Syafaat Nabi Muhammad Salallahu Alayhi Wasalam    
  Mawlana Syaikh Muhammad Hisham Kabbani
Ditranslasi dari The Approaching to Armageddon
www.mevlanasufi.blogspot.com
   
  Bismillah hirRohman nirRohim

Pada Hari Pembalasan tidak ada lagi hubungan keluarga;tak ada saudara, tak ada 
ibu, tak ada ayah. Setiap orang akan melepaskan diri dari yang lain dan 
berusaha menyelamatkan diri sendiri. Setiap orang akan berseru, “Bagaimana aku, 
bagaimana aku! Ya Allah, ampunilah aku! Rahmatilah aku!”

Pada hari itu, mereka yang beramal saleh selama hidup di dunia sekalipun akan 
menyadari bahwa amal mereka tidak ada artinya dibandingkan kenikmatan dan 
rahmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka selama di dunia. Dengan 
menyadari hal itu muncullah perasaan cemas bahwa semua amal mereka akan sangat 
ringan dalam timbangan Allah (al-mîzân) yang akan menerapkan keadilan yang 
sempurna, al-‘adl. Pada saat itu, tak seorang pun akan aman dari rasa tertekan 
di Hari Pembalasan, kecuali mereka yang dikaruniai rahmat oleh Allah.

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam. 
bersabda, “Tak seorang pun di antara kalian yang akan masuk surga karena amal 
semata.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, engkau pun tidak?” Beliau menjawab, 
Tidak diriku sekalipun, tetapi Allah akan menyelimutiku dengan kasih dan 
ampunan-Nya.” Satu-satunya orang yang tidak berseru, “Nafsî, nafsî,” “Diriku, 
diriku,” pada hari yang membahayakan adalah
Nabi Muhammad saw. Semua umat nabi lainnya akan berlari menuju nabi mereka, 
tetapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Semua nabi justru akan meminta Nabi 
Muhammad salallahu alayhi wasalam. untuk memberi syafaat kepada mereka dan 
umatnya. Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam akan berkata, “Akulah pemberi 
syafaat (anâ lahâ),” dan Allah akan memberi izin kepada Nabi Muhammad salallahu 
alayhi wasalam untuk menggunakan syafaatnya bagi semua umat.

Ibn ‘Abbâs meriwayatkan bahwa beberapa sahabat Nabi muncul dan menunggu 
beliau.Ketika beliau datang, beliau mendekati mereka dan mendengarkan ucapan 
mereka, “Hebat sekali, Allah Yang Mahabesar dan Maha Agung telah menjadikan 
makhluk ciptaan-Nya sebagai sahabat dekat-Nya, yaitu Ibrâhîm.” Yang lainnya 
berkata, “Tak ada yang lebih hebat daripada kalam-Nya kepada Mûsâ, orang yang 
Dia ajak berbicara secara langsung!” Lalu yang lainnya berkata, Dan ‘Îsâ adalah 
kalimat dan ruh-Nya!” Sementara yang lainnya berkata,“Adam adalah nabi pilihan 
Allah.” 

Kemudian Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam muncul dan berkata, “Aku 
mendengar perkataan kalian, dan semua yang kalian katakan benar,dan aku sendiri 
adalah kekasih Allah, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun, dan aku 
akan mengusung bendera keagungan pada Hari Pembalasan nanti, dan menjadi orang 
pertama yang memberi syafaat dan syafaat pertama yang akan diterima Tuhan, dan 
aku adalah orang pertama yang akan mengitari surga sehingga Allah membukakannya 
untukku dan aku akan memasukinya bersama dengan orang-orang miskin dari 
kalangan umatku, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun. Aku yang paling 
mulia dari yang pertama dan yang terakhir, dan aku katakan ini tanpa sombong 
sedikit pun.” 

Salah satu kunci rahmat Allah adalah cinta. Cinta kepada Allah dan Nabi-Nya 
merupakan salah satu kunci menuju surga. Hadis berikut menjadi bukti. Seorang 
badui bertanya kepada Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam tentang saat 
terjadinya Hari Kiamat. Beliau berkata, “Hari Kiamat pasti akan tiba. Apa yang 
telah kamu persiapkan untuk menyongsong kedatangannya?” Orang itu berkata, “Ya 
Rasulullah, aku tidak mempersiapkan diri dengan puasa dan amal saleh yang 
banyak, tetapi aku mencintai Allah dan Nabi-Nya.” Nabi Muhammad salallahu 
alayhi wasalam bersabda, “Kamu akan beserta mereka yang kamu cintai.” Anas 
mengatakan bahwa ketika mendengar hal itu, orang-orang Islam sangat bersuka 
cita lebih dari sebelumnya. Anas berkata, “Oleh karena itulah, aku mencintai 
Nabi, Abû Bakr, dan ‘Umar, dan aku berharap bahwa aku akan beserta mereka 
karena kecintaanku kepada mereka, meskipun amalku tidak akan bisa menyamai amal 
mereka.” 

Tuhan telah menciptakan beberapa sarana yang bisa membebabkan manusia dari 
hukuman karena manusia memang diciptakan lemah, rentan terpengaruh setan, 
nafsu, kesenangan duniawi, dan sifat berbangga. Rahmat Allah begitu luas, dan 
melaluinya semua orang beriman bisa mendapatkan pertolongan.

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Nabi Muhammad salallahu 
alayhi wasalam bersabda:"Sesungguhnya Allah telah menciptakan rahmat. Pada hari 
Dia menciptakannya, Dia membaginya ke dalam seratus bagian. Dia akan 
menggenggam 99 bagian, dan memberi satu bagian kepada seluruh makhluknya. 
Sekiranya orang-orang kafir tahu semua rahmat yang dalam genggaman-Nya, mereka 
tak akan pernah putus asa untuk memasuki surga, dan sekiranya orang-orang 
beriman tahu semua siksaan dari Allah, mereka tak akan berpikir dapat selamat 
dari neraka.” 

Agar manusia dapat menggapai rahmat-Nya, Allah menurunkan sebuah kalimat yang 
cukup untuk membersihkan dosa seseorang, sebanyak apa pun dosa yang telah ia 
perbuat. ‘Utbân ibn Mâlik al-Anshârî, seorang dari suku Banî Sâlim, 
meriwayatkan bahwa Rasulullah menghampirinya lalu berkata: "Jika seseorang yang 
dibangkitkan para Hari Kiamat pernah berkata, “Lâ ilâha illâ Allâh,” dengan 
tulus karena Allah, maka Allah akan mengharamkan api neraka baginya. 

Hadis tersebut mengingatkan kita bahwa rahmat Allah berada di luar jangkauan 
pemahaman manusia. Pada saat yang sama, mereka juga diperingatkan agar tidak 
terlalu bersandar kepada rahmat Allah, dan mengabaikan batasan-batasan yang 
telah Allah tetapkan dalam syariat yang suci.

Kami akhiri bab ini dengan menekankan prinsip mendasar dalam Islam: bahwa pada 
akhirnya hanya rahmat Allah yang amat luas yang akan menyelamatkan manusia pada 
Hari Pembalasan yang sangat mengerikan itu. Dan perwujudan dari rahmat Allah 
itu adalah Nabi Muhammad saw. sendiri, yang digambarkan Allah dalam surah 
al-Anbiy⒠ayat 107 sebagai “rahmat bagi seluruh alam”. Karena itulah kita 
sangat mengharapkan syafaat beliau yang merupakan pijakan paling kokoh pada 
Hari Pembalasan, tidak mengandal kan amal kita semata yang benar-benar sangat 
jauh dari nilai ketulusan dan kesempurnaan. Hanya berkat rahmat Allah, yang 
terwujud secara sempurna dalam pribadi Nabi-Nya tercinta, Muhammad saw,kita 
bisa memperoleh keselamatan dan pembebasan. Mereka takut kepada suatu hari yang 
di hari itu hati dan penglihatan menjadi guncang. (Q 24:37)[]

Wa min Allah at Tawfiq
   
  wasalam, arief hamdani
  www.rumisuficafe.blogspot.com


       
---------------------------------
Be a better Heartthrob. Get better relationship answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out. 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke