"Rizal Ahmad" <[EMAIL PROTECTED]> 02/05/2004 13:54 wrote:
>Iya, maksud saya mereka membela karena "menerjemahkan" pancasila dan UUD 
45
>sesuai dengan selera mereka.

Apakah ada bukti bahwa Militer Turki menerjemahkan konstitusi Republik 
Turki sesuai dengan selera mereka sendiri?  Yang saya tahu mereka memang 
pembela setianya Kemal Ataturk, sang pendiri Republik Turki (lihat 
preambule konstitusi Turki di: 
http://www.ibb.gov.tr/ibbeng/244/24400/01/).

Lihat juga http://meria.idc.ac.il/journal/1997/issue4/jv1n4a2.html, yang 
bagian kesimpulannya memuat kalimat berikut: "...Kemalist ideology and, above all, 
with a military establishment sworn 
to defend the secular regime and its values at all costs.".

>Dan hal inilah yg membuat EU keberatan, karena EU secara "formal" 
menganut
>demokrasi yang notabene menempatkan militer dibawah kekuasan sipil. Di 
Turki
>terkadang militer melakukan kudeta, bukti bahwa mereka tidak mau "tunduk"
>dibawah kekuasaan sipil walaupun partai yg berkuasa menang secara pemilu 
yg
>"demokratis"

>Wah, setahu saya yg menjadi keberatan EU paling utama adalah cara Turki
>memperlakukan bangsa kurdi yang "ingin" mendirikan negara "kurdistan".

Menurut US Information Agency (lihat: 
http://www.fas.org/man/nato/national/97031401rmr.htm)  kenapa Turki belum 
bisa diterima jadi anggota EU karena alasan berikut:

"...Weighty reasons militate against Turkish EU membership, including its 
occupation of Cyprus, its human rights violations, and the war against the 
Kurds. The country is soiled  by extensive torture in its prisons, death 
squadrons murdering political dissidents, politically motivated arrests, 
and political prisoners....".

Jadi, masalah penanganan Partai Pekerja Kurdi memang masuk kedalamnya, 
tetapi jangan lupa, mereka adalah kelompok Islam berhaluan keras (lihat: 
http://meria.idc.ac.il/journal/1997/issue4/jv1n4a2.html).  Ini akhirnya 
menjadi buah si malakama bagi pemerintah Turki.  Disatu sisi mereka ingin 
mempertahankan negara sekular at all cost, akan tetapi pada pihak lain, 
tindakan mereka memperlakukan kelompok 'extremist' dipandang melanggar 
HAM.

>Dan kalaupun ada masalah "keagamaan" kenapa melakukan tindakan yg 
melanggar HAM?

Yah, inilah yang juga yang tidak disetujui oleh negara2 barat kan?.  Tapi, 
kita mungkin perlu mengerti, bahwa kenapa negara2 barat lebih bisa 
melaksanakan HAM daripada negara2 berkembang (dan negara2 Islam), karena 
mereka sudah mempermasalahkan dan memperjuangkan hal ini sejak ratusan 
tahun yang lalu.

Sementara Turki, yang asal muasalnya adalah Imperium Islam, tiba2 sejak 
tahun 1923 dibalik nasibnya jadi negara sekular, yang tidak berafiliasi ke 
agama apapun juga.  Repotnya, kan nggak seluruh kaum muslim Turki 
mendukung ide sekularisasi ini, wong mereka tahunya yang terbaik adalah 
Islam, dan nggak mau mendengar pendapat lain.  Jadi, anda bisa bayangkan 
betapa bingung dan repotnya setiap regim Turki yang berkuasa harus 
mempertahankan konstitusi negara mereka, sementara kelompok2 extremist itu 
semakin membesar dan bahkan menjadi bagian dari jaringan teroris 
internasional.   Dalam hal ini saya bisa mengerti kenapa pemerintah Turki 
melakukan tindakan2 yang melanggar HAM terhadap kelompok2 yang dianggap 
menjadi ancaman bagi konstitusi mereka itu.

Salam hangat,
HermanSyah XIV.




--[YONSATU - ITB]---------------------------------------------     
Arsip           : <http://yonsatu.mahawarman.net>  atau  
                  <http://news.mahawarman.net>  
News Groups     : gmane.org.region.indonesia.mahawarman    
List Admin      : <http://home.mahawarman.net/lsg2>  
  

Kirim email ke