di perkuliahan kemarin ketemu satu profesor.  orang bali.  hindu gitu
deh.  dia cerita ketika dia membantai mahasiswa s3 di ujian disertasi
yang temanya ekonomi islam. argumennya agama itu lebih tinggi dari
ilmu, jadi ekonomi islam bermasalah karena mengerdilkan tuhan.  tapi
di sisi lain, dia juga cerita tentang pamannya yang pindah ke budha.
dan dia kayaknya lumayan apresiatif sama pamannya tuh.  (padahal rata
rata orang hindu tuh punya dendam kesumat mendalam terhadap budha).di
saat yang sama dia memuja tokoh sabdo palon dan naya genggong.

saya pikir manusia tuh lucu juga yah.
kita dipisahkan oleh ideologi.

meskipun di akhir kuliah doi welcome, untuk kita mahasiswanya dolan ke
rumahnya di ubud pas akhir tahun.  (akhir tahun anak anak malah dolan
ke batu hehehe ... gak jadi deh spa di bali ... :p)




2010/1/19 ismail sutopo <manmandir...@gmail.com>:
> Tragedi Kiyai Liberal, Akhir Hayatnya Memilukan
>
>
> 100119-ISMAIL-Assalaamu'alaikum wr. wb
>
>
>
> Suatu pelajaran berharga bagi Jaringan Islam Liberal-ICRP dll ketika seorang
> tokoh cendekiawan Liberal mendapati puterinya dihamili orang ..bacalah
> kisahnya ..
>
>
>
>  “Apa!? kamu hamil?!” Pak tua itu terbelalak mendengar pengakuan putri
> bungsu yang dicintainya. Dia langsung berdiri dan memburu ke arah sang
> putri, mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap mendaratkan tamparannya,
> tapi...
>
>  “Jangan Paa... sabaar..!” istrinya menjerit sambil berusaha menghalangi
> dengan memeluk erat tubuh gadis kesayangannya. Sang bapak pun mengurungkan
> niatnya, tapi nampak jelas kemarahan dan kekecewaan luar biasa menguasai
> dirinya. Tubuhnya bergetar, matanya merah melotot, menatap tajam ke arah
> putrinya.
>
>  “Siapa!? Siapa yang berbuat kurang ajar begini, hah??” bentaknya tiba-tiba.
>
>
> Sang putri hanya terdiam, terisak dan menyembunyikan wajahnya dalam pelukan
> sang ibu.
>
>
>  “Ya Allahhh… kenapa ini terjadi pada keluargakuu. .?? Aku yang ditokohkan
> orang sebagai cendekiawan muslim terkemuka di negeri ini, hanya membesarkan
> seorang pelacur!!!” Orang tua itu mengeluh dan mengomel seolah ingin
> memuntahkan seluruh kekesalan dan kekecewaan dari ubun-ubunnya. Sementara,
> sambil terus memeluk anaknya, sang istri berusaha menenangkan suasana.
>
>
> “Istigfar Paa, siapa sih yang pelacur? Anak kita kan hanya korban…” belum
> selesai si istri berbicara, “Korban apa? Wong dia sengaja melakukannya! !!”
> Pak tua yang masih kesal itu kini bertambah marah mendengar istrinya
> berusaha membela sang anak.
>
>
> Suasana langsung hening, sang istri hanya menunduk, tidak mampu berkata
> apa-apa. Sejenak kemudian lelaki tua itu menarik kursi ke arah istri dan
> anaknya yang masih saling berpelukan, dan menghempaskan tubuhnya yang mulai
> renta itu.
>
>
> “Ufhhh…, kenapa kau lakukan ini, Nak?” nada bicaranya nampak mulai menurun.
> Lalu dia menunduk sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan keriputnya,
> seakan tindakan itu bisa menutupi rasa malu yang akan dipikulnya ketika
> tersiar kabar di media massa infotaintment, “Putri Cendikiawan Muslim
> Terkemuka Liberalis, Hamil di Luar Nikah dengan Pemuda Kristen.”
>
>
> “Pokoknya, kamu harus dicambuk seratus kali!” tiba-tiba dia berucap tegas. I
>
>
> Istrinya yang sedari tadi diam, serta-merta menoleh ke arahnya sambil
> mengernyitkan dahi.
>
>  “Apa, Pa? Dicambuk? Bukannya papa pernah bilang cambuk itu hukuman primitif
> yang tidak pantas untuk diberlakukan lagi? Papa juga sering menulis di buku
> dan berbagai media bahwa hudud itu sudah tidak relevan dan ketinggalan
> zaman?!” sang istri memberanikan diri untuk angkat bicara.
>
>
> Mendengar itu, sang cendekiawan pun semakin terhenyak ke kursinya, dia pun
> terdiam tak tahu harus bagaimana.
>
>
>
> *****
>
>
>
> Semenjak kejadian itu, kini lelaki tua tujuh puluh tahunan itu terkulai
