Widya Çastrena Dharmasiddha ! At 11:16 24-01-2003 +0700, "Syafril Hermansyah" wrote: >Hah kok bisa ya ?
>---------- Forwarded message ---------- >----- Original Message ----- >> Kronologis Aksi Pemurtadan pada Acara Kebaktian Kebangunan Rohani >> (KKR)yang dilakukan oleh Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di >> Kampus ITB pada Tanggal 25 Nov 2002 Sewaktu saya berlebaran ke rumah salah seorang pengurus MUI Sumsel, beliau sempat mendiamkan saya selama sekitar 10 menit. Ternyata beliau marah, sehubungan dengan kegiatan yang dinilai sebagai pengkristenan di salah satu kabupaten di Sumsel. Untuk diketahui, beliau adalah salah seorang tetua yang saya temui, ketika saya mendapatkan tugas untuk mengusahakan kegiatan kepemudaan antariman di Kota Palembang, dalam rangka peringatan HUT ke-52 Gerakan Pemuda Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GP GPIB), pada sekitar Mei 2002. Beliau memberikan nama pihak yang saya hubungi -sampai kini terus berlanjut- yaitu dari kalangan Nahdlatul Ulama, baik Garda Bangsa mau pun IPPNU. Belakangan rekans PMII ikut serta. Saya kemudian memberikan penjelasan pada beliau, bahwa dalam Kristen sendiri -khususnya antardenominasi Protestan- sering terjadi 'pencurian' jemaat. Hal itu bukan sesuatu yang baik, karena masing-masing menganggap dirinya paling benar. Setelah diskusi yang lumayan panjang, akhirnya beliau pun dapat mengerti mengenai hal ini. Di lain pihak, saya pun pernah beribadah dalam lingkungan bukan GPIB, yang suatu saat pernah memutar film yang menunjukkan penganiayaan terhadap penganut umat Kristiani di suatu negara Muslim di Afrika. Seorang pemimpin jemaat sampai menangis, ketika memberikan tanggapannya terhadap film itu. ............... Sebagai seorang penganut Kristen (Protestan), kenyataan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok seperti PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen), merupakan hal yang menimbulkan rasa geram dalam hati. Juga sebaliknya, jika penganut Kristen dinilai kafir. Namun, apakah itu akan menyelesaikan masalah ? Saya dibesarkan dalam lingkungan ayah-ibu yang berbeda agama, kemudian selama belasan tahun -atas kehendak sendiri, untuk mengetahui- mengikuti pelajaran Agama Islam di sekolah, sementara tetap menjalankan syariat Kristiani, lalu akhirnya dibesarkan dalam Resimen Mahasiswa, yang melengkapi pola pikir saya sebagai seorang Indonesia. Adalah kesempatan emas bagi saya, ketika usul memperingati HUT tersebut, dengan melibatkan rekans pemuda antariman, disambut hangat oleh para pendeta GPIB di Palembang. Ini adalah penerapan nasionalisme yang sudah saya dapatkan dan ini meyakinkan diri sendiri, bahwa Yang Empunya alam inilah yang sudah menuntun hingga selesai kegiatan tersebut, walau ada warga jemaat yang kurang suka. Kegiatan itu pada dasarnya semacam 'pengumuman' pada masyarakat, bahwa sebagai sesama saudara sebangsa, kita seharusnya saling menguatkan yang lain, bukan menganggap yang lain sebagai si sesat. Dan buahnya kini sudah mulai tampak, walau dari sejumlah umat masing-masing masih tampak adanya kekurangsukaan. Kami sekarang bergerak sebagai suatu entitas, tidak perduli perbedaan keyakinan kami. Yang seyogyanya kita lakukan sekarang bukan lagi "Menjaga Kerukunan" -apalagi yang menjengkelkan semacam membenarkan keyakinan sendiri dan menyalahkan keyakinan yang lain- melainkan "Bersatu dan Bekerja Bersama". Dan itulah panggilan untuk kita : para warga Baret Ungu ! Dulce et decorum est pro patria mori... Sharif Dayan Eks 90 67 060 1560 -- -== http://www.ksatrian.or.id ==- -== [EMAIL PROTECTED] (defense matter forum) ==- -== To contribute article - write to [EMAIL PROTECTED] ==- --[YONSATU - ITB]---------------------------------------------------------- Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net> Moderators : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Unsubscribe : <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Vacation : <mailto:[EMAIL PROTECTED]?BODY=vacation%20yonsatu>