Demokrasi Ada Copyrightnya Kecuali Demokrasi Palsu Bebas Dijiplak AS dan Barat melarang mengeksport Demokrasi, tapi tidak membatasi iklan2 pembuatan Demokrasi di-masing2 negara. Tampak dari luar bisa jadi ada kesamaan dengan yang aselinya, tapi isi dan bahan baku pembuatannya pasti beda sehingga kualitasnya juga beda.
Demokrasi di AS dan Barat melarang mempropagandakan agama, melarang dakwah agama dimuka publik maupun disemua sekolah publik. Beda dengan Demokrasi di Indonesia, mewajibkan ulama untuk berdakwah dan mempropagandakan Syariah Islam dimuka publik dan disemua sekolah publik. Tetapi melarang agama bukan Islam untuk mempropagandakan masing2 agamanya dimuka publik maupun disemua sekolah publik. Bahkan juga sesama Islam yang aliran Ahmadiah, dilarang mempropagandakan agamanya dimuka publik apalagi disekolah publik, bahkan semua umat Islam dihalalkan membakar mesjid Ahmadiah, dan menghalalkan penjarahan harta benda umat Ahmadiah. Khusus ulama FPI malah berani bertanggung jawab untuk siapapun membunuh umat Ahmadiah karena darahnya halal ditumpahkan. Dan kesemuanya ini merupakan sarana Demokrasi di Indonesia yang dilindungi UU sebagai kebebasan berekspressi yang dijamin dalam Demokrasi. Demokrasi itu cuma label dari sebuah produk system kenegaraan, sama halnya dengan Aspirin juga cuma label dari sebuah produk obat2an. Namun dalam pasaran atau pemasaran, bisa terjadi ada pemalsuan, meskipun labelnya Aspirin ternyata isinya cuma tepung, akibatnya kemanjuran obatnya hilang meskipun tidak menyebabkan kematian. Sama sekali tidak berbeda, bisa terjadi ada pemalsuan, meskipun labelnya Demokrasi ternyata isinya adalah Syariah Islam yang anti-Demokrasi, akibatnya bukan saja cuma Demokrasinya tidak ada sama sekali, malah sebaliknya menyebabkan kematian Demokrasi akibat kedholiman meraja lela yang tidak bisa ditumpas karena dengan kedok Demokrasi malah kedholiman ini bisa dilindungi. Hal ini memang terjadi diseluruh Indonesia, misalnya membakar mesjid Ahmadiah dan menjarah harta benda umat Ahmadiah dilindungi sebagai kebebasan bertindak yang wajib dilindungi dalam Demokrasi. Juga seorang koruptor, harus dibebaskan karena tidak terbukti mencuri karena dalam agama diharamkan mencuri yang artinya mengambil milik orang lainnya. Sebaliknya koruptor itu tidak pernah mengambil milik orang lainnya melainkan mengambil hak yang berada dibawah tanggung jawabnya sendiri dimana kepemilikannya dititipkan kepadanya yang secara demokratis dilindungi haknya dalam memilih cara penggunaannya. > "mediacare" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > From: Holy Uncle > Kalo AS dan Barat sungguh2 mau ekspor > 'demokrasi', seharusnya memulai dari > Arab Saudi .... > AS dan Barat sama sekali bukan eksportir Demokrasi, karena Demokrasi itu sendiri dibutuhkan dalam negerinya dan tidak bisa atau tidak mungkin bisa dieksport kemanapun oleh siapapun juga. Namun, negara2 terkebelakang selalu berusaha menjiplak produk2 dari negara2 yang lebih maju, dan akibat menggunakan produk Demokrasi jiplakan inilah negara2 berkembang makin tidak bisa berkembang karena Demokrasi palsu ini dijiplak tidak sesuai dengan aselinya melainkan cuma dijiplak sampul luarnya saja untuk menutupi teokrasi seperti Syariah Islam, Demokrasi terpimpin, Nasakom, yang kesemuanya sebenarnya justru anti-Demokrasi. Arab Saudia adalah caliphah Islam yang anti-Demokrasi, sebaliknya Amerika dan Barat adalah negara Demokrasi yang artinya menghormati kepercayaan orang lain. Oleh karena menghormati kebebasan pilihan Caliph Arab Saudia sebagai pemilik kerajaan maka AS dan Barat tidak mungkin memaksa sang Caliph untuk membeli atau mengimport Demokrasi. Bukan cuma Demokrasi, bahkan Internet maupun TV yang beredar di Arab maupun di Indonesia juga bukan dipaksakan kepada Indonesia atau Arab Saudia untuk membelinya. Adakah pernah anda lihat pedagang2 bule keliling Indonesia untuk memaksa masyarakat membeli TV ataupun memaksanya berlangganan Internet ???? Demikianlah, penyebaran teknologi komputer, tv, mobil, dll kesemuanya bukan melalui pemaksaan melainkan menawarkan pilihan, misalnya kalo mau piknik itu mana yang anda mau pilih, naik onta atau naik pesawat dan mobil ???? Demokrasi palsu, onderdil palsu, atau segala peralatan palsu, pasti kualitas dan fungsinya tidak mungkin bisa sama dengan yang aseli meskipun harganya lebih murah. Misalnya, Motor Ongpin adalah Motor Honda palsu, Demokrasi Indonesia juga adalah Demokrasi palsu. Demokrasi aseli kalo anda bakar gereja, mesjid, atau kuil pasti anda akan ditangkap. Sebaliknya pada Demokrasi palsu, maka anda bebas bakar gereja, bebas bakar mesjid, dan bebas membakar kuil maupun menghancurkan patung2nya karena kesemuanya itu sesuai dengan kewajiban dalam Syariah Islam yang harus dilindungi dalam wacana Demokrasi yang palsu ini. Ny. Muslim binti Muskitawati.