"sunny"----------Bismilahirrahmanirrahiim Kami tidak sependapat dgn Ibn Arabi dalam hal;
Bahwa orang2 yahudi dan Nasrani yang ==TIDAK BERIMAN KPD MUHAMMAD== adalah tidak masuk Golongan Syurga. Kalau begitu pendapatnya bertentangan dgn peringatan ALLAH kpd Rasul waktu itu,dimana ALLAH memperingatkan Rasul bahwa orang2 yahudi dan Nsrani itu saya berikan==kiblat masing2== dan kitab masing2==rasul masing2. Kalau mereka mengikuti kitab2nya, beriman kpd ALLAH dan beriman kpd'hari kemudian dan berbuat baik.----->> maka mereka golongan Syurga. ===================================== Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) (1)yang benar-benar beriman kepada Allah, (2)hari kemudian dan (3) beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka(masyuk syurga) dan tidak (pula) mereka bersedih hati.QS.5:69. ========================================= dari ayat itu jelas bahwa orang2 yahudi dan nasrani yang tdk beriman kpd Muahmmad saw tetap golongan syurga... asalkan saja mereka tidak memerangi Rasul dan agama Islam salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "sunny" <am...@...> wrote: > > " My heart has adopted every shape; it has become a pasture for a gazelles, > and a convent for Christian monks.A temple for idols, and a pilgrim's Ka'ba, > The tables of a Torah, and the pages of a Koran. I follow the religion of > Love; wherever Love's camels turn, there Love is my religion and faith." > > - Ibn Arabi[4] > ^ Cited in Monroe, James T. (2004). Hispano-Arabic poetry: a student > anthology. Gorgias Pr Llc. p. 320. ISBN 978-1593331153. > http://books.google.co.uk/books? > > > http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/05/22/116710-ibn-arabi-pendukung-pluralisme-agama-benarkah > > Ibn Arabi Pendukung Pluralisme Agama, Benarkah? > Sabtu, 22 Mei 2010, 17:02 WIB > > > > REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Meskipun lebih dikenal sebagai tokoh Sufi, Ibn > 'Arabi juga kampium dalam studi agama-agama. Ia bernama lengkap Abu Bakr > Muhammad ibn al'Arabi al-Hatimi al-Tai, asal Murcia, Spanyol. Ia lahir > tanggal 17 Ramadhan 560 H/28 Juli 1165 dan meninggal pada 16 November 1240 > bertepatan tanggal 22 Rabiul Akhir 638 pada usia tujuh puluh tahun. > > Oleh para pengikutnya, Ibn Arabi diberi julukan "Syaikh al-Akbar" (Sang > Mahaguru) atau"Muhyiddin" ("Sang Penghidup Agama"). Ayahnya adalah pegawai > penguasa Murcia, Spanyol. Ketika Ibn 'Arabi berusia tujuh tahun, Murcia > ditaklukkan oleh Dinasti al Muwahiddun (al-Mohad) sehingga ayahnya membawa > pergi keluarganya ke Sevilla. > > Pada tahun 620/1233, Ibn 'Arabi menetap secara permanen di Damaskus, tempat > sejumlah muridnya, termasuk al-Qunawi yang menemaninya sampai akhir hayat. > Selama periode tersebut, penguasa Damaskus dari Dinasti Ayyubiyah, Muzhaffar > al-Din merupakan salah seorang muridnya. Ibn 'Arabi wafat di Damaskus pada 16 > November 1240 bertepatan tanggal 22 Rabiul Akhir 638 pada usia tujuh puluh > tahun. > > Ibn 'Arabi telah menulis 289 buku dan risalah. Bahkan menurut Abdurrahman > Jami, ia telah menulis 500 buku dan risalah. Sedangkan menurut al-Sya'rani, > karya Ibn Arabi berjumlah 400 buah. Di antara karya Ibn Arabi yang paling > terkenal adalah al-Futûhat al-Makkiyyah, Fushûshul Hikam, dan Turjumân > al-Asywâq. > > Beberapa dasawarsa terakhir Ibn 'Arabi oleh sebagian kalangan sering diklaim > sebagai pelopor paham Pluralisme Agama. Dr Syamsuddin Arif menyebut, nama Ibn > 'Arabi dicatut dan dijadikan bemper untuk membenarkan konsep 'agama > perennial' atau religio perennis yang dipopulerkan oleh Frithjof Schuon, > Seyyed Hossein Nasr dan William C Chittick dalam tulisan-tulisan mereka. > > Padahal Ibn 'Arabi tegas menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama > yang sah di dalam pandangan Allah SWT. Setelah Nabi Muhammad SAW diutus, maka > pengikut agama-agama para Nabi sebelumnya, wajib beriman kepada Nabi Muhammad > SAW dan mengikuti syariatnya. Sebab, dengan kedatangan sang Nabi terakhir, > maka syariat agama-agama sebelumnya otomatis tidak berlaku lagi. > > Dr Mohd Sani bin Badrun, alumnus ISTAC-IIUM, dalam tesisnya berjudul "Ibn > al-'Arabi's Conception of Religion", menegaskan bahwa menurut Ibn Arabi, > syariat para Nabi terikat dengan periode tertentu, yang akhirnya terhapuskan > oleh syariat Nabi sesudahnya. Hanya Alquran, menurutnya, yang tidak > terhapuskan. Bahkan Alquran menghapuskan syariat yang diajarkan oleh > Kitab-kitab sebelumnya. Karena itu, syariat yang berlaku bagi masyarakat, > adalah syariat yang dibawa oleh Nabi terakhir. > > Salah satu kesimpulan penting dari teori agama-agama Ibn Arabi yang diteliti > oleh Dr Mohd Sani bin Badrun adalah: "Kaum Yahudi wajib mengimani kenabian > Isa AS dan Muhammad SAW. Kaum Kristen juga wajib beriman kepada kenabian > Muhammad SAW dan Alquran. Jika mereka menolaknya, maka mereka menjadi kafir." > Bahkan, Ibn Arabi pun berpendapat, para pemuka Yahudi dan Kristen sebenarnya > telah mengetahui kebenaran Muhammad SAW, tetapi mereka tidak mau mengimaninya > karena berbagai faktor, seperti karena kesombongan dan kedengkian. > > Menurut Ibn 'Arabi, sebagaimana dikutip oleh Dr Mohd Sani bin Badrun, tanda > paling nyata kebenaran Muhammad saw adalah Alquran, yang diturunkan dalam > bahasa Arab yang secara mutlak tidak dapat ditiru oleh orang-orang Arab > sendiri (al-Futûhat, 3:145). Bahkan beliau bertanya secara retoris, "Apalagi > tanda yang lebih bermukjizat selain daripada Alquran?" (al-Futûhat, 4:526). > Alquran juga mendatangkan apa yang sebagiannya telah disampaikan oleh > kitab-kitab terdahulu yang Muhammad tidak tahu isi kandungannya melainkan > melalui dari Alquran. > > Menurut Sani, Ibn 'Arabi justru meyakini bahwa orang-orang Yahudi, Nasrani, > ahli-ahli kitab (ashab al-kutub) pasti tahu bahwa Alquran adalah bukti dari > Allah akan kebenaran Muhammad (al-Futûhat, 3:145). Oleh karena mereka yang > mendustakan kebenaran Nabi Muhammad bakal diazab Tuhan karena Ia telah > menurunkan Alkitab dengan haq dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih > itu benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (al-Futûhat, 4:526). > > Ibn 'Arabi juga menegaskan bahwa para pemimpin ahli kitab telah menyesatkan > pengikut mereka dengan memerintahkan apa yang tidak pernah dikatakan Allah, > bahkan menyatakan kepada pengikutnya bahwa "ini dari Tuhan". Seperti dalam > Alquran, Ibn 'Arabi mengumpamakan para pemimpin ahli kitab itu seperti orang > yang diberi kitab tapi dilemparkan ke punggung mereka dan menjualnya dengan > harga yang murah. > > Mereka berbuat demikian karena sikap sombong (uluww). Sebagai fakta sejarah, > ini cukup untuk menjadikan agama ahli kitab sebagai 'agama hawa nafsu' > pemimpin mereka yang menyalahi kandungan Kitab mereka yang asal (al-Futûhat, > 1:303). Menurut Ibn 'Arabi, 'agama hawa nafsu' ini terlembagakan di kalangan > Yahudi dan Nasrani yang akibatnya kebenaran Nabi Muhammad SAW tersembunyi > dari pengikut ahli kitab. > > Karena itu, dengan membaca karya-karya Ibn 'Arabi secara serius, sangat > keliru jika memasukkan sang tokoh ini ke dalam barisan Transendentalis, yang > memandang bahwa semua agama sebenarnya jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan > dan akan bertemu pada level esoteris. Menurut Dr Sani, kekacauan terbesar > soal pemikiran keagamaan Ibn Arabi muncul dari karya William Chittick, > Imaginal World: Ibn al'Arabi and the Problem of Religious Diversity. Namun > masih banyak kaum Muslimin yang salah dalam membaca pemikiran Ibn 'Arabi > karena mengikuti pemikiran pemikir Barat tersebut. > > Red: irf > Rep: Budi Handrianto, Mahasiswa S3 Pendidikan Islam, Universitas Ibnu > Khaldun, Bogor > > [Non-text portions of this message have been removed] >