Wa alaykumus salam wr. wb., Mas Ismail, bila Anda memahami bahasa Arab dengan baik dan benar, maka kita tidak bisa memaknai sebagaimana terjemahan leterlik.
1. Yang dicantumkan pada ayat itu adalah "syajarah" dan BUKAN "syajar". Pohon sebagaimana arti harfiah, itu bahasa Arabnya "syajar". Justru dari kata syajarah itulah bangsa Indonesia menyerapnya menjadi "sejarah". Padahal, bagi bangsa Arab sejarah itu tarikh. Jadi, yang dilarang kita mendekati itu adalah "sejarah jejak-jejak setan itu". 2. Menurut Alquran Q. 7:26, ada 3 jenis pakaian yang diturunkan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu pakaian penutup aurat, pakaian sebagai perhiasan, dan pakaian takwa. Nah, dari ketiganya pakaian takwa adalah yang terbaik. Pakaian takwa itu melampaui pakaian penutup aurat dan pakaian untuk perhiasan. 3. Aurat dalam Alquran tidak mesti berarti aurat yang berkaitan dengan tubuh yang harus ditutupi. Lha, kalau kita percaya seluruh manusia keturunan Adam dan Adam sudah diajari menutup aurat, maka ya tak ada kemungkinan manusia-manusia seperti suku-suku terasing di tanah air ini. Jadi, aurat yang dimaksud di situ adalah aib dalam tatanan sosial. Adam dilarang mendekati "sejarah" manusia yang kelam yang hanya mengikuti jejak-jejak setan. Tetapi, Adam terayu juga, maka terbukalah aib Adam pada masyarakat yang hidup pada waktu itu! Ingat, Adam adalah manusia yang hidup di masyarakat yang sudah memiliki peradaban bertani dan beternak. Para malaikat protes ketika Adam dipilih menjadi khalifah di dunia ini, karena masyarakat yang ada itu sudah membiasakan diri saling menumpahkan darah (Q. 2:30). Tetapi, Adam adalah sosok manusia yang berkualitas, maka ia dipilih (Q. 3:33). Adam dipilih karena kualitasnya unggul pada zamannya. Wassalam, chodjim ----- Original Message ----- From: istiaji sutopo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Cc: manmandir...@gmail.com ; manmand...@yahoo.com Sent: Sunday, June 21, 2009 11:32 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Jilbab - kewajiban jangan diremehkan Assalaamu'alaikum wr. wb. Mari benar2 kita perhatikan kisah Adam AS dan Hawa AS dalam ayat-ayat Al Qur’an : QS. 020 TAAHAA ( 120 – 121 ) فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَى فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى FA WASWASA ILAIHI SYAIITHAANU QAALA YAA AADAMU HAL ADULLUKA ALAA SYAJARATIL KHULDI WA MULKIL LAA YABLAA FA AKALAA MINHAA FABADAT LAHUMAA SAU AATUHUMAA WA THAFIQAA YAKHSHIFAANI ALAIHIMAA MIW WARAQIL JANNAH WA ‘ASHAA AADAMU RABBAHUU FAGHAWAA Kemudian Syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya ( Adam ) dengan berkata : “ wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ? Maka keduanya ( Adam dan Hawa ) memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun Surga dan durhakalah Adam kepada Tuhan-nya dan sesatlah dia. ( makan buah quldi adalah pelanggaran syari'at dan hakikatnya dosa membuka aurat ) Sejak diciptakan Hawa as, dari rusuk Adam as, mereka ijab qabul nikah resmi dengan mas kawin salawat Nabi Muhammad saw. 230 kali tanpa boleh bernafas ...disaksikan Jibril as. sekaligus walinya ... Jilbab dan pakaian muslim adalah pakaian Surga / pakaian taqea, yang diberikan Allah swt. seterusnya menjadi kewajiban penutupan aurat laki-laki ( topi dan gamis ) dan perempuan ( jilbab ), kemudian ditegaskan lagi didalam salah satu ayat Al Qur'an surat An Nuur. Oleh karena itu jangan main2 dengan penutupan aurat terutama wanita. karena rambutnua saja sudah aurat yang harus ditutup rapat. Banyak yang melanggar. Laki-laki batas auratnya seputar pusar sampai lutut, sehingga jarang yang melanggar. Semoga tercerah adanya ... wallahu a'laam bish shawab / Ismail --- On Sun, 21/6/09, kmj...