisa 
> menegaskan 
> > > bahwa kalo yang namanya mencontoh Rasul itu ya semuanya, 
> leterlek. 
> > > Halahh ... Polos bener. Tapi kalo memang bisa begitu so what? Apa 
> > > yang salah? Apakah pola pikir katak dalam tempurung itu bisa 
> > > diterima? Saya katakan katak dalam tempurung, karena tidak semua 
> yang 
> > > ada di hidup kita ini berlaku di seluruh dunia. Coba saja ke 
> > > pedalaman di negeri ini, tidak usah jauh2 ke negeri lain. Apakah 
> > > semuah masjid di pedalaman negeri ini memakai 'speaker'?
> > > 
> > > Tentu jika ada yang menyatakan ingin mencontoh Rasul dalam 
> menegakkan 
> > > hukum Islam, yang mungkin termasuk mendirikan negera Islam (jadi 
> > > mirip menerapkan perda syariah nih!), tentu bukan foto-kopi, tapi 
> > > mencontoh esensi pemerintahan di masa Rasul dan 
> khulafaaurrasyidun. 
> > > Gitu aja ko ya ga nyambung toh? Shalat kalo mau ikut Rasul yang 
> ga 
> > > pake peci, kupluk haji, baju koko, mukenah, sajadah, sarung atau 
> yang 
> > > sekarang kita kenal. Dulu itu dahi ya langsung ke tanah. Jorok? 
> > > Kotor? Tidak juga, kan padang pasir. Nah sejalan penyebaran 
> islam, 
> > > tentu perlu ada penyesuaian. Itu berlaku buat semua hal selain 
> yang 
> > > pokok macam tauhid, atau ritual ibadah, termasuk menutup aurat.
> > > 
> > > Yang sempat membuat saya heran jg adalah beraninya menuduh ada 
> > > pria "yang sangat sok "melindungi dan mendukung aktifitas 
> perempuan", 
> > > namun ujung-ujungnya tanpa sadar lalu dengan "emosi/tidak" 
> > > menuliskankan pemikirannya bahwa perempuan itu kurang berharga di 
> > > banding laki-laki:), bahwa perempuan itu "hanya leyeh-leyeh" :), 
> atau 
> > > juga yang bilang bahwa perempuan pekerja = ternak :))" tanpa 
> sadar 
> > > bahwa ada juga perempuan yang tidak bisa baca dengan benar suatu 
> > > pernyataan dan melulu emosional (khas pere gitu loh) dan 
> mengikuti 
> > > nafsunya itu. Buktinya apa tuduhan itu? Tidak ada! Membaca saja 
> tidak 
> > > beres mau kasih opini. Halahhh ... cape jadi tapee ... jauh 
> > > benerrrr ...
> > > 
> > > Kaya perempuan yang teriak2 sok ngebela sesama perempuan itu 
> bener2 
> > > care sama nasib perempuan di pasar2 yang mengais sayur bekas 
> untuk 
> > > dijual kembali, yang siang-malam di jalanan menggendong anak 
> sewaan 
> > > mengemis, yang menjajakan diri (leterlek uey) entah di tempat 
> hiburan 
> > > atau pinggir jalan atau mlm (mulut lewat mulut) baik yang level 
> naik 
> > > turun mobil prakteknya atau sekedar gelar alas di balik semak. Ah 
> > > tapi memang mereka bisa praktek kalo tidak ada laki-laki yang 
> ngeres? 
> > > Apakah ini lingkaran setan? Saya lihat sih dua arah ... harus 
> semau 
> > > jujur untuk menghindari praktek itu.
> > > 
> > > Belum lagi jenis menjual tubuh yang paling halus, spt di beragam 
> > > iklan yang notabene isinya tubuh pere semua? Tidak, saya tidak 
> sedang 
> > > berpikiran kotor, tapi coba lihat, bagian tubuh mana dari 
> perempuan 
> > > yang harusnya masuk aurat itu dengan bangga dan harga tinggi 
> > > dikomoditikan? Apalagi alasannya? HAM? hehehe .... HAMpir masuk 
> > > neraka mah iya kali, sambil ngajak orang lain. Ini bukan vonis, 
> tapi 
> > > teguran, nasihat ... kalo pahit, ya maaf, obat itu jarang yang 
> enak.
> > > 
> > > Ada juga member yang yakin bahwa ungkapan simpati bahwa tidak 
> praktek 
> > > industri sekarang ini memakan korban perempuan, disalah artikan. 
> > > Betapa tidak dikatakan korban, jika hampir lebih dari setengah 
> tenaga 
> > > buruh di berbagai pabrik itu dari kalangan perempuan dengan gaji 
> yang 
> > > tidak lebih tinggi dari laki-laki? Coba saja lihat kalo sedang 
> demo 
> > > buruh, gender mana yang mendominasi layar? Ini belum dengan 
> hilangnya 
> > > upah mereka ketika cuti hamil. Tdk semua pabrik mau fair menggaji 
> > > buruhnya, terlebih perempuan.
> > > 
> > > Nah konteks ini kan sama saja perempuan diperas seperti ternak! 
> Tapi 
> > > kenapa jadi dipelintir seolah menyamakan perempuan dengan ternak? 
> Wah 
> > > ya itu sih kedodolan ybs tapi ko yakin benar bahwa pemahamannya 
> itu 
> > > begitu. ck ck ck ... Jadi niat ukhuwah memperhatikan nasib semua 
> > > regardless of gender jadi sulit dilihat. Yang ada adalah tuduhan 
> tak 
> > > mendasar soal sok tahu ... dan sok-sok lainnya. Lagi-lagi 
> gambaran 
> > > betapa klaim kebenaran, sok tahu/benar itu terkadang dilakukan 
> > > sendiri.
> > > 
> > > Si member yang menuduh itu tidak sadar dalam konteks di atas 
> bahwa 
> > > pria yang dituduh itu punya istri, ibu, saudara perempuan, 
> kenalana 
> > > perempuan, bahkan di milis ini. Logikanya mana mungkin si pria 
> itu 
> > > bisa berlaku 'seganas' yang dituduhkan. Well, nampaknya di milis 
> ini 
> > > memang bebas menuduh dan dituduh.
> > > 
> > > Ini kah ukhuwah yang ada dalam al-Qur'an?
> > > 
> > > Ya Allah, ampunilah hambaMu ini yang telah terlanjur menyakiti 
> hati 
> > > sesama tanpa disengaja. Mudahkah dan lapangkanlah kami di milis 
> ini 
> > > untuk lebih erat menjalin ukhuwah, agar ummat ini tdk mudah 
> dipecah 
> > > belah spt sekarang, dan hidup kami lebih berkah lagi di masa 
> datang.
> > > 
> > > Amin.
> > > 
> > > wassalaamu alaikum,
> > > satriyo
> > >
> >
>


Kirim email ke