Soal jilbab yg hubungannya ke agama itu sebenernya nggak bisa dikritik, kan itu 
keyakinan.
Kenapa gitu misalnya masalah jilbab itu lebih dipermasalahkan daripada 
persoalan yg wajib, seperti solat dan lainnya.

Mau curhat sedikit, hari Jum'at lalu saya pergi diantar adik pas ketemu maghrib 
[ kedengaran gitu di radio].
Langsung saja adik mencari masjid pas pinggir jalan di daerah mampang dekat 
markas PKS.
Kami solat, perempuannya cuma 4 orang dan semuanya gak berjilbab :-)

Sempat ngobrol sama tukang parkir, memangnya kalo pas solat nggak ada gitu 
perempuan yg solat di masjid?
Padahal bersliweran dijalanan perempuan turun dari metromini, angkot, yg jalan 
kaki tapi gak ada gitu yg mampir solat di masjid.
[ Ada rasa jengah juga diliatin, laki2nya banyak ada mungkin 30 -an orang]
Katanya ;" Ya sedikit sekali dan biasanya malahan yg gak pake jilbab.Kalo pake 
jilbab solatnya di rumah kali "

salam, 
l.meilany



  ----- Original Message ----- 
  From: Mia 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, December 15, 2008 9:59 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab


  Saya mendiskusikan refleksi saya tentang Idul Adha kemarin dengan 
  seorang kolega. Pada akhirnya saya menyimpulkan, jangan2 selama ini 
  kita ummat Islam 'nggak berkorban' untuk melakukan perubahan, makanya 
  kita tinggal dalam kejumudan selama ribuan tahun ini.

  Temen saya yang selalu berjilbab menambahkan, contohnya orang nggak 
  berjilbab kok dipaksa2, bahkan yang udah berjilbab pun masih dicari2 
  kesalahannya, kurang panjanglah inilah itulah...gimana mau maju?

  Karena lagi ngomongin jilbab, maka pertanyaan saya, kalau kewajiban 
  jilbab itu (i.e perda syariat) dianggap mengekang atau bentuk 
  pelecehan terhadap perempuan - maka untuk mencerahkan atau 
  membebaskan diri kita dari itu - 'pengorbanan' yang perlu dilakukan 
  adalah:
  - mengeluarkan fatwa bahwa jilbab itu nggak wajib (ini bukannya 
  mengatakan bahwa nggak berjilbab itu wajib loh!)
  - apa ganti dari pengorbanan itu? seperti kata Herni dan 
  artikel 'kritik atas jilbab' gantilah dengan pakaian yang sopan.
  Pakaian yang sopan itu menggambarkan kepantasan (decency) yang 
  merupakan hallmark kemanusiaan. Itulah tujuan yang lebih mulia, yang 
  hanya bisa dicapai dengan mengorbankan yang menjadi keyakinan kita 
  selama ini bahwa 'jilbab itu wajib'.

  Liberal fundies yang suka ngejek2 orang berjilbab itu kan kena 
  penyakit sombong, nurutin hawa nafsunya sendiri. Bukan soal 
  konsisten atau nggak , tapi nurutin nafsu egois itu loh. 

  Salam
  Mia

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ari Condro" <masar...@...> 
  wrote:
  >
  > Yup, herni benar dalam tiga poinnya. Saya ulang di sini dengan 
  bahasa sendiri plus tambahan komen.
  > 
  > - pikiran quraish shihap dan asymawi berjalan dengan runtutan 
  logika yang sama. Karena itulah dikecam oleh anak insist karena 
  dianggap tidak mengambil referensi dari canon islam.
  > 
  > - kedua, wacana liberal adalah wacana untuk memberikan kebebasan 
  memilih sesuatu pilihan pada sang subyek. Maka sandrina menyerang 
  institusi metro tv karena melarangnya memilih jilbab. Menurutnya, 
  ini membuat dirinya tidak merdeka menentukan pilihannya. Dan ia 
  beranggapan bahwa iklim metro tv adalah liberal fundies. Mungkin 
  kata yg lebih tepat adalah barat minded ? Atau secular minded ?
  > 
  > - ketiga, kadang orang tidak bisa membawa pikiran besar dalam 
  kenyataan hidupnya sehari hari. Ini terjadi pada ulil. Istrinya 
  berjilbab. Dan ulil sendiri tidak berkehendak membela kaum lbgt 
  dengan melakukan rekonstruksi pemahaman wacana agama.
  > 
  > Beda dengan hamid basyaib misalnya, total football dalam berliberal 
  ria, bareng istrinya fathia syarif menyuguhkan wine dalam acara 
  perkawinan mereka yg bikin kagok para undangan yg petinggi organisasi 
  islam.
  > 
  > Fathia syarif, juga santai aja ikut acara wine tasting bersama 
  yohan handoyo, dan besok ini pesta makan wagyu beef bersama komunitas 
  jalansutra.
  > 
  > *wagyu beef ini sapinya diberi minum sampanye dan tubuhnya diurut 
  dan dimandikan, lagi lagi pakai 
  > minuman keras
  > 
  > 
  > salam,
  > 
  > 
  > 
  > -----Original Message-----
  > From: "h.s nurbayanti" <nurbaya...@...>
  > 
  > Date: Mon, 15 Dec 2008 21:01:00 
  > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  > Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
  > 
  > 
  > Komentar saya:
  > Pertama, persoalan esensi suruhannya adalah bersikap/berlaku santun 
  dan
  > modesty berbanding lurus dng persoalan jilbab itu wajib/tidak gak? 
  Maksudnya
  > apakah cara berpikirnya beruntun...
  > - jilbab tidak wajib
  > - esensi dari suruhan adalah santun dan modesty
  > kesimpulannya: gak berjilbab gpp.. yg penting, berlaku santun dan 
  bersikap
  > modest lah...ini esensi "wanita-muslimah".
  > kalau ya, apakah pemikiran ini juga termasuk: ya kalau berjilbab 
  ya gpp
  > juga.. lengkap dng segala "dilema" dan ke"ironis"annya (spt yg 
  dibahas di
  > email2 sebelumnya) Ataukah, keduanya adalah dua persoalan yg 
  berbeda...?
  > 
  > Kedua, bisa aja kan, spt kata mbak lina, soal "mualaf liberal"
  > Yg menggunakan pengetahuan barunya ttg persoalan ketidakwajiban 
  berjilbab
  > utk "menyerang" jilbab dan para jilbaber itu sendiri...
  > Padahal bukankah intinya liberal itu di free will? Pilihan. Yg bisa
  > membatasi adalah yg punya free will itu sendiri (kata temen saya yg 
  ngaku
  > liberal abis.. kanan mentok, gitu :P) Aku juga gak ngerti ini 
  maksudnya apa.
  > Tapi yg jelas, pilihan utk berjilbab perlu dihargai sama halnya 
  dengan
  > pilihan tidak berjilbab. Gitu ya?
  > 
  > Ketiga, belum tentu (laki2) yg berpendapat jilbab itu pilihan 
  perempuan
  > kemudian benar2 bisa memberikan pilihan itu ke perempuan yang 
  menjadi istri
  > atau anaknya. Bisa aja, laki2 yg demikian, di wilayah privat tetap 
  memilih
  > perempuan yang berjilbab dan lebih senang bila istri dan anaknya 
  tetap
  > berjilbab.
  > 
  > Ah, pusing... maksudnya kalau udah berteori dan beradvokasi ttg 
  agama dan
  > perilaku orang dalam beragama, jadi pusing hehehe..
  > Tapi emang harus ada orang yg kerjanya melakukan itu sih :P 
  Walaupun di
  > tataran praktek, kadang gak beda ma kyai yg ceramah ini itu tapi 
  tidak
  > tercermin di kehidupan privatnya. Ada yg gitu sih, tentu dan semoga 
  tidak
  > semua :-)
  > 
  > 
  > 2008/12/15 Mia <al...@...>
  > 
  > > Misalnya nih, diyakinkan bahwa Pak QS pernah menyimak tulisan 
  Asymawi
  > > yang duluan dari bukunya. Sebaiknya dalam edisi selanjutnya, ada
  > > ralat daftar bacaan/referensi.
  > >
  > > Ide itu 'menular' dan di hari gini jaman global internet, kadang 
  kita
  > > dibikin terkaget-kaget dengan cara penularan itu.
  > >
  > > Misalnya lagi, saya kasih contoh langsung saja. Saya dan tim 
  sangat
  > > sibuk kerja, nggak ada waktu memikirkan dampak daripada apa yang 
  kita
  > > lakukan ke dunia luar. Tahu-tahu kaget dengan fakta2 yang 
  disodorkan
  > > kolega lain tentang 'menularnya' konsep kita, diakui maupun nggak
  > > diakui, secara langsung maupun nggak langsung oleh yang 'meniru',
  > > secara nasional maupun internasional.
  > >
  > > Kalau saya orang pesimis, saya akan berpikir, wah konsepku 
  dibajak.
  > > Kalau saya orang optimis, saya akan berpendapat, alhamdulillah ada
  > > hikmah ajar dan kebersamaan.
  > >
  > > Perlu diperbanyak dan direkomendasi buku QS dan JIL ini, supaya
  > > generasi Islam baru belajar yang bener tentang jilbab.
  > >
  > > salam
  > > Mia
  > >
  > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%
  40yahoogroups.com>,
  > > "Ari Condro" <masarcon@>
  > > wrote:
  > > >
  > > > 1. Pak quraish shihab tidak mencantumkan karya asymawi sbg
  > > referensi. Ada sekitar 30 hal yg mirip. Temen temen bisa cari lagi
  > > diskusi di milis insist ttg hal itu
  > > >
  > > > 2. Banyak yg menyayangkan pandangan pak quraish shihab dalam 
  buku
  > > jilbabnya, apalagi ketika argumen dan bahasannya sangat asymawi
  > > sekali.
  > > >
  > > > Tapi benar kata mbak mia, bahwa kritik berawal ketika banyak yg
  > > tidak setuju ketika quraish shihab bilang jilbab tidak wajib.
  > > >
  > > >
  > > >
  > > > salam,
  > > >
  > > >
  > > >
  > > > -----Original Message-----
  > > > From: "Mia" <aldiy@>
  > > >
  > > > Date: Mon, 15 Dec 2008 12:14:57
  > > > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com <wanita-muslimah%
  40yahoogroups.com>
  > > >
  > > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Kritik Atas Jilbab
  > > >
  > > >
  > > > Arcon,
  > > > Maksudnya 'mencontek argumen asymawi secara mentah-mentah' Pak
  > > > Quraish Shihab nggak memasukkan buku Asymawi sebagai referensi 
  atau
  > > > daftar bacaan, gitu?
  > > >
  > > > Emangnya DDII Insist memprotes pendapat QS karena
  > > dianggap 'mencontek
  > > > mentah-mentah' argumen asymawi?
  > > >
  > > > salam
  > > > Mia
  > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com<wanita-muslimah%
  40yahoogroups.com>,
  > > "Ari Condro" <masarcon@>
  > > > wrote:
  > > > >
  > > > > nong ambil mentah mentah dari bukunya asymawi. tulisan yang
  > > > dipasang pun
  > > > > merupakan sari dari buku asymawi yang diterjemahkan dan
  > > diterbitkan
  > > > ulang
  > > > > oleh JIL.
  > > > > FYI :
  > > > >
  > > > > 1. Kritikan dari temen temen DDII di organisasi INSIST, ustad
  > > > Quraish Shihab
  > > > > juga diprotes bukunya yang tentang jilbab, lagi lagi karena
  > > banyak
  > > > yang
  > > > > mencontek argumen asymawi secara mentah mentah.
  > > > > 2. Asymawi sendiri adalah ahli hukum, jurnalis, dan pejuang 
  HAM.
  > > > Di mesir
  > > > > sendiri asymawi sangat dibenci oleh kalangan ikhwanul muslimin
  > > > karena
  > > > > banyak argumennya yang dianggap membela kepentingan kaum 
  sekuler.
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > > 2008/12/15 werkuwer <mnug2502@>
  > > > >
  > > > > > setidaknya ada cendekia muslim perempuan yang sangat 
  memahami
  > > > makna
  > > > > > kultural, personal dan sosial dari 'jilbab' itu sehingga
  > > > sedikitnya
  > > > > > dapat mencerahi para pengidap otokrasi. catatan yang saya 
  miliki
  > > > > > menunjukkan bahwa para mualaf mempunyai kecenderungan untuk
  > > > menerapkan
  > > > > > segala 'ajaran barunya' secara berlebihan sehingga malampaui
  > > > modelnya.
  > > > > > seperti yang ditulis dalam novel 'salah asuhan', hanafi yang
  > > baru
  > > > > > bergaul dengan belanda menjadi kebelanda-belandaan sehingga
  > > > > > tingkahlakunya menjadi lebih belanda daripada belanda itu
  > > sendiri.
  > > > > >
  > > > > >
  > > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > >
  > > > > --
  > > > > salam,
  > > > > Ari
  > > > >
  > > > >
  > > > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > >
  > > > [Non-text portions of this message have been removed]
  > > >
  > >
  > > 
  > >
  > 
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  > 
  > 
  > 
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke