"Khilafah adalah sistem politik Islam untuk menerapkan
syariat Islam dan menyatukan umat Islam seluruh dunia.
Dalam sejarahnya yang membentang lebih dari 1.400
tahun, khilafah atau sultan atau imam (tiga istilah
yang mengandung pengertian yang sama) dengan segala
dinamikanya, termasuk dengan kelemahan dan
kekurangannya, secara praktis telah berhasil
menyatukan umat Islam seluruh dunia dan menerapkan
syariah Islam sedemikian sehingga kerahmatan Islam
yang dijanjikan benar-benar dapat diwujudkan."

Kutipan dari Koran Tempo diatas adalah dari jubir HTI yang disarankan
untuk dibaca. Kita merasa perlu memberikan tanggapan terhadap HT
justru oleh sebab seperti yang tampak dalam kutipan tersebut, yaitu
mitos khayalan tentang kekhalifahan. Tanggapan ini lebih perlu lagi
karena mitos khayal ini "dijual" oleh HT kepada massa dengan kehendak
agar mitos khayal tersebut dijadikan sebuah realita melalui political
power. Seandainya HT memperjuangkan syariah Islam tidak disertai
embel-embel mitos khilafah, mungkin kita bisa lebih menerima karena HT
akan tampak lebih realistis. Namun yang terjadi tidak demikian. Sudah
yang mau dibangun itu tidak realistis dan tidak perlu, modalnya
ternyata juga mitos hasil pelintiran dan pengaburan sejarah. Jadi
dobel deh kelirunya.

Pertanyaan seputar teknis penunjukan khalifah, ibukota, beserta
alasan-alasannya dan sebagainya seharusnya sudah dapat diantisipasi
oleh HT sebab otomatis pertanyaan seperti itu pasti akan timbul. Tidak
bisa lantas menghindar dengan berdalih bahwa "konsep khilafah dan
keimanan umat secara umum belum benar-benar terbangun". Kalau demikian
buat apa capek-capek promosi khilafah sementara yang dipromosikan
belum matang betul alias masih rentan terhadap pertanyaan-pertanyaan
seperti itu? Paling tidak, dengan cara tersebut strategi promosi HT
keliru. Terlalu pagi berpromosi tentang khilafah, sementara 'iman umat
belum terbangun', sementara orang-orang yang mengerti sejarah dan
tidak bisa dibohongi masih pada hidup dan masih bisa menggunakan
pemikirannya secara baik. Setahu saya, paling tidak secara konseptual
temen-temen Tarbiyah itu salah satu tujuan jangka panjangnya juga
membangun khilafah islamiyyah (apapun artinya itu). Tetapi apakah
mereka gunakan itu sebagai propaganda? Tidak. Bisa jadi karena
disadari konsep seperti itu untuk ukuran sekarang tidak realistis,
walaupun cuma dijual sebagai jargon, apalagi belum-belum sudah
dipromosikan sebagai political system. Sama sekali questionable.
Tambah tidak realistis lagi. HT seharusnya menyadari ini.

Dikatakan "Orang-orang yang menentang ide syariah, seolah-olah ingin
membenturkan demokrasi dengan Islam.". Tak jelas bagi saya apa
maksudnya bentur-membentur tersebut. Tapi kalimat di atas menyiratkan
makna sebenarnya Islam tidak bertentangan dengan demokrasi.
