BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
 
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
407. Pendekatan Satu Kutub dalam Ilmu Pengetahuan Alam

Sesuai dengan yang dijanjikan dalam Seri 405, maka seri ini akan membicarakan 
seperti pada judul di atas. Dalam ilmu fisika yang bertumpu pada paradigma 
positivisme yang atheistis dan agnostis itu, ditempuhlah pendekatan ilmiyah 
sekuler seperti berikut:

Sumber informasi: physical world, eksisensi wahyu ditolak
Sikap: skeptis (ragu)
Langkah-langkah:
1. observasi;
2. interpretasi, yang outputnya: teori;
3. ujicoba teori, yang outputnya: hukum-hukum fisika.

Contoh: Tahun 1887 observasi Michelson bersama Morley (MM) dengan mempergunakan 
interferometer menujukkan bumi diam terhadap aehter, suatu zat hypothesis yang 
diam mutlak. Ini mengakibatkan ilmu fisika menjelang akhir abad ke-19 mengalami 
jalan buntu (impasse), bahkan ada yang memutar jarum jam surut kembali 
berabad-abad yang silam dengan mengatakan bumi ini diam. Pada tahun 1905 Albert 
Einstein (diucapkan ainsytain) menginterpretasi observasi MM dalam tiga 
postulat: 
pertama, semua benda bergerak relatif antara satu dengan yang lain, artinya 
tidak ada yang diam secara mutlak, 
kedua, kecepatan cahaya (c) invarian, 
ketiga, interval waktu dan interval ruang relatif tergantung dari keadaan gerak 
pengamat dan benda yang diamati.

Einstein memperkembang postulat di atas dengan mengatakan bahwa massapun 
relatif tergantung dari keadaan gerak pengamat dan benda yang diamati. Tenaga 
kinetis tidak lagi dinyatakan seperti dalam mekanika klasik,melainkan melalui 
tanformasi Lorentz diubah bentuknya menjadi:

E = (mc2) / (v(1 - v2/c2), atau dalam bentuk deret:

E = mc2 + (1/2)(mv2) + (3/8)(mv4/c2) + ....

Jika v << c, maka suku yang ketiga dan seterusnya dapat diabaikan, dan yang 
tinggal adalah suku pertama dan kedua. Suku kedua tidak lain dari tenaga 
kinetis dalam mekanika klasik (1/2)mv2, sedangkan suku yang pertama baru kita 
kenal. Pernyataan suku pertama itu tidak tergantung dari kecepatan benda, sebab 
itu disebut energi diam (rest energy) terhadap pengamat. Benda yang diam yaitu 
kecepatannya v = 0 terhadap pengamat masih mempunyai rest energy. Kesimpulannya 
ialah terdapat kesetaraan antara energi dengan massa: E = mc2. Inilah hasil 
akhir dari teori Einstein yang terkenal itu, yakni The Special Theory of 
Relativity.

Rumus tersebut diujicoba dalam laboratorium Institut Kaisar Wilhelm di Berlin, 
oleh Otto Hahn dan Lise Meitner dalam tahun 1939 yang berhasil memecahkan inti 
atom. Dalam proses reaksi inti itu keduanya secara ujicoba telah membuktikan 
rumus Einstein itu dalam kadar ketelitian yang tinggi. Lalu teori kesetaraan 
itu disebutlah hukum kesetaraan energi dengan massa.

***

Akan ditunjukkan bahwa Metode Pendekatan Ilmiyah Satu Kutub (MPISK) sama sekali 
tidak menghapus substansi hasil jerih payah orang-orang yang bersusah payah 
dalam kancah ilmu sekuler, melainkan menyempurnakannya menjadi tidak sekuler. 
(Silakan baca MPISK dalam Seri 405 yang lalu). Observasi atau iqra MM 
disempurnakan dalam hal niat atas nama yang Maha Mengatur, sehingga jerih payah 
mengobservasi itu mendapatkan nilai ukhrawi. Interpretasi atas hasil iqra itu 
tetap kecepatan cahaya invarian dan semuanya bergerak dengan memperhatikan ayat 
qawliyah 
-- KL FY FLK YSBhWN (S. YS, 40), dibaca: kullun fi- falakin yasbahu-n (s. 
ya-sin), artinya: 
-- semuanya berenang dalam jalurnya (36:40). 

Tafsir dengan memperhatikan ayat qawliyah ini mempunyai nilai ukhrawi. 
Pernyataan sekuler: Hukum kesetaraan energi dengan massa disempurnakan 
redaksionalnya menjadi: SunnatuLlah dalam wujud kesetaraan energi dengan massa, 
dengan demikian mempunyai pula nilai ukhrawi.

Kenyatannya secara teknis ada teori tertentu yang tidak mungkin dapat diujicoba 
dalam ilmu sekuler, tetapi masih dapat diujicoba dengan pendekatan satu kutub. 
Sebagai contoh dalam ilmu falak. Hasil observasi dengan pertolongan teropong 
bintang menunjukkan bahwa rumpun-rumpun bintang yang disebut galaxies bergerak 
dari kita dengan kecepatan menjauh (radial) yang berbanding lurus dengan jarak 
galaxies itu masing-masing dari bumi kita. Misalnya dua galaxy A dan B, jarak 
galaxy A tiga kali lebih jauh dari galaxy B, maka kecepatan menjauh galaxy A 
akan tiga kali lebih cepat dari B. Sebagai analogi jika kita memberikan 
titik-titik pada sebuah balon yang kita tiup sehingga bertambah besar, maka 
titik-titik itu akan saling menjauhi yang kecepatannya antara satu dengan yang 
lain berbanding lurus dengan jaraknya masing-masing. Itu artinya jagat raya ini 
sedang memuai (berekspansi).

Ada dua jenis interpretasi atas hasil observasi ini. Teori yang pertama 
mengatakan pada mulanya (yaitu t = 0, tidak ada sesuatu sebelumnya) terjadi 
ledakan besar pada "atom primordial", sehingga bibit-bibit galaxies terlempar 
saling menjauh. Teori ini disebut teori Big-Bang (BB). Teori yang kedua 
mengatakan setiap saat materi terjadi begitu saja, lalu mendesak materi yang 
sudah terjadi sebelumnya, sehingga jagad raya ini membesar. Teori ini disebut 
dengan teori kejadian terus menerus (KTM). Secara teknis adalah hal yang 
mustahil untuk dapat mengujicoba kedua teori ini, apabila hanya mengandalkan 
sebuah sumber informasi seperti halnya dalam ilmu sekuler yang bertumpu pada 
paradigma filsafat positivisme yang atheistis dan agnostis.

Namun dengan ilmu yang tidak sekuler yang bertumpu pada iqra' bismi rabbika, 
orang dapat mengadakan ujicoba, mana kedua teori ini yang benar. Ada dua ayat 
qawliyah yang dapat dipakai untuk mengujicoba, yaitu:
-- ADzA ARAD SyYA AN YQWL LH KN FYKWN (S. YS, 82), dibaca: iza- ara-da syayan 
ay yaqu-la lahu- kun fayaku-n (s. ya-sin), artinya: 
---Apabila Ia menghendaki sesuatu Ia berkata kepadaNya, jadilah maka menjadilah 
ia.
ALDzY KhLQ FSWY (S. ALA'ALY, 2), dibaca: allazi- khalaqa fasawwa- (s. al 
a'la-), artinya: 
-- Yaitu (Allah) Yang mencipta lalu menyempurnakan (87:2).

Kata KhLQ berbentuk fi'il madhi, masa lampau, ini menyokong teori Big-Bang, 
sedangkan kata YKWN berbentuk fi'il mudhari', sedang menjadi dan akan menjadi, 
ini menyokong teori kejadian terus menerus. Alhasil setelah Allah mencipta 
"atom primordial" yang meledak dahsyat, lalu Allah terus menerus menjadikan zat 
interstallair, yang dalam bahasa Al Quran disebut dukhan. Walla-hu a'lamu 
bishshawa-b.

*** Makassar, 23 Januari 2000
    [H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2000/01/407-pendekatan-satu-kutub-dalam-ilmu.html


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke