Asyiiikk ... asyiik... asyiik !!
orang2 islam dah bisa berpikir modern, terbukti udah mau mikirin soal kehidupan 
yesus,
udah bisa bikin film nya segala.
Nah.. negara ini mayoritas warga nya beragama islam.. boleh dong bikin film 
tentang muhammad... pasti laku keras dan sutradaranya bakalan untung besar
Kalo ummat islam pada ngamuk... yah itu mah sama aja pembuktian kalo islam 
emang bener2 agama teroris... ga gentleman, brani bikin yesus koq ga mau 
muhammad gantian dibikin film... aneh ya ?!

Di negeri ini, sebagai pemeran muhammad ... kayaknya paling cocok Ba'syir yg 
dari Ngruki itu deh.. soalnya kalo Tukul tampangnya kurang ke arab2 an 
Trus yg jadi aisyah si Omas, kalo ada yg minat.. gue ikutan deh jadi figuran.

murtad nich !!!

--- On Mon, 8/12/08, Sunny <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: Sunny <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [zamanku] Kehidupan Yesus di Mata Sutradara Muslim Iran
To: [EMAIL PROTECTED]
Date: Monday, 8 December, 2008, 4:40 AM










    
            



http://www.republik a.co.id/berita/ 184.html
 


Kehidupan Yesus di Mata Sutradara Muslim 
Iran

By Republika Contributor
Kamis, 17 Juli 2008 pukul 
17:41:00 



 

 
“Ini Yesus,” kata seorang 
pria.
Yesus, yang ditunjuk pun duduk di 
samping kawannya, Nader Talebzadeh. Nader ialah sutradara Iran yang 
saat ini membesut film “Jesus Spirit of God”, film terbaru bertema 
kisah hidup Isa Al Masih dalam versi Islam. Tokoh yang oleh umat Nasrani 
dipercaya sebagai messiah, anak Tuhan yang disiksa kaum Judah dan pengabar 
kedatangan Muhammad sebagai utusan terakhir, diperankan oleh Ahmad 
Soleimani-Nia, pria yang dipanggil Yesus tadi, ketika sang sutradara 
mengenalkan 
aktor utamanya kepada publik
“Saya berdoa untuk umat Kristiani. 
Mereka salah memahami. Suatu hari, mereka akan menyadari kebenaran cerita yang 
sesungguhnya,” ujar Nader saat diwawancarai oleh Los Angeles Times, April 
silam. 
Kini film Nader telah mengikuti seleksi di beberapa festival film Internasional 
dan dipasarkan secara meluas.
Untuk menggarap film Jesus Spirit, 
Nader mengaku mengambil acuan dari naskah Al Qur’an dan ajaran Barnabas-yang 
oleh banyak pelajar Barat dianggap sekedar dongeng fabel era pertengahan. 
Premis 
yang diusung dalam film ini bisa ditebak, Yesus ialah penyebar kasih sayang 
dengan mukjizat keajaiban, tapi tidak mati disalib dan tidak bangkit dari 
kematian. Nader memang ingin memberi pesan, jika Kristen, kepercayaan yang 
dianut lebih dari 2 milyar umat dan inti dari mayoritas filosofi barat ialah 
berdasar hal yang salah.
Nader yang tumbuh di Iran saat 
pemerintahan Shah Mohammed Reza Pahlevi menuturkan jika di tahun 1970 dirinya 
hijrah ke Amerika dan menimba ilmu di American University, Washington, DC dan 
Colombia University, New York. Ia mengaku menyaksikan momen-momen protes anti 
perang terhadap Vietnam dan mundurnya Richard Nixon, di Negara Paman Sam 
tersebut
Saat 
itu Iran masih menjadi sekutu Amerika. Status berubah di tahun 
1979, ketika Ayatollah Ruhollah Khomeini memimpin revolusi Islam dan 
menempatkan 
ulama di pucuk pimpinan serta sempat menyandera 52 warga Amerika selama 444 
hari.
“Saya 
kembali ke Iran dengan perasaan bahwa ada salah paham yang besar dari Barat 
tentang negara saya. Iran dipropaganda hitam,”ujar Nader
“Jika ada satu hal yang ingin saya 
lakukan dalam hidup ialah membuat film ini,” ungkap sutradara yang memenangkan 
penghargaan Dialog Antar Kepercayaan di Religion Today Film Festival, Italia, 
2007 silam. “Saya tidak berkata Yesus tidak disalib. Tuhan yang melakukan. Itu 
semua ada di Al Qur’an. Film ini dibuat dengan keyakinan. Saya mencoba 
membuatnya seindah yang saya bisa,” imbuhnya

Ia sendiri berharap jika film 
35-milimeter besutannya mampu memulai dialog antar agama. "Kita harus bergabung 
bersama dalam dunia informasi serba cepat, tidak untuk memberi pemahaman 
distorsi. Kita harus berkata, ‘Sudahkah anda melihat pintu ini untuk mengetahui 
kebenaran tentang Yesus,” ujar Nader
Beberapa warga Amerika telah 
‘mengintip’ melalui pintu Nader. Film tersebut telah diputar empat kali di 
depan 
publik Amerika dan baru-baru ini diseleksi untuk mengikuti Festival Film 
Philadelphia, AS. Ia mengatakan jika sebenarnya banyak orang yang menerima 
dengan pikiran terbuka dan bahkan tergelitik dengan pertanyaan sejarah dan 
agama 
yang ditimbulkan 

Jesus Spirit ini nyaris dibuat 
selama sepuluh tahun. Ia keluar saat perdebatan keras retorika antara 
Washington 
dan Tehran dan pemisahan antara Islam dan Barat yang telah menghasilkan 
situs-situs online jihad, bermacam rekaman apokalipse di DVD, editorial kartun 
Nabi Muhammad, saw, dan terakhir rekaman Osama bin Laden yang menantang Pope 
Benedict XVI untuk “perang salib baru” melawan Islam.

Sejak dulu agama 
memang menjadi inti dari ketegangan antara Timur dan Barat. Kondisi tersebut 
diperparah dengan perang budaya yang lebih luas ketika simbol dan teks suci 
diserang dan dimanipulasi dalam internet, film dan TV kabel,. Film Belanda 
terbaru yang diproduksi golongan sayap kanan misalnya, membandingkan Al Qur’an 
dengan “Mein Kampf” milik Adolf Hitler. Film tersebut menggambarkan Islam 
sebagai agama kekerasan. Sebagai balasan, blogger asal Saudi memposting video 
yang menunjukkan jika Injil dapat dimaknai sebagai dokument strategi 
perang

Nader pun memahami jika Yesus versi filmnya berada di wilayah yang 
rentan dan sensitif. Seorang blogger Kristen dengan marah menuliskan jika 
banyak 
kesalahan dalam pemahaman sang sutradara akan Yesus dan Kekristenan. “Itu 
hanyalah salah satu propaganda Setan yang tidak memang tidak memiliki tujuan 
nyata dalam hidup,”

Durasi asli serial sepanjang 1000 menit ini diedit 
dalam format DVD kasar seharga $5 perkepingnya, dan TV Iran siap menyiarkan. 
Menyajikan tokoh Isa sebagai nabi yang menyampaikan ajaran agama, bergerak 
dalam 
cahaya lembut dan senandung khudus ditengah hiruk-pikuk kaum Bani 
Israil.
Narasi 
dan dialog yang disajikan berdasarkan ajaran Islam dan Injil Barnabas, kitab 
terakhir—yang menurut sutradara—disembunyi kan oleh otoritas gereja agar tidak 
mengganggu stabilitas iman umat Kristen. 
Banyak 
pelajar mempercayai jika gospel atau ajaran Kristen,( tidak termasuk 
karya kanonik di awal Gereja Katholik) yang ditulis beberapa abad 
kemudian ialah turunan dari Barnabas. Kitab tersebut memang beririsan dengan 
cerita-cerita Mathius, Markus, Lukas, Yohannes namun tidak menulis keberadaan 
Yesus sebagai anak Tuhan.
Cerita 
Barnabas beresonansi dengan kaum Muslim yang mempercayai ajaran Al Qur’an jika, 
Isa lahir dari perawan, bukan Tuhan melainkan salah satu dari lima rasul 
besar.
Dalam 
film tersebut Nader juga menunjukkan jika Yesus bangkit menuju Surga sebelum 
prajurit Romawi mendatangi. Judas, salah satu murid Yesus yang berkhianat 
berubah mirip sang guru dan dialah yang disalib. Berdasar kepercayaan Islam, 
Yesus saat ini hidup dan akan kembali untuk mengalahkan iblis.

”Barnabas ialah mata rantai yang hilang, dan dunia masih 
belum siap untuk menerimanya kembali. Itu ialah bagian teks yang harus kita 
lihat dan kaji pula,” kata Nader,
 
Nia Sang “Yesus”
Dia ialah Muslim Iran yang sangat mirip 
dengan imej Yesus versi Hollywood bahkan versi Renaisan. Ahmad 
Soleimani-Nia telah memerani tokoh Yesus selama tujuh tahun, memelihara rambut 
dan janggutnya tetap panjang
Melihat raut mukanya, Nia-begitu aktor utama ini 
kerap disapa-sangat mirip bintang rock tahun 1970-an. Dia tidak pernah 
berakting 
sebelumnya, namun kulitnya yang terang dan sudut wajahnya yang tajam bercampur 
dengan ciri Timur Tengah, mampu menggabungkan estetika Barat dan spirtualitas 
Timur
Dalam kehidupan nyata, Nia tinggal di Tehran. Dia 
dulu adalah anggota tentara angkatan darat Iran dan menjadi ahli besi dalam 
Badan Energi Atom Iran, yang dituduh pemerintah Bush kedok bagi pengadaan 
senjata. Itu merupakan fakta ironi bagi masyarakat barat khususnya Amerika 
Serikat
Fakta ini mungkin mengganggu beberapa warga 
Amerika, terutama dari sayap kanan. Namun sepertinya tidak akan semengganggu 
pesan yang disampaikan oleh film itu sendiri, yaitu Yesus tidak disalib dan 
tidak bangkit dari kematian.
“Saya tidak pernah ingat mengapa 
saya begitu terlibat dengan peran ini,” kata Nia, pria yang lahir di bagian 
barat Iran dekat wilayah Kurdistan Irak. “Itu bermula ketika saya masih kecil, 
usia 7 atau 8 tahun. Saya melihat lukisan Leonardo da Vinci ‘Last Supper’ dan 
saya diidentikkan dengan Yesus. Dia selalu bersama saya sejak itu. Dalam 
lingkungan saya, dengan rambut panjang dan jenggot tebal, saya dianggap sebagai 
Yesus,” tuturnya.

Nader si sutradara sendiri sempat melontarkan canda 
ketika ia tengah mencari pemeran utama namun tak kunjung mendapatkan. Menemukan 
Nia ternyata berawal dari ketidaksengajaan. Menurut Nader, suatu hari, 
asistennya menunjuk Nia yang sedang melintas di sebuah jalan dan berteriak. 
“Aku 
temukan Yesus 
mu!”./itz



      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke