Dan dalam menapak tilas sejarah, jangan lupa Pak AB, mba Lina, Pak 
Agus - misalnya di antara abad 9 - 13 - relasi budaya dan agama2 lain 
memberi warna pada sejarah Islam kita. Cordoba di Spain itu contoh 
budaya dan peradaban heterogen, bahkan banyak ilmuwan dan pejabat 
Yahudi diangkat di kerajaan Islam waktu itu. Maimonedes adalah Yahudi 
yang paling terkenal dalam sejarah Islam (Karen Armstrong).

Salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ahmad Badrudduja 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Mas Agus,
> Ada banyak kalangan Islam yang enggan atau tak suka sama sekali 
Islam disebut sebagai budaya. Saya bisa memaklumi sikap seperti itu. 
Mereka khawatir jika Islam disebut sebagai budaya maka akan berubah 
terus, sebab watak budaya memang berubah dan relati serta kontekstual.
> 
> Pandangan yang lebih seimbang menurut saya ya di tengah-tengah. 
Islam memang sebuah agama. Tetapi manifestasi Islam dalam sejarah 
selalu berhimpit dengan budaya. Bahkan Islam diterjemahkan secara 
berbeda-beda oleh umat Islam di berbagai tempat karena faktor 
perbedaan budaya itu.
> 
> Sejauh budaya tidak bertentangan dengan semangat dasar Islam, 
menurut saya tak ada masalah. Begitu pula, Islam harus dibedakan dari 
budaya tempat dia lahir pertama kali, yaitu budaya Arab. Meskipun 
mustahil melepaskan Islam dari konteks budaya Arab, tetapi kita tetap 
harus selalu waspada, mana yang Islam dan mana yang Arab.
> 
> Tentu tidak semua budaya Arab kita tolak. Budaya Arab banyak yang 
baik, untuk itu kita terima. Begitu juga, belum tentu budaya kita 
sendiri sudah pasti baik; banyak di dalamnya yang buruk, dan karena 
itu harus ditolak.
> 
> Watak Islam itu memang mendua: ya agama dan budaya sekaligus. Islam 
juga mendua dalam aspek lain: dia satu, tetapi juga banyak. Satu dari 
segi prinsip dan akidah dasarnya, tetapi banyak dalam segi artikulasi 
dan penerjemahannya sepanjang sejarah. 
> 
> Orang SALAFI tentu tak suka dengan model berpikir seperti ini. 
Mereka maunya menyeragamkan Islam, menyesatkan Islam yang berbeda 
dari mereka. Gaya berpikir inilah yang sekarang sedang menjangkiti 
masyarakat kita. Oleh karena itu kita harus waspada.
> 
> AB
> 
> agussyafii <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                             Mbak 
Lina,
>  
>  saya tergelitik tentang pertanyaan apakah ada yang disebut dengan
>  budaya Islam, Islam sebagai daulah dalam sejarah ada, berarti Islam
>  sebagai wilayah negara atau satu bangsa memang ada. paling tidak
>  pernah ada, salah satunya dalam catatan sejarah modern yang disebut
>  daulah Ustmaniyah.
>  
>  Bukan hanya budaya Islam namun lebih dari itu, Peradaban Islam 
pernah
>  melahirkan karya keilmuan yang genuine dari pemikiran Islam. ada 
tiga
>  karya yang menjadi masterpiece sampai kini, pertama, Ilmu Fiqh, 
Ilmu
>  Kalam, dan Tasawuf.
>  
>  salam,
>  agussyafii
>  
>  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <linadahlan@>
>  wrote:
>  >
>  > Saya merasa geli saja. Pak AB ini mengajarkan agar kita 
mengambil 
>  > kebaikan walaupun sumbernya berasal dr orang yang berbeda. 
Jangan 
>  > membeci orang yang berbeda. It's a good lecture. Namun masih di 
>  > kesempatan yang sama pak AB ini 'membeci' salaf (mazhab 
Hanbali), 
>  > HTI. Ada kontradiksi. Apa tidak ada kebaikan pada salaf, HTI, 
dllnya 
>  > itu. Rupanya HTIpun tidak menyukai tindakan kekerasan 
(berdasarkan 
>  > artikel yg diposting Tana Doang). Sebetulnya semua juga tidak 
ada 
>  > yang suka kekerasan tanpa sebab ato kekerasan karena 'sebab yang 
>  > memaksa'...:-).  
>  > 
>  > Sumpah deh. Saya ini gaptek soal HTI, IM or organisasi2 Islam 
yang 
>  > berbau politik. Saya cuma merasa semacam HT, IM ini bersikap 
keras 
>  > karena tanah airnya sudah diacak-acak sama Barat ato AS ? 
Mungkin 
>  > juga kemudian mereka menggunakan 'solidaritas muslim' untuk 
>  > membangkitkan semangat melawan penindasan Barat ato AS??? 
Termasuk 
>  > di Indonesia. Apakah Indonesia juga sudah merasa ditindas Barat 
or 
>  > AS? ? Inilah susahnya politik. Selalu ada hidden agenda. Saya 
males 
>  > ngintip2 sesuatu yang hidden...:-). Takut suudzon dan takut 
bintitan.
>  > 
>  > Juga soal kegemilangan Islam di masa lampau yang karena meracik 
>  > kebudayaan lain menjadi kebudayaan Islam. Masa seh? Mau gak 
meracik 
>  > kebudayaan berkoteka suku Asmat di Irja menjadi kebudayaan 
Islam? 
>  > Alhasil orang Islam harus berkoteka? Ato saya yang salah 
tangkap? 
>  > Ato maksudnya kita harus meracik budaya koteka menjadi budaya 
>  > berbusana menutup aurat spt yg dimaksud dlm budaya Islam? 
Alhasil 
>  > orang Asmat harus berbusana menutup aurat.
>  > 
>  > Moga2 emang saya saja yang salah mengerti. Mungkin maksute ada 
>  > penyesuaian budaya bangsa dengan budaya Islam ? Tapi, memangnya 
>  > Islam sebuah bangsa ya? Islam punya budaya ya? kok 
dibandingkan ? 
>  > Selevel gak? hmmm...
>  > 
>  > wassalam,
>  
>  
>      
>                                        
> 
>        
> ---------------------------------
> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  
Try it now.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke