“Aku tidak memerlukan hormat dari manusia.”

(Kel 32:7-14; Yoh 5:31-47)

“Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian
yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang
diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang
Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa
yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku.
Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat,
dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada
Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka
bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab
Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku
untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi
tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih
akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau
orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah
kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang
tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka,
bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa,
yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu
percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah
menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang
ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"(Yoh 
5:36-47), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini. 

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Cukup banyak orang di dunia ini hanya memberi hormat
kepada para pejabat, petinggi atau atasan dan itupun jika mereka sedang
mengenakan pakaian dinas atau resmi sesuai dengan jabatannya. Dengan kata lain
cukup banyak orang menghomati ‘kulit atau bungkus’ atau assesori-assesori bukan
‘isi’ atau pribadi manusia. Jika orang tidak mampu atau sampai menghormati
pribadi manusia, rasanya mereka juga akan sulit untuk menghotmati Tuhan. Setiap
manusia diciptakan oleh Tuhan sesuai dengan gambar dan citraNya, maka manusia
adalah ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini. Marilah kita saling
menghormati sebagai pribadi manusia, entah apapun jabatan, fungsi atau
kedudukannya, tanpa pandang bulu. Jika kita mampu saling menghormati dan
mempercayai satu sama lain, maka kiranya dengan mudah kita akan percaya kepada
Tuhan dan sabda-sabdaNya, dan sebagai tanda hormat kita kepadaNya kita  
melakukan apa yang Ia sabdakan atau kehendaki.
Melaksanakan sabda-sabdaNya atau kehendakNya berarti kita datang, hidup atau
bertindak sesuai dengan kehendakNya atau sabdaNya bukan kehendak atau keinginan
diri sendiri. Secara konkret kita hidup dan bertindak sesuai dengan aturan dan
tatanan yang berlaku di tempat dimana kita hidup dan bekerja. Kita bekerja
keras melaksanakan tugas pekerjaan kita masing-masing. “Bekerja keras adalah 
sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang
positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh
dalam melakukan sesuatu” (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman
Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10)

·  
“Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel,
hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu
sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak
bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan
kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.”(Kel 32:13), 
demikian kata Musa kepada Tuhan, yang
akan mendatangkan malapetaka bagi bangsanya, untuk melunakkan hati Tuhan. Tuhan
pun tidak jadi mendatangkan malapetaka yang direncanakanNya. Kata Musa ini
kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Mungkin di dalam hidup dan
kerja kita menghadapi aneka kekacauan dan kesemrawutan yang dapat membuat orang
marah atau jengkel. Ada kemungkinan orang-orang lupa akan janji-janji Tuhan,
maka baiklah dalam situasi macam itu kita angkat atau ingatkan janji-janji
Tuhan, yang menjanjikan kepada kita untuk hidup bahagia, tumbuh berkembang
sebagai pribadi yang cerdas beriman. Kiranya dapat kita angkat peringatan ini
:”Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di
antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”
(Fil 1:6).. Kita sedang dalam proses menuju ke pemenuhan hidup, panggilan dan
tugas pengutusan kita, dan kiranya dalam berproses senantiasa mengalami
jatuh-bangun. Jika sedang jatuh marilah kita saling membangunkan, demikian juga
mereka yang sedang tertidur kita bangunkan untuk bangkit; yang bermalas-malas
kita tuntun untuk bekerja keras, dst.. 

 

“Mereka
membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka
menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan yang makan rumput. Mereka
melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal
yang besar di Mesir: perbuatan-perbuatan ajaib di tanah Ham,
perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau.Maka Ia mengatakan hendak
memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan-Nya, tidak mengetengahi di
hadapan-Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya, sehingga Ia tidak memusnahkan 
mereka” (Mzm 106:19-23)

.

Jakarta, 26 Maret 2009




      Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! 
Answers! http://id.answers.yahoo.com

Kirim email ke