http://www.detiknews.com/read/2008/11/23/215554/1041573/10/selundupkan-amphetamine-12-wni-ditangkap-kepolisian-jepang

Minggu, 23/11/2008 21:55 WIB
Selundupkan Amphetamine, 12 WNI Ditangkap Kepolisian Jepang
E Mei Amelia R - detikNews


Jakarta - Sebanyak 12 warga negara Indonesia ditangkap Kepolisian Hakatuko 
Fukuoka, Jepang. Mereka ditangkap karena menyelundupkan amphetamine seberat 300 
kg ke negeri sakura tersebut.

Penangkapan ini bermula dari kecurigaan kepolisian setempat dengan kedatangan 
sebuah kapal Universal berbendera Sierra Leone asal Afrika yang berlabuh di 
pelabuhan Moji, Kitakyushu, Jepang. Kapal tersebut dicurigai karena baru 
pertama kalinya berlabuh di pelabuhan tersebut.

Dari kecurigaan tersebut, akhirnya kepolisian setempat melakukan pemeriksaan. 
Setelah diperiksa, ternyata keduabelas WNI yang berpura-pura sebagai Anak Buah 
Kapal (ABK) tersebut menyimpan obat-obatan terlarang jenis amphetamine seberat 
300 kg bernilai 20 miliar Yen atau sekitar Rp 2,3 triliun.

Direktur IV Narkoba dan Kejahatan Terorganisir Bareskrim Polri Brigjen Pol 
Harry Montolalu didampingi Kanit II Narkoba Bareskrim Polri Kombes Pol Siswandi 
membenarkan adanya penangkapan 12 warga Indonesia tersebut. Harry menjelaskan, 
para penyelundup barang terlarang itu masuk ke Jepang menggunakan kapal 
berbendera Afrika.

"Diduga sindikat ini juga bekerjasama dengan mafia obat-obatan terlarang asal 
China," jelasnya.

Mereka ditangkap pada Rabu (12/11) waktu setempat. Amphetamine yang merupakan 
bahan baku pembuatan shabu ini diselundupkan ke dalam kemasan 10 kotak yang 
disimpan di ruang mesin kapal.

Nama 12 WNI tersebut adalah Chandra Helmi Anwar (49), sebagai kapten kapal, ABK 
Rudy Santosa (25), Mohtohir (43), Suswandi (35), Susanto (40), Jajang (29), 
Jack Alexander Tuanapattinaja (69), Erwin Iskandar (36), dan Hartoto (30. 
Mereka kini berada ditangan kepolisian setempat untuk dimintai keterangan lebih 
lanjut.

"Kasus ini sedang diselidiki. Kini pihak kami sedang bekerja sama dengan 
interpol Jepang untuk mengetahui kemungkinan adanya keterlibatan sindikat 
lainnya," tandas Harry.

(mei/mad) 

Kirim email ke