Mas Joko,
Saya menangkap inti pesannya begini: - Kalau demo membawa bendera agama (Islam), tolonglah tertib, damai, rukun, tidak teriak-teriak, tak menggganggu tramtib dan lain sebagainya. Dengan demikian, citra Islam bisa lebih terkerek, bukan malah terpuruk. Pikirkan simpati publik alias hubungan horizontal, bukan kasih simpati dengan meneriakkan Allahu Akbar saja yang terkesan amat-amat vertikal secara berlebihan. Mungkin cara PKS bisa ditiru. Aksi mereka - saat mengatasnamakan PKS - selalu tertib dan disiplin. - Kalau berpawai di jalanan demo motor, tolonglah pakai helm, bukan peci dan baju koko saja. Karena aturan saat mengendarai sepeda motor di jalanan memang seperti itu. Dan ini aturan internasional. Kalau tidak, umat Islam akan dianggap mbalelo karena tak mau pakai helm sebagai syarat keselamatan berkendara di jalanan. - Kalau bawa bendera bagusnya bawalah bendera Merah Putih. Bukan bendera majelis taklim. Ini akan mengerucutkan sentimen masyarakat yang kebetulan berada di kelompok lain. Nah, apa yang terjadi saat di jalanan ada tubrukan motor antar majelis taklim, dimana salah satunya tewas? Pasti akan terjadi perang antar majelis taklim. Jadinya akan mirip kisah film silat dimana antar perguruan saling berseteru. Atau juga mirip kisah suporter sepakbola yang doyan berantem demi membela kesebelasan masing-masing. Masyarakat sebenarnya sudah lelah dikotak-kotakkan, lalu kenapa agama malah tambah mengkotak-kotakkan audiensnya? . salam, rd ----- Original Message ----- From: apiko joko mulyono To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, June 21, 2008 2:31 PM Subject: Balasan: Re: [mediacare] Demo yang tidak simpatik Apa yang kalian tulis pasti fitnah, karena jelas setiap demo yang dilakukan siapapun (mau kelompok Islam, kristen, budha, atau hindu, atau gado-gado (umum) alias agamanya campuran, kalau pendemonya banyak yang lewat jalan-jalan protokol pasti bikin macet. Apa kalian juga buta, ketika kelompok forkot cs. ketika demo juga bikin macet, bikin rusuh? Jadi bersikap adil sama umat Islam. Jangan karena benci sama Islam, yang memang berada pada titik nadirnya, ya jangan bersikap asal Islam pasti buruk, pasti salah. Tidak semua hal yang terkait itu buruk, dan selalu salah. Begitu juga umat lain, golongan lain, tidak semuanya baik atau buruk. Salam damai, ApikoJM nugroho angkasa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: To All, Paduka Yang Mulia Presiden SBY memperhitungkan pula suara di 2009. Kalau beliau bertindak tegas pada kelompok Islam maka dukungan dari partai-partai yang berasas Islam akan dicabut. Saya jadi bertanya2 apakah negara ini berlandaskan Pancasila, menegakkan hukum positif tanpa pandang bulu dan jubah, atau memang sudah jadi negara agama sih? Mohon penjelasan dari kawan2 sebangsa se-Ibu Pertiwi. Nuwun, nugroho jogja On Thu, 6/19/08, uge basar <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: uge basar <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [mediacare] Demo yang tidak simpatik To: [EMAIL PROTECTED] Date: Thursday, June 19, 2008, 7:46 AM Yang salah bukan mereka, tetapi Pemerintah SBY, koq dibiarkan gitu, coba kalau mahasiswa yang begitu, pasti udah ditebas. Jadi pertanyaannya, kenapa ada diskriminatif? cari tahu sendiri aja jawabannya. ----- Original Message ---- From: leonardo rimba <leonardo_rimba@ yahoo.com> To: [EMAIL PROTECTED] ps.com Sent: Thursday, June 19, 2008 3:20:11 AM Subject: [mediacare] Demo yang tidak simpatik Friends, Kemarin siang saya lewat di depan Polda Metro Jaya. Ada demo yang gimana gituh, mungkin sekitar beberapa ratus orang berpakaian putih-putih dan berjenggot yang menuntut pembebasan beberapa orang yang tersangkut PIDANA. Plus, ditambah dengan tuntutan "Pembubaran Ahmadiyah" yang posternya digotong dengan ogah-ogahan oleh sebagian dari mereka. Sebagian besar dari mereka duduk2 di tengah jalan Jendral Sudirman sehingga membuat MACET TOTAL. Itu benar, jalanan total macet karena orang2 berpakaian putih2 yang ingin Ahmadiyah dibubarkan dan pentolan mereka dibebaskan itu berdemo dengan duduk2 di tengah jalan mobil. Mobil2 tidak bisa lewat. Nah, satu kasus itu saja sudah menunjukkan bahwa mereka itu TIDAK BERADAB. Demo sih demo, tetapi bikin repot semua orang mengakibatkan mereka tidak mendapat simpati. Siapa yang mau simpati terhadap orang2 yang kelakuannya primitif seperti itu??? Malah teman saya ada yang EXPECTED untuk melihat mereka menaiki hewan tunggangan berupa UNTA. Ternyata tidak ada unta, melainkan manusia2 yang maybe harusnya naik unta dan teriak2 di padang pasir seribu tahun yang lalu, dan BUKAN di Jakarta di abad ke-21 M. Cappe dehh ngeliat orang2 yang MERASA sudah memiliki tiket masuk Sorga sehingga bisa dengan bebasnya bikin macet Jalan Sudirman di hari kerja. Terus terang, sebagai orang Indonesia saya ikut MALU melihat kelakuan mereka. Walaupun sebagian dari mereka bawa2 tasbih, tapi kelakuan mereka audzubillah. So, the demo benar2 tidak meyakinkan. Tidak ada yang simpati, dan tidak ada yang perduli. Siapa yang mao peduli sama mereka, mereka saja TIDAK PEDULI terhadap orang lain. Itu Jalan Sudirman, dan mereka duduk2 di tengah jalan Sudirman sehingga mobil2 tidak bisa jalan berjam-jam. Dan mereka merasa kelakuan seperti itu yang diridhoi oleh Allah ??? Leo +++ Leonardo Rimba adalah seorang praktisi Psikologi Transpersonal. Bersama Audifax, Leo menulis buku "Psikologi Tarot" (Pinus, Maret 2008).