Tentara Israel Ketakutan Seperti Anak yang Dimarahi Bapaknya

Surat kabar Turki menerbitkan wawancara dengan aktivis kemanusiaan yang berada 
di kapal Mavi Marmara dan aktivis tersebut menggambarkan bagaimana mereka 
mengalahkan tiga pasukan komando Angkatan Laut Israel.
Seiring dengan munculnya gambar-gambar kontroversial pasukan IDF yang dipukuli 
aktivis kemanusiaan, surat kabar Turki Hurriyet pada hari Ahad kemarin (6/6) 
menerbitkan wawancara dengan sejumlah aktivis yang berada di kapal Mavi 
Marmara, di mana mereka menjelaskan secara rinci bagaimana mereka mengalahkan 
tiga pasukan komando angkatan laut selama terjadinya penyerangan terhadap kapal 
yang membawa bantuan kemanusiaan.
Salah satu aktivis, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Mahir Tan, 
mengatakan, "Tiga pasukan komando Israel tidak berdaya di tangan kami, nyawa 
mereka ada di atas kebijaksanaan kami."
Mahir Tan menceritakan bagaimana ia merebut salah satu senjata tentara Israel 
dan relawan lain melempar senjata itu ke laut. Kami tidak berpikir untuk 
menggunakan senjata itu melawan pasukan komando Israel yang menewaskan dua 
saudara kami.
"Sebagai mantan pasukan komando saya bisa menggunakan senjata secara terampil, 
tetapi karena kami adalah pembela kapal, kami tidak melakukannya. Saya 
mengambil pistol, membongkarnya dan menyimpannya sebagai bukti atas kekejian 
Israel dan sebagai bukti bahwa mereka berniat membunuh saya, "tambahnya.
Para aktivis terus menggambarkan rangkaian peristiwa yang terjadi di Mavi 
Marmara, "Saya melihat ke dalam mata dari tiga pasukan komando yang kami tahan, 
dan melihat adanya kepanikan di diri mereka. Mereka tidak memiliki harapan 
untuk tetap hidup. Mereka tampak seperti anak-anak yang takut pada ayah mereka 
yang sedang marah, tetapi untungnya mereka tidak menghadapi musuh yang kejam 
seperti diri mereka sendiri. Salah satu aktivis perempuan memberi mereka 
pertolongan pertama, mereka mendapat memar tapi tetap hidup, tidak seperti para 
aktivis yang mereka bunuh, "katanya.
"Meskipun adanya kesedihan dan kemarahan kami terhadap saudara-saudara kami 
yang telah mereka bantai - kami tidak memperlakukan mereka semena-mena," kata 
Mahir Tan, "Pasukan komando adalah pembunuh dan kami adalah pembela yang 
berjuang untuk melindungi hidup kami. Kami tidak berjuang untuk kargo bantuan 
yang ada diatas kapal, atau bagi rakyat Palestina, tetapi kami berjuang untuk 
keadilan dan kemanusiaan. Mereka memperlakukan kami dengan sangat buruk, 
seperti anjing - bahkan wanita dan lanjut usia. Mereka tidak membiarkan kami 
pergi ke kamar mandi atau menawarkan kami makanan atau air minum."
Kenneth O'Keefe, yang termasuk dalam daftar teroris yang diterbitkan oleh 
pasukan IDF, mengklaim pasukan komando yang mereka tahan dibawa ke bawah kapal 
setelah senjata mereka dilemparkan ke laut. "Nyawa mereka berada di atas 
ampunan kami - kami bisa melakukan apa saja yang kami inginkan terhadap mereka."
O'Keefe menggambarkan perampasan senjata dari pasukan komando, "Saya mengambil 
salah satu senjata mereka, dan aktivis lain mencengkeramnya. Dia memiliki 
pistol kaliber 9mm. Kami tidak menggunakan senjata itu untuk melawan tentara 
Israel. Saya bongkar senjata itu dan mengeluarkan pelurunya - kami tidak datang 
ke sini untuk bertempur, " katanya menegaskan.
O'Keefe menambahkan, mereka memutuskan untuk melepaskan tentara yang terluka. 
"Mereka menatap kami, dan berpikir kami akan membunuh mereka, tapi malah kami 
membiarkan mereka pergi," katanya.
O'Keefe (41 tahun), adalah mantan marinir, dan didefinisikan oleh IDF sebagai 
aktivis pro Hamas dan anti Israel sangat radikal, ke Gaza bertujuan untuk 
melatih dan membentuk unit komando Hamas di Jalur Gaza."
Setelah tiba di Turki dengan wajah memar, O'Keefe mengklaim bahwa ia dipukuli 
berulang kali oleh aparat keamanan di bandara Ben Gurion.
"Tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan apa yang dialami rakyat Palestina. 
Orang-orang Palestina mengalami hal ini hampir setiap hari. Ini semua yang saya 
miliki - darah saya, pakaian saya basah dengan darah. Israel telah mengambil 
semuanya, termasuk paspor Palestina saya."(fq/ynet)

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke