Pendidikan Tinggi
Semakin Banyak Mahasiswa Asing di Fakultas Kedokteran Negeri
Kamis, 19 Juni 2008 | 01:03 WIB

Jakarta, Kompas - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyesalkan semakin
banyaknya mahasiswa asing yang kuliah di fakultas kedokteran di beberapa
universitas negeri di Indonesia. Sementara itu, probabilitas siswa SMA di
Indonesia untuk masuk fakultas kedokteran hanya 4 persen.

"Bayangkan, probabilitas siswa asal Malaysia yang masuk fakultas kedokteran
di Indonesia mencapai 30 persen. Waktu di Rumah Sakit Sanglah, Bali, saya
kaget, kok banyak mahasiswa berwajah India, ternyata mereka berasal dari
Malaysia," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam rapat kerja
dengan Panitia Ad Hoc III dan IV Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta,
Rabu (18/6) siang.

Menurut Menkes, di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar saja
ada sekitar 300 mahasiswa asing. Demikian pula di Universitas Padjadjaran
Bandung, Universitas Negeri Sebelas Maret Solo, dan perguruan tinggi negeri
lainnya.

"Alasan perguruan tinggi negeri menerima mahasiswa asing hanya karena ingin
dibilang world class. Yang saya sedihkan, mahasiswa asing ini praktik di
rumah sakit pendidikan yang dananya dibiayai oleh pemerintah," tutur Menkes.

*Ironis*

Menurut Menkes, Indonesia masih sangat kekurangan tenaga dokter. "Jika
mahasiswa asing itu nantinya lulus, mereka bisa langsung menjadi dokter di
Indonesia tanpa adaptasi, sedangkan dokter-dokter kita bisa jadi kuli. Ini
sangat ironis," tutur Menkes.

Menjawab pertanyaan anggota DPD tentang rumah sakit pemerintah yang tidak
menyetor ke kas daerah, menurut Menkes, rumah sakit pemerintah itu secara
konstitusional wajib melayani rakyat. Rumah sakit pemerintah boleh
mendapatkan untung, tetapi tidak boleh mencari keuntungan sebagai tujuan
utama rumah sakit.

"Saya dulu kaget saat semua rumah sakit akan dijadikan perseroan terbatas.
Ini berarti nantinya rumah sakit akan komersial dan rakyat tidak dapat
berobat murah. Makanya saya berjuang dan rumah sakit kini berstatus Badan
Layanan Umum atau BLU yang disubsidi oleh pemerintah," ujarnya. Konsekuensi
BLU, rumah sakit tidak menyetor ke kas daerah, tetapi bupatilah yang harus
melayani rakyatnya, bukan mencari uang dari rakyatnya yang sakit. (LOK)



sumber : kompas


-- 
**********************************
Memberitakan Informasi terupdate untuk Rekan Milist dari sumber terpercaya
http://reportermilist.multiply.com/
************************************

Kirim email ke