AKU AKUR banget dg pertanyaan dan sentiment dari Pak Luqman. Where are
you the so-called silent majority/ Apa kalian true to the label akan
senantiasa 'Silent'. Aku jadi teringat baca sejarah ttg kejadian di
Germany th. 36-45. Pihak 'silent maajority' orang2 German yg tidak
setuju dg Nazism, tetep bungkam mulut. Begitu juga golongan gereja yg
pasti tidak setuju dg tindak kekerasan piahk SS dan Hilter Youths yg
brutal dan menginjak2 HAM.

Akhirnya seluruh bangsa Jerman turut menderita termasuk gereja di sana
turut terkena getah kekejaman kelompok biadab Nazi. Krn mereka selalu
bilang semuanya ini tidak mengenai diriku. Kebiadaban satu kelompok dlm
masyarakat sooner or later akan menyeret seluruh masyarakat ke abyss
kenistaan yg akan menghantuinya selama puluhan taon mendatang.

Kalo the silent majority apapun alasannya tidak berani bertindak
(protes) apalagi mengambil tindakan kongkrit itu masih bisa dimaafkan,
tetapi aku sangat malu dan kecewa dg aparat Negara dan Pemerintah.
Selama puluhan taon mereka cenderung membiarkan tindakan2 anarkis dari
FPI dan kelompok2 sejenis ini.

Orang awam-pun meliat bhw keberanian FPI melakukan tindak2 kekerasan
pasti ada bekingnya. Semoga orang2 yg mendalangi tindak2 kekerasan dan
kebiadaban ini suatu waktu akan ter-ekspose dan akan dihukum setimpal dg
kekejian mereka.

Mudah2an bangsa kita akan kembali menjadi bangsa yg arif, yg tolerant,
yg patuh akan hukum yg berlaku, yg menghormati HAM orang laen. Amit2
kalo sampe UN misalnya menyatakan bhw NKRI ini setingkat dg Zimbabwe,
atau negara2 laen di dark Afrika yg dipimpin oleh rezim yg brutal dan
hanyaa memikirkan kesejaahteraan kelompoknya.

Gabriela Rantau

--- In zamanku@yahoogroups.com, "mediacare" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
> ----- Original Message -----
> From: "Luqman Hakim Arifin" [EMAIL PROTECTED]
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, August 28, 2008 1:45 AM
> Subject: [mediacare] Awake up silence majority! (Soal FPI, what's
next?)
>
>
> Awake up silence majority! (Soal FPI, what's next?)
>
> Kawan-kawan milist,
>
> Kalau kita cermati, dalam dua minggu terakhir ini, organisasi massa
> keagamaan paling kontroversial dalam satu dasarwarsa terakhir, FPI
> (Front Pembela Islam), kembali "bergerak". Insiden Monas, yang
> berakhir dengan penahanan Habieb Rizieq sebagai ketua umumnya,
> tampaknya tidak menjadi halangan bagi para anggota FPI untuk
> "beroperasi" kembali memanfaatkan momen Ramadhan.
>
> Ada dua peristiwa yang menandai berakhirnya masa vakum pasca insiden
> Monas. Pertama, pada acara launching buku mengenai inside story
> organisasi FPI sendiri karangan Andri Rosadi ("Hitam Putih FPI",
> terbitan Nun Publisher, 2008). Pada acara yang digelar di kantor
> redaksi majalah GATRA itu (14/8), beberapa anggota FPI yang hadir
> MEMINTA agar buku dari hasil tesis S2 Antropologi UGM itu DITARIK DARI
> PASARAN.
>
> Pesannya jelas, meski alasannya sama sekali tidak cukup jelas dan
> kuat: Buku FPI itu dianggap tidak ilmiah, tidak objektif,  dan sampah.
> Tentu saja tidak ada argumentasi detail yang bisa tereksplorasi dengan
> jelas, karena besar kemungkinan awak-awak FPI itu belum membaca buku
> tersebut.
>
> Padahal, Buku "Hitam Putih FPI" itu sebenarnya merupakan sebuah
> paparan yang sangat hati-hati dan objektif mengenai FPI-kalau tidak
> bisa dibilang, terlalu takut dalam mengupas tubuh FPI. Kenapa? Terlalu
> panjang lebar untuk dijelaskan di sini. Tapi satu hal yang paling
> menarik dikupas di buku ini, dan belum banyak dikupas di media
> nasional, adalah informasi mengenai keberadaan kelompok hitam (yang
> suka memilih metode dan aksi-aksi kekerasan) dan kelompok putih (yang
> lebih menempuh jalur dakwah tanpa kekerasan).  Kedua kelompok inilah
> yang selalu ada dan saling bergesekan di FPI dalam memperebutkan
> (sekaligus) mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh Habieb Rizieq.
>
> Peristiwa kedua, terjadi kemarin, tepat dua minggu setelah pernyataan
> PERMINTAAN PENARIKAN buku "HITAM PUTIH FPI", FPI kembali bergerak.
> "Masjid Ahmadiyah di Jagakarasa diserba FPI" (berita Detik.com) Kali
> ini isunya klasik dan usang, yaitu mengenai penutupan tempat-tempat
> hiburan dan pembubaran (masjid) Ahmadiyah. Apa mau dikata, layar-layar
> televisi kita kembali dipenuhi dengan aksi-aksi massa FPI.
>
> Sebenarnya, saya tidak pernah peduli dengan FPI, apakah itu
> sejarahnya, paham ideologinya hingga tingkah pola anggotanya
> sehari-hari. Yang saya pedulikan dan saya perhatikan satu: ketika cara
> yang ditempuh FPI dalam memperjuangkan ide-idenya adalah dengan cara
> kekerasan, vandalisme, dan main menang serta main hakim sendiri...Itu
> baru saya peduli! Saya menolak aksi kekerasan dan menang sendiri!
>
> Sebenarnya, mungkin, banyak orang tahu dan merasa, tidak semua orang
> suka dengan gerakan dan sepak terjang FPI, bahkan mungkin gondok, tapi
> kemana mereka? Kemana silence majority itu? Mengapa mereka lebih
> banyak diam daripada berbicara; lebih banyak follower dibandingkan
> pelopor? So, jangan diam saja, ayo silence majority, ekpresikan
dirimu!
>
> Tabik,
> L.
>
> ===========saduran berita=========================
> Detik Video News
> . Rabu, 27/08/2008 19:15 WIB
> Masjid Ahmadiyah di Jagakarsa Diserbu FPI
>
> FPI Minta Buku "Hitam Putih FPI" Ditarik dari Peredaran
>
> silakan klik aja
>
http://www.rakyatmerdeka.co.id/indexframe.php?url=situsberita/index.php?\
pilih=lihat_edisi_website&id=62673
>
>
>
>
>
> ------------------------------------
>
> Mailing list:
> http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
>
> Blog:
> http://mediacare.blogspot.com
>
> http://www.mediacare.biz
>
>
> Yahoo! Groups Links
>

Kirim email ke