Refleksi:  Dirgahayu NKRI!

http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=46806&ik=3


Orangtua Tak Sanggup Bayar Rumah Sakit, Bayi Meninggal 

Sabtu 1 November 2008, Jam: 9:21:00 

JAKARTA (Pos Kota) - Tragedi yang menimpa keluarga miskin seperti cerita tanpa 
episode akhir. Sebuah keluarga harus kehilangan putra tercintanya yang baru 
berusia 5 bulan lantaran tak kuat membayar biaya rumah sakit yang selangit. 

Muhamad Renaldi, 5 bulan, meninggal dunia di rumahnya Gang Tanjung RT06/04, 
Kelurahan Tanjung Barat, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (31/10) 
pagi. 

Bayi itu pulang dari Rumah Sakit Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Kamis (30/10) 
petang, setelah dirawat selama 29 hari di rumah sakit tersebut karena sakit 
panas. 

Kepulangan Renaldi sebenarnya bukan atas kemauan keluarga. Namun mereka 
terpaksa membawa pulang buah hatinya setelah pihak rumah sakit menyodorkan 
biaya rumah sakit sebesar Rp20 juta. 

Bagi Ny. Hariyati, 26, ibu Renaldi, angka itu hampir mustahil dipenuhi, meski 
cuma membayar 50 persennya saja. Apalagi sang suami kini tak tahu di mana 
keberadaannya. Hariyati dan bayinya selama ini hanya menggantungkan hidupnya 
pada Ny. Nani, 43, dan Asih Asmadi, 45, orangtuanya yang cuma seorang pengojek 
motor. 

Melihat biaya yang selangit itu, pihak keluarga memutuskan membawa pulang 
Renaldi. "Dokter memang menyatakan cucu saya sudah membaik dan bisa dirawat 
jalan. Tapi saat itu suhu badannya sesungguhnya masih panas dan kondisinya 
lemah. Yah kami mau bagaimana lagi. Sebenarnya berat untuk membawanya pulang 
tapi kami tak punya uang," keluh Nani. 

Setelah sang cucu berada di rumah, suhu badannya makin tinggi dan terus 
menangis. "Esok paginya Renaldi menghembuskan nafas terakhir di pelukan 
ibunya," ungkap Nani. 

Nani mengakui saat ini pihak RS masih menahan KTP orang tua korban dan suaminya 
sebagai jaminan. Sebab, kata Nani, jika tidak ada jaminan berupa KTP atau BPKB 
(Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) pasien tidak boleh pulang. "Entah bagaimana 
kami harus membayarnya. Sedang untuk bayar uang DP saja kami harus minjam 
tetangga dan belum bisa dilunasi," keluh Nani. 

RS HAJI BANTAH MENGUSIR 
Pihak RS Haji membantah telah mengusir pasien. Bayi itu dipulangkan karena 
kondisinya sudah membaik. "Kalau terus di rumah sakit justru ia bisa kena 
penyakit lain karena banyak pasien lainnya," kata dr. Eli yang menangani 
sakitnya Renaldi. 

Menurutnya, saat datang, bayi lima bulan itu dalam kondisi parah. Berat 
badannya 4,5 kilo, diare, berak darah dan hasil rontgen menunjukkan sakit 
paru-paru parah yang ditunjukkan dengan kedua paru-paru berwarna putih. Selain 
itu, sel darah putih mencapai 54.000 dari kondisi normal 10.000 hingga 15.000. 
Bayi itu juga menderita gizi buruk. 

Diakuinya, ketika pulang bayi itu beratnya 4,1 kilo. Namun, panas tubuhnya 37 
derajat dan sudah tak diare atau berak darah lagi. Sel darah putihnya turun 
menjadi 19.000 dan Hb-nya yang semula 9 menjadi 12,8. "Melihat bayi itu datang 
dan bisa pulang dalam keadaan lebih baik saya sangat bersyukur." 

Melihat perkembangan kesehatan bayi tersebut, Eli menduga bayi itu meninggal 
mendadak karena tersedak hingga masukan oksigennya terhanggu dan bisa 
mengakibatkan kejang. "Masalah tersedak ini yang biasa menyebabkan bayi 
meninggal mendadak." 

Selama perawatan, sambung dia, keluarga bayi tak pernah diberikan resep 
sehingga tak perlu mencari obat sendiri. Segala kebutuhan obat hingga susu 
kedelai diberikan rumah sakit. 

Sedangkan Inuthiah, Kepala Bagian Perawatan RS Haji, mengatakan bayi itu bukan 
pasien Gakin yang bisa seratus persen gratis. Perawatan 20 hari dengan dua kali 
masuk ruang ICU selama 3 hari, biayanya mencapai Rp 20 juta. 

Seminggu setelah perawatan, keluarga bayi baru menyatakan dari keluarga tak 
mampu. Merekapun memberikan surat keterangan tak mampu (SKTM). Dengan SKTM ini, 
Dinas Kesehatan DKI melalui Puskesmas akan melihat keluarga itu untuk 
menentukan besar biaya yang harus ditanggung pasien. Ketika keluar rumah sakit, 
keluarga diingatkan untuk membayar semampunya. "Dengan SKTM besar biaya yang 
harus dibayar bukan kami yang menentukan," ujarnya. "Bisa saja Dinas Kesehatan 
menilai keluarga itu bisa membayar 20 persen, 50 persen atau bahkan tidak sama 
sekali." 

Kepala Subdin Pemasaran Sosial dan Informasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Tini 
Suryanti, yang dihubungi mengaku belum mendapatkan informasi adanya kasus ini. 
"Saya akan melakukan pengecekan, jika benar terjadi maka akan kami berikan 
sanksi tegas." 

Sanksi akan diberikan mulai dari surat teguran hingga pemecatan. Apalagi hingga 
menyebabkan pasien yang bersangkutan meninggal dunia. "Dinkes dapat 
merekomendasikan ke Depsos unutk melakukan pemecatan terhadap oknum itu jika 
nantinya terbukti bersalah." 

BOCAH TERSERANG TUMOR GANAS 
Di Bogor bayi berusia tiga bulan kini bergelut dengan tumor ganas yang 
menyerang bagian kepala dan hidungnya. Tumor ganas itu terus membesar hingga 
menutupi mata sang bocah. 

Bayi malang itu, Muhamad Refandi Permana, kini hanya bisa menangis. Kedua 
orangtuanya yang miskin tidak berdaya untuk memberinya perawatan medis yang 
memadai. Yusuf, 26, dan istrinya, Yeni, 24, kedua orangtua Refandi, hanya bisa 
pasrah sambil berharap uluran tangan dermawan. 

Refandi memang pernah mendapat perawatan di RSD Ciawi. Menurut dokter yang 
menangani, sang bocah menderita proptosis os ec susp encephalocele atau tumor 
ganas. "Saya pasrah dengan kondisi anak saya. Doa saya, semoga ada yang 
menolongnya," ujar Yeni yang saat ini tinggal di RT 02/ 02 Desa Bitungsari 
Kecamatan Ciawi. 

Kirim email ke