> lemah di atas pembaringan sebuah ruangan gawat darurat sebuah rumah sakit
> ibu kota . Dia mengalami depresi yang cukup berat. Dalam dirinya terjadi
> pertentangan batin yang hebat. Dia sadar bahwa selama ini dia terdepan
> meneriakkan keabsahan nikah beda agama, meneriakkan slogan  anti penerapan
> syariat Islam, menentang jilbab dan menyatakan jilbab bukan ajaran Islam
> tapi tradisi Arab. “Itu budaya orang Arab, bukan budaya Islam!” tegasnya
> setiap saat ketika memberikan mata kuliah di depan mahasiswanya.
>
>
>
> Tapi, kini nuraninya berontak ketika menyaksikan kedua putri-putrinya
> menyingkap aurat, berpakaian minim dan sudah tidak seakidah lagi dengannya.
> Dia ingin menyuruh mereka istiqamah dalam syariat Islam, hidup dalam rumah
> tangga islami,  dan menutup aurat seperti yang diperintahkan Al Quran, tapi
> apa daya nasi sudah menjadi bubur.
>
>
> Kedua putrinya justru jadi orang yang gigih mengamalkan ideologi sekuler
> liberalnya.
>
> Dengan busana gaul ala artis MTV, kini putrinya terjerumus kepada perbuatan
> zina dengan pemuda non muslim. Nuraninya menuntut untuk menjatuhkan hukuman
> sesuai dengan syariat Islam. Karena dia sangat mengerti bahwa hukuman di
> dunia akan membebaskan sang putri dari hukuman yang lebih dahsyat di akhirat
> nanti.
>
>
> “Nak, walau bagaimana, kamu adalah seorang muslimah, jika terlanjur
> melakukan zina, kamu harus bertobat dan dihukum dengan hukuman yang telah
> ditetapkan oleh Islam.” Entah untuk ke berapa kalinya dia mengatakan itu
> pada sang putri. Karena tuntutan nuraninya, dia selalu mencoba meyakinkan
> putrinya agar mau menjalani hukuman cambuk dan pengasingan.
>
>
> Hingga suatu ketika, saat saat sang putri membesuknya, dia mencoba membujuk
> putrinya. Tak disangka-sangka sang putri langsung berkata, “Ya sudah, kalau
> memang dalam Islam seperti itu, aku mau masuk Kristen aja!”
>
>
> “Apaaa?!” bak disambar petir, pak tua itu langsung terlonjak berdiri.
> Matanya melotot seolah mau copot. “Kamu sudah gila, ya? Kalo kamu masuk
> Kristen, kamu berarti Murtad!! Kamu kafir dan...” Ia tak sanggup lagi
> meneruskan kata-katanya, karena amarahnya sudah membumbung tinggi. Dengan
> suara menggelegar dia hardik sang putri yang langsung terdiam, menggigil
> ketakutan.
>
>
> “Apa nggak salah denger nih, Pa?” tiba-tiba putri sulungnya yang kebetulan
> sedang berkunjung, angkat bicara membela adiknya. “Papa ngomong apa sih,
> murtad.. kafir…
>
> Hak Diana dong Pa, untuk masuk Kristen, karena dia sudah merasa tidak cocok
> dengan Islam. Agama kan, wilayah privat yang tidak bisa dicampuri orang
> lain. Pindah agama ke Kristen adalah wilayah privat Diana. Papa tidak bisa,
> dong... ikut campur!”
>
>
>
> “Jangan asal ngomong kamu, Len!!” pak tua itu langsung membentaknya.
>
> “Dengar Lena, sebenarnya papa tidak pernah merestui kamu menikah dengan
> orang Kafir itu. Haram hukumnya muslimah menikah dengan orang kafir!!”
>
>
> “Sekarang papa berani bilang begitu, lalu kenapa papa selama ini sibuk
> menulis di buku dan berbagai media bahwa semua agama itu sama kebenarannya?
> Untuk apa papa berkoar-koar semua pemeluk agama akan masuk surga? Itu semua
> bohong? Iya, Pa ? Papa selama ini hanya menipu orang banyak dengan semua
> tulisan dan ucapan Papa itu?” Lena memberondong sang ayah yang sudah tua dan
> sedang sakit itu dengan berbagai pertanyaan yang sangat menyudutkan.
>
>
> “Diaamm..!!!” dia semakin kalap mendengar ocehan sang putri sulung.
>
>
> “Kenapa Lena harus diam? Lena kan hanya mengulang ucapan-ucapan yang Papa
> ajarkan!” Si sulung tidak mau kalah, balas membentak. “Asal Papa tahu,
> sekarang aku sudah ikut agama Mas Yudha, aku sudah masuk agama Budha!”
>
>
> “Apaa?! ... beraninya kamu murtad Lena .. kamu sudah kafir, akan masuk
> neraka… darahmu sekarang halal ditumpahkan… akan aku bun... aaaakhhh!”
