Rekan Syafril, Berita ini sebenarnya untuk YON-1, tetapi saya minta untuk di 'filter' dulu agar tidak mengganggu rekan lainnya yang tidak punya anti virus. Bilamana sudah ok baru saya kirim langsung lagi. Wcds, kerabat dan rekan-rekan, Beberapa waktu yang lalu saya membaca remarks dan analisa dari rekan Oetomo Tri Winarno tanggal 14 Juni 2001 di milis ini. Saya bermaksud untuk menanggapinya, namun karena e-mail saya katanya kena virus yang entah darimana asalnya (dari pelanggan Yahoo.com ?), maka saya tahan dulu sampai di"cuci". Penilaian rekan Winarno sangat logis, sama dengan logika rumus matematika, jadi sama sekali tidak salah. Tetapi kalau kita sudah berbicara soal 'wawasan', 'alma-mater', 'corps', 'kebangsaan' dan lainnya maka yang namanya 'kecintaan' atau 'being part of the "game"' yang saat itu kita secara sadar telah ikuti (kegiatan Menwa), secara konsekwen pula kita masing-masing tahu atau akan tahu dimana kita berada dan bagaimana harus bersikap. Bukan hal phisik saja yang kita dapati di Menwa namun yang lebih luas daripada itu, suatu 'kebersamaan', suatu 'comrade-ship', suatu 'kemandirian', suatu 'will to survive the hardest' dan suatu 'keyakinan to achieve the better'. Soal berhasil-tidaknya is a different matter ! Yang penting, kita harus dapat berpikir lurus, simple, tanpa mudah dipengaruhi intrik atau goncangan, meskipun ada perubahan politik, kekuasaan atau kelompok. Ada sedikit cerita aktuil : Tahun 1971 ... Saya mengambil cuti, ... pergi ke Singapore, Malaysia, Thailand, Kamboja dan ... Vietnam Selatan melalui jalan darat, seluruhnya dengan gerak-cepat. Tahun sebelumnya 1966/67 konfrontasi dengan Malaysia diakhiri. Untuk menghemat segala macam, saya nginap dan tidur di ... pos polisi lalu lintas atau pos perbatasan. Keheranan mereka tidak saya pedulikan, tengah malam menemani ngobrol dan ... main catur, dimana ada sedikit 'kekuatan' saya, yang mana ... biasanya mereka kalah. Dalam diskusi dengan mereka secara sadar saya katakan bahwa duluuuu ... ada mahasiswa di Indonesia yang ikut Menwa dan ikut sebagai sukarelawan dalam 'Dwikora', ... termasuk saya ! Jawaban mereka sangat diluar dugaan, ... khususnya justru petugas dari Malaysia (meskipun yang saya hadapi itu adalah level 'bawah' atau 'under-officer'). Sempat ada yang menjabat tangan erat-erat, sempat ada yang merangkul (meskipun saya rada risih dia remukin badan saya atau apa !), tetapi sikap mereka itu polos dan ... saya penuh haru ! Ada yang keluarin ransum dan rokok (yang begitu 'precious') tetapi tidak dapat saya terima, karena persediaan saya cukup sih ! Mereka (orang awak) juga tidak suka di 'konfrontasi' kan dengan orang Melayu sendiri, apapun alasannya, jadi perdamaian secara 'terhormat' adalah yang mereka inginkan. Jadi di Singapore dan Malaysia-lah yang menerima saya (si orang kecil ini 'saat itu') dengan rasa hormat ! Kalau saya tidak pernah di Menwa, mana saya akan punya keberanian untuk bergaul dan tidur bersama dan diantara mereka ? Soal di Kamboja dan Vietnam ? Lain lagi ceritanya, mereka tidak tahu apa-apa urusan politik, yang namanya dijajah ya mereka tidak suka, dalam bentuk langsung atau 'boneka', tanggapan mereka adalah Indonesia itu 'big-brother' alias 'abang'. Dan ini berlaku baik dari pihak Viet-Sel maupun Viet-Cong berbaju hitam yang sempat memergoki saya dalam bus di perbatasan Kamboja, ... pada kasih salam ... tanpa senyum. Nah, rekan Winarno, anda tahu tanggapanku, bagaimanapun salam hangat dari saya, Wassalam, joseph wardi. -- --[YONSATU - ITB]------------------------------------------------------ On-line arsip : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderator : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> -----------------------------------------------------------------------