mbak Mia, membahas Adam dan Hawa memang meskipun merupakan kisah lama, namun tidak pernah basi dibicarakan setiap saat, paling tidak, ada beberapa pesan moral dari kisah ini :
1) Tentang Adam dan Hawa sebagai mitologi; Qur'an tidak pernah menyebut siapa manusia pertama, kalau adam adalah nabi pertama memang ya, karena tidak dikisahkan nabi sebelum Adam, dan adam adalah sederet nabi-nabi yang tergabung dalam 25 nabi atau rasul yang amat dikenal dalam khazanah islam. Para antropolog karena tidak menemukan bukti arkeologis, maka menyebut adam sebagai mithos belaka. Qur'an sebenarnya bukan kitab sejarah meskipun berbicara sejarah. Secara gamblang qur'an menyebutkan bahwa di antara kisah-kisah orang-orang terdahulu ada yang jejak-jejaknya bisa dilihat bekasnya, namun ada yang musnah (QS 11:100). Maka kalau para ilmuwan tidak berhasil menemukan bukti jejak nabi adam secara arkeologis tidak berarti mithos kan mbak Mia ?? Memang banyak juga qur'an menyebutkan kisah orang-orang terdahulu yang tidak diketahui track recordnya secara jelas, paling tidak, ada banyak perdebatan siapa figure yang dimaksud qur'an, contohnya : lukman hakim dan zulqarnain. 2) Tentang perintah sujud kepada Adam; ketika iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, jelas sekali dipaparkan bagaimana dialog Allah dengan Iblis, Iblis diciptakan dari api, sedang adam diciptakan dari tanah. Iblis merasa api lebih baik daripada tanah karena itu iblis enggan bersujud pada adam, sehingga dipandang pengingkaran iblis ini diberikan sanksi berupa diusir dari jannah dan ditempatkan di neraka jahannam, menunjukkan ada pesan dari Tuhan paling tidak kalau dilihat dari dua sisi yaitu politik dan sains. Dari sisi politik misalnya, karena ada penunjukan adam sebagai khalifah di muka bumi. Ini merupakan pesan bahwa yang namanya khalifah (penguasa) itu membutuhkan legitimasi untuk bisa menjalankan tugasnya secara efektif, tanpa pengakuan dari rakyat jelas akan bermasalah dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya. Meskipun iblis sebagai makhluq jin adalah penghuni alam yang berbeda dengan alam yang dihuni adam, lebih menunjukkan bahwa Tuhan menyampaikan pesan kepada hamba-nya bahwa seorang "adam" membutuhkan ketaatan dari pihak lain yang pada gilirannya akan berguna bagi kelangsungan kepemimpinannya. Sedangkan dari aspek sains, sebenarnya sudah menjadi hukum alam bahwa api harus tunduk kepada tanah, kalau hukum alam ini tidak berlaku maka kasihan para ibu, mbak Mia, istri saya, termasuk para juru masak, beras yang akan dimasak/ditanak tidak akan pernah matang, karena api enggan membakar tungku yang memuat beras untuk ditanak. Begitu pula sarana transportasi seperti kereta api yang dapat menghasilkan tenaga besar adalah karena kerjasama sinergis antara batubara yang dipanaskan (wakil dari api) dengan tembaga (wakil dari tanah) kalau iblis dibiarkan membangkang pada adam, tentulah hukum alam ini tidak berjalan sebagaimana mestinya maka manusialah yang repot. 3) Tentang Adam dan Hawa terusir dari jannah; dikisahkan bahwa adam dan hawa digambarkan hidup di "jannah" adalah serba enak, karena apa yang diinginkan menjadi terpenuhi karena serba given, tidak perlu susah berjuang untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Selanjutnya Ada larangan dari Allah berupa larangan mendekati "syajarah", Adam dan Hawa tidak hanya melanggar mendekatinya malah memakan "buah dari syajarah" tsb karena bujuk rayu syetan. Sehingga sanksi yang didapat adalah auratnya terlepas yang digambarkan meraih daun-daun di jannah untuk menutupi auratnya, sanksi berlanjut dengan disingkirkannya Adam dan Hawa dari "jannah" hidup terlunta-lunta penuh penderitaan di bumi. Sebenarnya kisah tsb menggambarkan adanya siklus kehidupan umat manusia, bahwa kehidupan yang dialami Adam dan Hawa di "jannah" yang serba given dan enak itu juga dialami pula oleh seluruh manusia termasuk kita, bahwa kita mengalami siklus kehidupan yang pertama di alam rahim (uterus) yang berupa janin (amat menarik bahwa sebenarnya kata "janin" ini dekat maknanya dengan "jannah") bukankah ketika kita sebagai janin tidak pernah susah memikirkan sandang pangan dan papan, karena semuanya sudah disuply sepenuhnya oleh ibunda yang mengandung kita. Selanjutnya ketika Adam dan Hawa tersingkir dari "jannah" hidup terlunta-lunta di bumi, yang semula hidup serba given berubah menjadi serba berusaha kadang gagal, kadang berhasil. Siklus demikian juga dialami kita (anak cucu adam), setelah menjadi janin berproses menjadi bayi selama 9 bulan dikandung ibunda giliran keluar menghirup alam dunia terputuslah placenta tsb sehingga bayi yang dilahirkan selalu menangis tibalah siklus berikutnya yaitu tidak serba given model supply makanan dengan placenta, berubah ke siklus serba berjuang butuh effort banyak pihak untuk melanjutkan kelangsungan hidup, disusui, dimandikan dan sebagainya, disapih hingga mandiri ada proses panjang untuk memaknai hidup yang sebenarnya. 4) Tentang Adam dan Hawa melanggar larangan; Yang menarik dari kisah Adam dan Hawa yang melanggar larangan Tuhan agar tiak mendekati "syajarah". Adam dan Hawa tidak hanya melanggar larangan tersebut malah memakan "buah dari syajarah" tsb karena bujuk rayu syetan menimbulkan implementasi yang berbeda bagi penganut Nasrani dan Islam. Penganut nasrani menganggap Adam adalah pelaku dosa pertama yang akan diwarisi terus oleh umat manusia, sehingga diperlukan orang yang harus menebus dosa tersebut yaitu dengan penyaliban nabi Isa. Maka Orang Nasrani meyakini apa yang dinamakan dosa waris, sehingga dikenal ritual "baptis" terhadap bayi yang dilahirkan. Sementara penganut Islam karena tidak mengenal konsep dosa waris maupun pahala waris, maka tidak mengenal namanya penyaliban siapapun tidak diyakini bakalan menebus atau menghapus dosa warisan tsb. Ritual baptispun dalam artian "mengurapi" tidak dikenal dalam islam. Wassalam Abdul Mu'iz --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <al...@...> wrote: > > Memahami kisah Adam dan pasangannya (yang di Al-Baqarah itu disebut > 'zaujaha', kenapa ya?), saya lebih menyukai pemahaman yang lebih ribet tapi > optimis...:-) > > Keribetan pertama, saya memahami kisah Adam dan pasangannya itu sebagai > mitos/simbol/metafora/perumpamaan/ayat, yaitu perumpamaan untuk asal usul > keberadaan manusia di dunia ini sebagai khalifah. Keribetan selanjutnya, saya > memahami bahwa Quran seperti kitab2 suci dan kuno lainnya, menjelaskan aspek > psikologi manusia yang belum atau yang sulit dijabarkan dengan deskripsi > kata2 yang logis deskriptif ilmiah, dengan mitos2 personal, seperti wayang2 > itulah. Bahkan kalau kata Karen Armstrong, orang jadul bernalarnya emang > dengan mitologi seperti itu. > > Kisah Adam dan pasangannya, sebagai konsep, tapi dijabarkan seolah sebagai > persona, inilah yang namanya mitologi. Namun konon menurut...siapa, saya > lupa...justru Quran konsisten, misalnya menyebut 'zaujaha' pasangannya, > sebagai ummah yang konseptual, bukan sebagai kelamin laki2 maupun perempuan. > > Dan keribetan lain lagi, ini diperlukan untuk keoptimisan saya. Syajaroh > adalah simbol yang memang artinya pohon. Simbol pohon di buku2 kuno itu, ini > diamini oleh seorang temen saya dosen di Bandung sambil menunjukkan bukunya - > melambangkan ilmu pengetahuan, seringnya obat2an atau yang berkaitan dengan > tanam2an/pertanian. > > Keoptimisan saya, mengikuti pendapat Muhammad Iqbal, bahwa pohon pengetahuan > itulah yang dimakan oleh Adam dan pasangannya, dimana pengetahuan itu > mengandung resiko2 kehidupan. Umpamanya, Adam belum lahir (di sorga), dan > diajari "nama2" atau "pengetahuan awal, tunggal". Dan ketika dia makan buah > pengetahuan itu, itulah buah kehidupan (i.e. pengetahuan yang rasional), > dengan segala resiko yang inheren di dalamnya. > > Dalam kapasitasnya sebagai khalifah yang menginisiasi pengetahuan paska sorga > ini, Adam dan pasangannya diharuskan untuk memilih, dan pilihan yang selalu > benar itu adalah yang selalu mendekati 'pengetahuan awal, tunggal' itu. > Makanya agama selalu mengatakan, kehidupan akhirat itu lebih baik > dibandingkan kehidupan dunia, kalau saja kamu tau ---> pengetahuan awal itu > lebih baik ketimbang pengetahuan dunia, kalau saja kamu pandai memilih, > artinya memenej resiko. Dan model ini bisa diaplikasikan dalam setiap level > kehidupan. > > salam > Mia >