Salam,
waduh lama sekali tidak mengunjungi wm, jadi kangen berat deh;
keasyikan nongkrong di id-ubuntu dan blankOn.

Soal pisah-pisahan ini di Aceh mulai di-populerkan, ketika salah satu
keluarga istri saya menikah (saya ndak punya saudara di kampung tempat
tinggal) : begitu selesai IJAB-KABUL, sang ustadz yg menikahkan
mempelai memperingatkan : karena kita sudah menerapkan syariat Islam,
maka untuk acara salaman tamu lelaki dengan lelaki dan tamu perempuan
dengan sesama perempuan :=)) langsung seroang yg berumur tua nyeluthuk
" waduh ... gara-gara syariah Islam, orang baru nikah sudah DIPISAHKAN
... " disambut tawa hadirin.

di Aceh, pertama kali yg mengamalkan pisah-pisahan ini ketika Kepala
Dinas Syariah Islam menikahkan anak-nya di Masjid Raya Aceh
(Baiturrahman); sejak itu menjadi TREND di seluruh Masjid di Aceh,
mungkin sekarang sudah menjadi ritual standar. Soalnya udah cukup lama
saya tidak menikah .... eh ... maksud saya tidak menghadiri ritual
pernikahan di Aceh :=))

Tapi kalo sudah diluar Masjid ya orang bercampur, malah banyak yg
saling nebeng kendaraan (biasanya mobil) padahal bukan famili, saudara
(Bukan Muhrim). Ini memang jadi repot dan penuh artifisial. Yang saya
liat memang di Aceh syariah Islamnya "artifisial". Semua Tulisan
berganda antara latin dan arab, ini khan pemborosan : pilih satu saja
huruf arab atau latin, jadi ongkis cetak dan bikin plang nama lebih
murah. Tapi tukang sablon suka kebijakan ini, karena menaikkan omzet
mereka. Sepanjang jalan dari bandara ke Banda Aceh penuh asma'ul husna
.... ini juga saya temui di kota demak dan gresik (kalo ndak salah).

salam
sts


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Aisha" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Temans,
> Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang
satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di
Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan.
Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan,
alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad nikah.
Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara langsung, acara
pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki dan wanita dipisah
ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan mempelai laki-laki
setelah akad nikah.
> 
> Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis
itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar
Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga
selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan yang
pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya dipisah
begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka
kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang disaksikan
orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum menikah, di acara
pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat aneh2? Justru di saat
mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin juga ke tempat tertutup)
bisa terjadi yang melanggar agama.
> 
> Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang membawa
bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika menghadiri acara
nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu dan dia selalu
membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan bayi/balita. Di
pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami istri itu sama-sama,
mereka bisa gantian makan dan menjaga anak-anaknya. Dan kembali lagi,
apakah di pesta pernikahan yang dihadiri banyak orang itu bisa terjadi
peristiwa yang melanggar agama? Kalau orang mau macem2 kan bukan di
pesta yang bisa dilihat banyak mata. Masalah lainnya jika suami istri
tidak punya atau tidak membawa ponsel, mau pulang apakah di pemisah
lalu teriak2 mencari suami atau istrinya?...:)
> 
> Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan pemisahan
diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah itu
kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru muncul
setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam Islam harus
dipisah seperti itu?
> 
> salam
> Aisha 


Kirim email ke