"Aksi membuka jilbab mewarnai konvoi kelulusan siswa/siwi SMA/MA dan SMK di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, pekan yang lalu. Siswi yang biasanya diharuskan menggunakan jilbab, saat konvoi tidak lagi menggunakan jilbab. Bahkan jilbab para siswi ini dijadikan bendera sambil berboncengan dengan teman laki-laki mereka. Para siswi ini juga merayakan kelulusan dengan menggunting rok."
Berita ini menunjukkan adanya sebuah fenomena liberasi terhadap kekolotan yang selama ini dipaksakan terhadap anak-anak perempuan itu. Mereka berusaha merampas kembali hak-hak dasar mereka dari aturan orang-orangtua kolot yang selama ini membuat hidup mereka tidak nyaman. Kesadaran terhadap hak-hak dasar ini akan tumbuh dengan sendirinya dan oleh karenanya tidak akan dapat dicegah oleh siapapun dan dengan cara apapun. Jikalaupun kemudian 'otoritas agama' harus memaksakan kembali aturan memakai jilbab, pelaksanaannya pun akan menghadapi resistensi dari anak-anak muda yang telah memilih meliberasi-diri mereka. Aturan yang dipaksakan tersebut tentu akan dirasakan sebagai beban yang membuat hidup mereka terbelenggu. Sebaliknya, jika sepenuhnya kebebasan itu dikembalikan kepada mereka, bisa jadi mereka akan memilih mengenakan jilbab mereka secara sukarela. Kesimpulan: Perempuan tidak sebodoh angan-angan para lelaki kolot...