@indosat.net.id <kmj...@indosat.net.id> wrote: From: kmj...@indosat.net.id <kmj...@indosat.net.id> Subject: Re: [wanita-muslimah] Jilbab - kewajiban jangan diremehkan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Sunday, 21 June, 2009, 5:31 PM Wah kok tahu bahwa dosa pertama Adam dan Hawa adalah membuka aurat. Ada rujukannya atau hanya perkiraan? Apakah ketika itu Adam dan Hawa sudah mengenakan pakaian? Mohon pencerahan. Kata orang Jawa Timur, "nek mung khayal, akueeh" KM ----Original Message---- From: issut...@yahoo. com Date: 21/06/2009 15:34 To: <wanita-muslimah@ yahoogroups. com> Cc: <manmandirimy@ gmail.com>, <manmand...@yahoo. com> Subj: Re: [wanita-muslimah] Jilbab - kewajiban jangan diremehkan As salaamu'alaikum wr. wb. Benar sekali, penutupan aurat sangat tinggi nilainya dimata Allah swt. bukan semata selembar kain tetapi adalah " pakaian taqwa " .... Menanggapi bung Sembiring, justru malahan karena selembar kain masalah ekonomi, kesehatan dan pendidikan akan selesai - karena Rahmat Allah swt. Insya Allah akan turun dengan derasnya .... Jangan diremehkan hal-hal yang ghaib. Perhatikan Al Qur'an QS 002 Al Baqarah ayat 003 .... Lihatlah bagaimana dosa pertama Adam as dan Hawa as adalah membuka aurat, meskipun dikiaskan atas pelanggaran larangan memakan / mendekati suatu pohon tertentu, sebagai semata-mata ujian Tuhannya, untuk bagaimana manusia diuji menta'ati apapun tanpa syarat atau logika lagi, tentang perintah dan larangan Allah swt. yang kita harus katakan " super absolut " ... Ingat Islam sudah ada semenjak Nabi Adam as. sehingga dengan tegas dinyatakan hanya agama Islam satu-satunya agama yang diakui dan dirhai Allah swt. Sehingga jilbab adalah penutup aurat - syarat mutlak bagi wanita dan tidak ada alasan apapun lagi, meski dunia pada kenyatan sekarang ini salah kaprah " diumpamakan " sudah melepas seluruh auratnya ... SYAITHAN PENYEBAB KERUSAKAN BANYAK WANITA SEKARANG Berhati-hatilah manusia karena kita ditaqdirkan mewarisi kakek-nenek kita Adam AS dan Hawa AS, dengan rapuhnya sifat kemauan yang kuat dari nasihat-nasihat agama, nasihat-nasihat Al Qur’an, apalagi dimasa sekarang ini, untuk waspada pada bisikan Syaitan yang tersembunyi. ... Syaitan berbisik selalu : “ WAHAI WANITA BUKALAH AURATMU, RAMBUTMU DAN TUBUH LAINMU SEBUKA-BUKANYA NISCAYA INDAH RASANYA ..... Menutup aurat sudah harus diilhami manusia, karena pada saat Adam AS. dan Hawa AS. melakukan kesalahan fatal, karena ditipu syaitan sehingga mereka membuka auratnya, ketika masih di Surga. Mari kita perhatikan kisah Adam AS dan Hawa AS didalam ayat-ayat Al Qur’an : QS. 020 TAAHAA ( 120 – 121 ) فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَى فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى FA WASWASA ILAIHI SYAIITHAANU QAALA YAA AADAMU HAL ADULLUKA ALAA SYAJARATIL KHULDI WA MULKIL LAA YABLAA FA AKALAA MINHAA FABADAT LAHUMAA SAU AATUHUMAA WA THAFIQAA YAKHSHIFAANI ALAIHIMAA MIW WARAQIL JANNAH WA ‘ASHAA AADAMU RABBAHUU FAGHAWAA Kemudian Syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya ( Adam ) dengan berkata : “ wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa ? Maka keduanya ( Adam dan Hawa ) memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun Surga dan durhakalah Adam kepada Tuhan-nya dan sesatlah dia. QS. 020 TAAHAA ( 115 ) وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْماً WA LAQAD ‘AHIDNAA ILAA AADAMA MIN QABLU FANASIYA WALAM NAJID LAHUU ‘AZMAA Dan sesungguhnya telah kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. Benar, sifat yang turun temurun, yaitu tiada kemauan yang kuat untuk senantiasa ingat kepada-Nya dan untuk senantiasa ta’at akan aturan-aturannya, menyebabkan manusia sebagaimana Nabi Adam AS dan istri beliau, membuat dosa manusia yang pertama kali, justru yang amat sepele, tetapi fatal - yaitu : membuka aurat mereka. Hal ini yang banyak tidak disadari manusia sekarang – mereka memasalahkan dosa-dosa yang besar seperti pembunuhan, perampokan, perkosaan, korupsi, perselingkuhan, yang memang sangat keji. Namun juga pelanggaran HAM, kritik pada pemerintahan dan hal-hal lain yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Sedangkan yang berada dihadapan mereka sendiri : para pembuka aurat – tidak pernah dipermasalahkan, padahal dosa itu dilakukan mereka setiap hari dari pagi sampai pagi esok harinya. Tutuplah aurat anda, niscaya Rahmat Allah swt. akan turun bertubi-tubi di negeri ini. Terutama bagi orang-orang yang merasa dirinya senantiasa mengalami begitu banyak masalah, problem dan kesusahan. Hampir-hampir tak ada ketenangan dan ketentraman dalam kehidupan mereka. Kami yakin akan hal itu terlebih bagi orang-orang kaya dan yang begitu kaya hartanya di negeri yang makmur ini. LALAILAH SEBAGIAN BESAR WANITA yang tidak didasari keyakinan Islam yang kuat untuk SENANTIASA MENUTUP AURAT; atau memang karena tidak pernah belajar agama dengan dengan benar, sesuai tuntunan Rasulullah saw. ( Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ). Terlebih lagi tidak pernah diajari ilmu sejarah dengan benar semasa sekolahnya. Yaitu sejarah yang benar, dengan aturan-aturan Islam nenek moyang kita semua : Nabi Adam AS. dan Siti Hawa AS. seperti diantaranya menggunakan pakaian ( penutup aurat ) yang di Ridhai Allah SWT. ( untuk wanita : JILBAB atau HIJAB ) ITULAH KESALAH KAPRAHAN PAKAIAN WANITA HAMPIR DISELURUH DUNIA SEKARANG INI ATAU LEBIH TEPAT KITA SEBUT – KEBABLASAN KEHIDUPAN WANITA MASA KINI, TERHADAP UNSUR SYARI’AT-SYARI’AT ALLAH SWT. YANG SEBENARNYA SUDAH DITUNTUNKAN DENGAN KE MAHA BENARAN-NYA. ALLAH SWT. SANGAT MAHA MENYAYANGI DAN MAHA MELINDUNGI HAMBA-HAMBA- NYA DARI ANCAMAN SIKSA API NERAKA YANG MENGERIKAN ITU …. DITUNTUNKAN MULAI DARI NABI ADAM AS. SAMPAI NABI MUHAMMAD SAW. INGAT RAMADHAN HAMPIR TIBA, COBALAH SEKALIGUS MENGUJI KEIMANAN DAN KETAQWAAN WANITA MULAI MENUTUP AURAT SETERUSNYA - ISTIQAMAH ... AMIIN .. wa'assalaam / Ismail --- On Fri, 19/6/09, sunny <am...@tele2. se> wrote: From: sunny <am...@tele2. se> Subject: [wanita-muslimah] Jilbab To: Undisclosed- Recipient@ yahoo.com Date: Friday, 19 June, 2009, 2:38 PM Refleksi: Jafar Umar Thalib, panglima Laskar Jihad Sunnah Wal Jamaah menjadi guru agama? Apakah pengalamannya bersama Mujahidin dan Taliban di Afghanistan dan misi di Maluku dan Sulawesi Tengah diamalkan dalam pendidikan persiapan untuk masa depan? http://www.gatra. com/artikel. php?id=127423 Jilbab Ja'far Umar Thalib Pengasuh Pondok Pesantren Ihya' as-Sunnah, Yogyakarta Sebagai guru agama, penulis tidak ikut-ikutan di arena ingar-bingar politik praktis berupa "pesta demokrasi" sekarang ini. Tugas kami adalah mendidik anak bangsa dengan pembekalan dan pengamalan ilmu-ilmu keislaman. Juga kami hanya menasihati berbagai pihak untuk tetap dalam semangat menjunjung tinggi keimanan dan keislaman. Dalam rangka itulah, artikel ini kami tulis: menasihati umat Islam agar jangan menelantarkan kewajiban menjunjung tinggi keimanan dan keislaman, khususnya bagi mereka yang sedang bergelut di dunia politik praktis. Akhir-akhir ini, ada gejala aneh pada sebagian tokoh Islam yang sedang aktif berperan serta dalam pesta demokrasi itu. Mereka menyatakan keresahannya tentang penampilan jilbab istri-istri calon presiden dan calon wakil presiden tertentu. Anas Urbaningrum, yang notabene adalah mantan tokoh HMI, menyatakan keresahan itu, meskipun dengan bahasa yang santun. Dan ternyata tidak cukup pernyataan Bung Anas saja. Bahkan tidak tanggung-tanggung muncul pernyataan dari Tifatul Sembiring, yang juga salah satu tokoh umat Islam, yang kurang pada tempatnya. Dalam salah satu pernyataannya yang dimuat majalah mingguan Ibu Kota, pekan lalu, ia berucap: "Apa kalau istrinya berjilbab, lalu masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik?" katanya. "Soal selembar kain saja kok dirisaukan." Mari tenangkan hati dan pikiran kita dalam berbagai kesibukan dan kepanikan sedahsyat apa pun untuk mengingat bahwa kepentingan menjunjung tinggi syi'ar (simbol kemuliaan) Islam harus diletakkan di atas segala-galanya. Allah Ta'ala berfirman: "Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syi'ar-syi'ar agama Allah, maka sungguh sikap yang demikian itu timbul dari ketakwaan hati" (Al-Quran surah Al-Hajj 32). Dan jilbab adalah salah satu dari syi'ar-syi'ar agama Allah, sebagaimana ditegaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya: "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri- istri orang mukmin: hendaklah mereka memanjangkan jilbabnya untuk menutup seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Al-Quran surah Al-Ahzab 59). Sebagai ilustrasi, penulis nukilkan di sini tentang riwayat sebab turunnya surah Al-Ahzab 59 tersebut. Dikisahkan, pada waktu itu orang-orang munafik senang mengganggu perempuan-perempuan muslimah untuk merendahkannya. Dan ketika ditegur atas perbuatannya itu, berkilahlah mereka bahwa gangguan itu dilakukan karena menyangka bahwa para muslimah itu adalah budak-budak perempuan. Maka, turunlah ayat ini agar para muslimah itu tidak lagi disangka sebagai budak sehingga tidak diganggu, dan dikenali sebagai perempuan yang terhormat. Dengan demikian, jilbab itu adalah simbol perempuan muslimah yang terhormat menurut Allah Ta'ala. Dan kita disuruh menghormati siapa yang dihormati oleh Allah Ta'ala. Maka, janganlah mengeluarkan kata-kata yang merendahkannya, meskipun jilbab itu dipakai lawan politik yang sedang berlaga di arena pesta demokrasi. Timbul pertanyaan, apakah karena penduduk negeri ini berasal dari berbagai latar belakang etnis dan agama, maka istri seorang pejabat negara dengan entengnya meninggalkan ajaran agamanya? Bukankah agama harus ditempatkan pada posisi terhormat? Keberanian dalam melaksanakan ajaran agama dalam semua aspek kehidupan adalah indikator penempatan agama dalam posisi terhormat tersebut. Mereka yang sedang berlaga di arena pesta demokrasi perlu memahami bahwa perkara politik praktis adalah perkara dunia yang sebentar lagi akan kita tinggalkan. Sedangkan menjunjung tinggi syi'ar-syi'ar kemuliaan Islam adalah perkara dunia dan akhirat. Maka, janganlah perkara dunia semata diutamakan di atas perkara dunia dan akhirat, meskipun dengan alasan dalam rangka memperjuangkan kepentingan agama. Apakah memperjuangkan kepentingan agama itu dengan cara menginjak- injak kemuliaan agamanya terlebih dahulu? Bagaimana mungkin perjuangan "demi agama" yang demikian ini akan diberkahi Allah SWT? Ja'far Umar Thalib Pengasuh Pondok Pesantren Ihya' as-Sunnah, Yogyakarta [Kolom, Gatra Nomor 31 Beredar Kamis, 11 Juni 2009] [Non-text portions of this message have been removed] New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail. promotions. yahoo.com/ newdomains/ aa/ [Non-text portions of this message have been removed] New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]