Seharusnyalah demikian. Tetapi bukankah promosi HT sendiri yang dengan
gamblang menolak demokrasi? Jadi maksudnya bagaimana, kok tidak
konsisten? Kalau dikatakan bahwa Islam menjamin kebebasan berbicara
tapi disertai embel-embel asal sesuai syariah, maka makna kebebasan
itu menjadi tereduksi sedemikian rupa sehingga ia tidak bebas lagi
karena embel-embel tersebut mengandung implikasi mereka yang merasa
dirinya paling ngerti syariah adalah yang berhak menentukan
batas-batas kebebasan itu. Di mana sih di dunia ini negara yang
mengklaim menggunakan Islam sebagai dasar yang benar-benar memiliki
kebebasan berbicara? Di sini tak perlu jadi negara Islam saja,
beropini tertentu di koran sudah ada yang memfatwa mati. Apa ini yang
dimaksud kebebasan berbicara? Lagipula, demokrasi tidak sekedar
kebebasan berbicara saja, tetapi juga kesempatan yang sama di sektor
publik bagi semua warga negara. Di negara khilafah, boleh tidak
seorang perempuan penganut Ahmadiyah menjadi pemimpin? Di buletin
Al-Islam dulu saja saya pernah baca: "non-muslim dilarang mendirikan
partai". Bagaimana ini? Tidak perlu sekolah empat tahun di jurusan
ilmu politik saja kita sudah tahu bahwa jelas hal ini bertentangan
dengan demokrasi.

Kalaupun dikatakan demokrasi lebih banyak dididikkan daripada "sejarah
Islam" dan "kekhalifahan", jelas karena demokrasi adalah realita dan
sejarah Islam serta kekhalifahan ... yah namanya juga sejarah ...
adalah masa lampau. Nah sudah tahu masa lampau kenapa mau dihadirkan
lagi "zombie" tersebut? Dipertanyakan "Adakah pemilihan kurikulum
pendidikan ini merupakan kesengajaan?", yah tentu saja sengaja dong.
Ngapain lebih banyak mendidikkan sejarah masa lampau daripada
mendidikkan realitas masa kini yang tentu saja lebih berguna bagi
kehidupan. Kita kan hidup di masa kini, bukan di masa lampau. Tapi
agaknya pertanyaan tersebut lebih dimaksudkan untuk mengatakan, memang
itu semua disengaja untuk menghancurkan Islam, dsb. dsb., pertanyaan
yang sangat tipikal a la HT yang suka curiga sana-sini, konspirasi
dimana-mana dsbnya.

Soal ancam-mengancam, ide syariah Islam dan khilafah bukan ancaman
utama bagi apapun, melainkan ancaman utama bagi kejujuran dalam
melihat realita, baik realita di zaman lampau, masa kini maupun masa
mendatang. Kritik pada ide kekhalifahan terutama bukan pada
semangatnya untuk menjadi counter terhadap sesuatu yang dibayangkan
sebagai neo-imperialisme, melainkan pada penggunaan mitos, pengeliruan
paham terhadap sejarah, dan utopianisme akut yang terkandung pada ide
tersebut.

Wassalam.

MZ


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sang Matahari
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> terima kasih atas masukannya pak. Orang HT manusia juga,
masing-masing punya karakter yang berbeda dengan latar belakang yang
berbeda dengan proses pembelajaran yang berbeda, ada yang sudah
mengkaji lama, baru atau bahkan simpatisan. walau demikian saya
memahami tiada yang sempurna dalam hidup ini, kecuali memang kita
berusaha untuk senantiasa memperbaiki diri. hari ini bertemu dengan
anda dengan kurang baik, someday, ada yang kemudian intropeksi diri
sehingga memperbaiki lebih baik lagi.
>    
>    
>   Saat ini proses yang dilakukan HT adalah penyadaran umat,
membangun khilafah bukan sekedar membangun negara Islami, bersama
strukturnya atau pemimpinnya, namun lebih utama adalah negara ini
berjalan untuk menjaga akidah islam dan terjaga pelaksanaannya oleh
keimanan para warganegaranya, yang dari keimanan itu akan tumbuh
kesadaran pelaksanaan syariat Islam serta upaya dakwah ke penjuru dunia. 
>    
>   Jadi, untuk apakah meributkan dahulu sekarang dimana dan siapa
khalifahnya, sedangkan konsep khilafah dan keimanan umat secara umum
belum benar-benar terbangun.
>    
>    Insya Allah, HT di 40 negara selalu mengevaluasi kemungkinan
daerah mana yang layak, dan masing-masing berlomba-lomba untuk
mempersiapkan diri secara matang dengan melakukan dakwah penyadaran umat.
>    
>    Bukanlah cita-cita Ht mendirikan khilafah dan sehari kemudian
diruntuhkan.
>    
>   Orang-orang yang menentang ide syariah, seolah-olah ingin
membenturkan demokrasi dengan Islam. Dan seolah-olah kebebasan
berbicara hanya ada dalam demokrasi. Sungguh, Islam pun menjamin
kebebasan berbicara warganya termasuk protes, aksi, mengkritik
penguasa, dll asal tak melanggar syariat Islam.  Orang ateis, zindiq,
non muslim bahkan bebas berdiskusi dengan orang muslim.
>    
>   Saya memahami, wajar demokrasi begitu diagungkan oleh masyarakat
melebih syariat Islam, dan kewajiban melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya, sebab, demokrasi sudah diajarkan pada kita
sejak kita lahir, sekolah hingga dalam kehidupan sehari-hari kita.
Namun pendidikan agama, moral sesuai ajaran agama, konsep sistem
aturan syariah Islam tidak diajarkan dalam hidup kita. 
>    
>   Kurikulum pendidikan kita pun hanya membatasi 2 jam pelajaran per
minggu ditambah pula, pelajaran agama yang diajarkan hanya dibatasi
dengan pendidikan terkait individu saja, yakni shalat, nikah, haji,
dll, sehingga wajar dalam memori umat Islam Indonesia, termasuk saya
dahulu, yang tergambar dalam benak saya soal agama. hanyalah soal
individu, sejarah Islam pun saya tak begitu  tahu. Lebih-lebih
pembahasan khilafah. Adakah pemilihan kurikulum pendidikan ini
merupakan kesengajaan?
>    
>   yah, didalam pidatonya Hafidz Abdurrahman mengatakan," Bentuk
Pelarangan aktivitas HT merupakan bentuk kekalahan intelektual yang
sangat memalukan". Maka, pembukaman aktivitas HT di daerah timur
tengah dan dibeberapa negara, termasuk yang sedang dilakukan oleh
orang-orang tertentu di negeri ini dengan membenturkan ide syariat
Islam dan khilafah dengan demokrasi, serta bahwa khilafah
menghancurkan NKRI merupakan bentuk kekalahan intelektual. Karena
berupaya membungkam orang berdiskusi.
>    
>   Kalau ide syariat Islam dan khilafah dianggap utopia, mimpi, tidak
realistis, khayalan, lalu orang yang menanggapinya disebut apa?Kenapa
orang susah payah menentang, menolaknya, jika benar itu khalayan
biarkan saja. Toh, bukankah tidak disangkal pun tidak akan terjadi
kenyataan bukan?
>    
>    Lalu media massa speerti TV Al Jazeera, TV Turki, TV Perancis,
Media masa Australia, BCC, AFP, FOX, TV Inggris, Amerika dll media
masa nasional dalam dan luar negeri disebut memberitakan ide khayalan
jugakah? ^_^ 
>    
>   Seharusnya kita tahu, ide syariah islam dan khilafah merupakan
ancaman besar bagi neoliberalisme, kapitalisme, sekularisme,
pluralisme agama, dll serta dominasi negara adidaya imperialis saat
ini.  Maka akan banyak pihak menentangnya. Bagi pejuangnya pun
dikatakan radikal dan fundamental. ini baru ide, bagaimana jika
terjadi kenyataan.
>    
>   Baca opini jurbir HTI di koran Tempo hari ini  ya.syukron
wallahu'alambishawab
>    
>    
>    
>    
>    
>    
>    
>    
>    
>   
> 
> miftahalzaman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>           Bung Ary menulis:
> 
> "Lucunya ketika dikonfirmasi balik, mereka menyangkal hal itu sebagai
> kebijakan organisasi. Justru mengembalikan hal ini kepada pilihan
> masing-masing anggota, begitu kira-kira dalihnya. Jadi tambah bingung
> khan, ketika ada anggotanya yang "keluar dari khittah" Hizbut Tahrir
> justru didiamkan. Ini jadi anomali internal di kubu Hizbut Tahrir
> sendiri.'
> 
> Itulah karena ketidakrealistisan ideologi HT itu sendiri. Mereka
> memimpikan sebuah supranegara yang sentralistik dengan satu orang
> penguasa. Tidak perlu terlalu jauh mempertanyakan rincian, cukup
> dengan ide supranegara ini, apakah realistis? Berapa besar taruhannya
> membubarkan atau melebur kedaulatan yang ada di negara2 yang ada
> sekarang hanya untuk sebuah proyek khilafah yang tujuan2nya bisa
> dicapai juga dengan cara lain? Di mana nanti pusat dari supranegara
> tersebut? Mengapa harus disitu? Siapa dan bagaimana pemimpinnya
> dipilih? Mengapa harus dia? Apa jaminannya bahwa semua akan mau
> menerima dia? Dst. dst. HT beranggapan bahwa semua itu akan
> mulus-mulus saja kalau semua orang sudah pada ikhlas rendah hati
> beriman dan berislam secara konsisten. Padahal mana pernah sih di
> dalam sejarah umat Islam itu pernah benar2 satu suara? Begitu Nabi
> wafat saja sudah timbul konflik kepemimpinan. Sejarah kepempinan di
> dunia Islam saja tidak luput dari pertumpahan darah. Kepemimpinan
> sebagai sebuah posisi yang sangat langka namun sangat strategis pasti
> akan diperebutkan. Karenanya potensi konflik akan sangat sangat besar,
> apalagi jika cakupan dari yang dipimpin itu sebuah supranegara seperti
> diimpikan HT. Di titik ini saja sudah tampak jelas ketidakrealistisan
> itu. 
> 
> Pertanyaan yang selalu terbawa tiap kali kita berhadapan dengan wacana
> Syariah sebagai hukum formal adalah: syariah yang bagaimana? HT sejak
> sedari awal menolak demokrasi, karena sistem ini dianggap kafir.
> Ketika saya menjelaskan sikap HT ini terhadap demokrasi pada teman
> saya, spontan saja dia bertanya: Lho kalau tidak demokrasi, lalu apa?
> Demokrasi mungkin memiliki sisi buruk, namun, seperti kata Churchill,
> yang lebih baik dari demokrasi tidak ada. Dari sikap HT yang seperti
> ini sudah bisa kita bayangkan bagaimana sikap HT terhadap orang lain,
> terhadap "the others" (sang liyan). Orang lain tidak sekedar perlu
> diakui keberadaannya atau dilindungi seperti binatang langka, tetapi
> juga memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti kita, termasuk hak
> berekspresi dan mengembangkan diri. Apa jaminannya bahwa HT tidak lagi
> memberlakukan sistem zimmi sesuai ajarah Syariah? HT saja sudah
> melarang perempuan menjadi pemimpin. Ironisnya, HT bisa berkembang
> justru di negara-negara demokrasi. Mereka bisa besar di Indonesia
> karena kini negara ini menjadi lebih demokratis. Di zaman Suharto
> mereka "di bawah tanah" dan dengan mudah bisa terkena pasal2
> subversif. HT justru pesat di negara-negara Eropa yang merupakan
> negara kafir yang selalu mereka cap sebagai musuh Islam. Kemarin di
> Senayan itu boss HT Indonesia berteriak yang intinya siapa yang mau
> menghalang-halangi dakwah (propaganda) HT, berarti dia melanggar
> freedom of speech. Bukankah freedom of speech itu salah satu pilar
> demokrasi, yang justru mau mereka bunuh? Bukankah ini munafik namanya?
> HT bisa hidup karena demokrasi, namun bercita-cita membunuh demokrasi.
> Apa ini bukan durhaka namanya? Apa ini bukan kanker? HT jelas dan
> nyata adalah musuh demokrasi, dan mereka sendirilah yang
> terang-terangan memusuhi demokrasi.
> 
> Saya pribadi sejak awal mengenal HT hingga kini tidak pernah merasa
> nyaman dengan sikap gerakan ini yang konfrontatif, suka musuh-musuhan
> dan menebar kebencian. Di sana-sini selalu ada musuh yang mengincar,
> bahwa semua perilaku Barat (Amerika) dan orang Kristen hanyalah
> bertujuan satu hal: kehancuran Islam, dan sebab itu jangan berteman
> apalagi memilih kafir sebagai pemimpin, dst. dst. Umat Islam selalu
> digambarkan sebagai korban yang terus-menerus diancam akan dihancurkan
> oleh Barat-Kristen-kafir. HT rupanya senang menggunakan pendekatan
> self-victimization sehingga ada alasan untuk merengek-rengek minta
> solidaritas. HT termasuk yang gencar menempel pamflet, bikin buletin
> dan lain-lain di mana-mana. 
> 
> Saya masih ingat betul di pamflet Al Islam yang diterbitkan HT
> Surabaya sekitar delapan atau tujuh tahun yang lalu ada segaris
> kalimat yang berbunyi: "Mari kita berburuk sangka kepada non-muslim".
> Sungguh luar biasa ajakan ini ... Islam macam apa yang kamu bawa
> sebenarnya, HT? Saya pernah mencoba ikut kelas ekonomi Islam yang
> (semula saya kira netral, ternyata) disponsori HT. Kelas dimulai
> dengan menjelek2kan semua sistem ekonomi lain. Pembicaranya yang orang
> HT bersemangat bercerita tentang kapitalisme dan marxisme klasik,
> namun ketika dicecar lebih jauh tentang kapitalisme kontemporer dia
> gelagapan, dan dengan entengnya berkata: "Sudahlah, kita tidak usah
> ribet lebih jauh membahas semua sistem itu. Untuk apa? Semua itu tidak
> sesuai syariah Islam ...". Hebat orang HT !! Kelas selalu dimulai oleh
> tutor yang menayangkan slide bergambar buldoser berbendera HT
> menggerus menara Eifel, menara Pisa, Gedung Putih dll. dan dijelaskan
> bahwa inilah cita-cita kita umat Islam, merobohkan "sistem kafir" dan
> mengganti dengan "sistem Islam". Ketika ada peserta bertanya,
> bagaimana membiayai ekonomi di daerah2 miskin. Jawabnya enteng: "Mudah
> saja, kalau khilafah sudah terbentuk, maka minyak dari Brunai dapat
> kita gunakan untuk kemaslahatan orang2 miskin" ... Jawaban yang cerdas
> !! Mereka, seperti kita tahu, menawarkan standar emas dengan mata uang
> Dinar. Ketika ditanya mengapa menggunakan standar emas, salah satu
> jawabannya adalah begini: "Karena di dalam syariah, seseorang,
> misalnya, yang batal puasanya atau yang kewajibannya lain gagal
> dilakukan, ia harus menggantinya dengan membayar sejumlah emas, maka
> itu berarti uang emas harus diadakan. Jadi uang emas diberlakukan
> antara lain ya untuk membayar pelanggaran kewajiban sesuai yang
> digariskan syariah ...". Bukan main canggihnya pola pikir kebalik
> seperti ini. ... Seperti inikah kualitas
> orang2 HT? 
> 
> Pelajaran terpenting yang saya dapat sehabis dari kelas itu adalah:
> kelucuan yang dibungkus agama akan tampak seperti kemuliaan. Dan
> dengan cara ini HT menipu banyak orang. Orang-orang ini sebenarnya
> ingin beragama baik2, tetapi karena selalu saja di agama itu
> didengungkan sami'na wa atha'na (dengar dan taati), akhirnya mereka
> kejeblos dalam kelucuan-kelucuan seperti yang dibuat HT ini. Semoga
> mereka sadar.
> 
> MZ
> 
> 
> 
>          
> 
>        
> ---------------------------------
> Luggage? GPS? Comic books? 
> Check out fitting  gifts for grads at Yahoo! Search.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke