Umat Kristiani di Selandia Baru Kecam Konferensi Anti-Islam
Rabu, 28 Mar 07 11:14 WIB

Kirim teman
Para pemuka agama Kristen Anglican dan gereja Katolik di Selandia Baru 
menyatakan tidak mau terlibat dalam konferensi anti-Islam, karena menurut 
mereka, Islam bukan agama yang membahayakan masyarakat.
Pendeta David Coles dari Keuskupan Anglican Gereja Kristus pada surat kabar The 
Press Daily edisi Selasa (27/3) mengungkapkan, ia sudah menerima konfirmasi 
dari para pimpinan gereja Anglican dan Katolik di seluruh New Zealand. "Mereka 
semua menyatakan bahwa konferensi itu sangat tidak menyenangkan, dan kami harus 
menentukan sikap, " ujarnya.
Konferensi yang dimaksud Coles adalah konferensi The July Mosque and Miracles, 
yang diselenggarakan oleh Middle East Christian Outreach (MECO). MECO adalah 
organisasi yang didirikan pada tahun 1976, gabungan tiga organisasi yaitu 
Arabic Literature Mission, Libanon Evangelical Mission dan Middle East General 
Mission. Dalam situsnya MECO menulis, "Hanya cinta dan ampunan dari Tuhan yang 
ada dalam diri Kristus, yang mampu mengubah jiwa dan membawa perdamaian nyata" 
di Timur Tengah.
Konferensi itu akan menghadirkan pemibicara antara lain Daniel Scot, yang 
pernah diadili pada tahun 2004 berdasarkan undang-undang negara Australia 
tentang penghinaan agama dan Daniel Sheyesteh, tokoh keturunan Iran yang murtad 
ke agama Kristen serta tiga pastur lainnya. Para pembicara akan membahas 
tentang bahaya agama Islam terhadap masyarakat Barat.
"Konferensi itu sangat provokatif dan kadang dikacaukan dengan isu-isu 
imigrasi, " tukas Coles.
Pernyataan serupa disampaikan Presiden Gereja Methodis, John Salmon. Ia 
menyatakan gerejanya tidak akan hadir dalam konferensi itu, karena mereka tidak 
melihat Islam sebagai ancaman.
Para pemuka gereja di Selandia Baru mengingatkan bahwa konferensi semacam itu 
bisa merusak perdamaian dengan warga minoritas Muslim yang jumlahnya mencapai 
17 ribu orang atau sekitar satu persen dari total jumlah penduduk negeri itu.
Menurut Pendeta Coles, memunculkan stereotipe terhadap warga Muslim sangat 
berbahaya. Sementara Pastur senior Murray Robertson dari gereja Baptis 
Spreydon-yang menjadi tuan rumah konferensi tersebut- mengaku "ngeri" dengan 
komentar-komenatar yang dilontarkan penyelenggara konferensi itu, . Meski 
demikian, ia menyatakan tetap bertanggung jawab sebagai tuan rumah.
Jika warga non-Muslim saja tidak setuju dengan konferensi anti-Islam itu, 
apalagi warga Muslim yang sudah hidup di Selandia Baru selama berabad-abad.
Presiden Federasi Asosiasi Islam, Javed Khan pada The Press Daily menilai 
konferensi itu sebagai bentuk Islamofobia. "Penyelenggaranya sudah berprasangka 
buruk dan bias, " ujarnya.
Khan menegaskan, warga minoritas Muslim tidak pernah menimbulkan bahaya bagi 
masyarakat Selandia Baru.
Pemuka Islam lainnya mengkritik penyelenggara, karena mereka tidak dilibatkan 
dalam konferensi itu untuk melakukan pembelaan terhadap agama Islam.
"Jika mereka mau mengkritik Islam, mereka harus mengundang kami untuk datang ke 
konferensi dan berdiskusi dengan mereka, " kata Muhammad Alayan, seorang imam 
di kota Christchurch.
Ia menyambung, "Apa maksud semua ini, kalau bukan kebencian buta?" (ln/iol)


      

Kirim email ke