>
>
> “Pa..pa..istigfar pa…, istigfaaar!! !” Sang istri berusaha menenangkan
> suaminya yang berteriak-teriak mengigau. Lelaki itu terus meronta-ronta
> sambil berteriak tak karuan.
>
>
> "Susteer… tolong susteer..” Sang istri pun menjerit histeris. Tak lama
> kemudian berdatanganlah beberapa perawat laki-laki, memegangi tangan dan
> kakinya sampai dia tenang kembali.
>
>
> “Ahh.. hhh..hhh” lelaki itu nampak terengah, nafasnya memburu..
>
>
> “Tenang Pak, istigfar..” salah seorang perawat terus berusaha
> menenangkannya.
>
>
> Lelaki tua itu pun berangsur tenang, perlahan dia membuka kedua bola
> matanya, memandang sekelilingnya. Nampak olehnya sang istri yang masih
> menyisakan cemas di wajahnya. Kedua biji matanya menyapu sekeliling ruangan
> itu, namun tak didapatinya kedua orang putrinya.
>
>
>  “Ma.. apa.. d..Di..ana jj..jadi masuk kk..Kristen?” mulutnya bergetar,
> dengan suara yang amat lemah dia berusaha bertanya ke istrinya. Setelah
> terdiam beberapa saat, bingung harus menjawab apa, sang istri pun
> memberanikan diri untuk mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
>
>
>
> ..Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali
> memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu
> sangat dihafalnya sejak kecil...
>
>
> “Fhhhhh…” lelaki itu menghembuskan nafas kuat-kuat, seolah ingin melepaskan
> semua beban di dadanya. Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong,
> perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah
> hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil... “Apabila anak Adam
> meninggal dunia, terputus seluruh amalannya kecuali tiga perkara… Ilmu yang
> bermanfaat, shadaqah jariah, dan anak shaleh yang akan mendoakan..”
>
>
> Dia langsung membelalakkan matanya, “Anak yang shalehhh…” mulutnya berdesis.
> “Aku tidak punya anak yang shaleeeh… kedua putri ku telah murtaaad!!..
> aahhh, siapa nanti yang akan mendoakanku? ? Hik..hik..hik. .” dia pun
> terisak, tubuhnya berguncang hebat menahan isakan tangis penyesalannya.
>
>
> ***
>
> Sang cendekiawan tertunduk menatap tajam ke arah gundukan tanah yang masih
> merah tempat istrinya dibaringkan untuk selama-lamanya. Tanpa disangka,
> istrinya yang segar-bugar, mendahuluinya menemui sang Khaliq. Sementara sang
> cendekiawan tua yang belum bisa mengatasi depresi berat itu masih bertahan
> hidup, meski sakit-sakitan. Kini, tinggallah Kyai Liberal ini dengan dua
> orang putrinya.
>
>
> Tiba-tiba dia tersentak, teringat kedua putrinya kini beda agama dengannya,
> berarti hanya dia sendiri yang muslim.
>
>
> Ketika hendak beranjak berdiri. Tanpa sengaja bola matanya terpaku pada
> sebuah nisan berlambang salib, tak jauh dari makam istrinya. “Ya Allah, bila
> aku mati nanti, akankah namaku terpampang di batu nisan seperti di makam
> salib itu?” [...@hra/voa-islam.com]
>
>  http://www.voa- islam.com/ news/hikmah/ 2009/12/27/ 2231/tragedi-
> kiyai-liberalakh ir-hayatnya-
> memilukan/<http://www.voa-islam.com/news/hikmah/2009/12/27/2231/tragedi-kiyai-liberalakhir-hayatnya-memilukan/>
>
> 1/6/2010 12:34 PM
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> ------------------------------------
>
> =======================
> Milis Wanita Muslimah
> Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
> Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
> Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
> Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
> Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com
>
> Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
>
>
>
>



-- 
salam,
Ari


------------------------------------

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    wanita-muslimah-dig...@yahoogroups.com 
    wanita-muslimah-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke