Oleh Musthafa Abd Rahman

http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/11/16/06080787/Tentara.Muslim.di.Institusi.Militer.Israel
 

Konflik Israel Palestina atau Arab-Israel sering dikonotasikan sebagai 
peperangan antara Muslim dan Yahudi. Namun, sesungguhnya paham konotasi itu 
cukup rumit karena kini diperkirakan ratusan bahkan ribuan pemuda Muslim 
tercatat menjadi anggota militer Israel. Mereka ikut bertempur di berbagai 
front melawan Arab, seperti front Lebanon dan Jalur Gaza.

Fahad Fallah adalah seorang perwira Muslim berpangkat kapten di institusi 
militer Israel. Fallah yang berasal dari suku Badui Israel mengaku bangga 
menjadi anggota korp militer dan siap bertempur di laga mana pun melawan 
musuh-musuh Israel. Ia juga mengaku ikut bertempur dalam perang Jalur Gaza lalu 
(27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009).

Fallah menuturkan, menjadi anggota militer Israel adalah warisan keluarga. 
"Kakek dan bapak saya menjadi anggota militer Israel," kata Fallah.

Banyak warga Badui Arab yang beragama Islam bangga memiliki loyalitas pada 
negara Israel, tempat kelahiran mereka. Dan sejarah kerja sama Badui-Yahudi 
sesungguhnya telah terjadi sebelum berdirinya negara Israel tahun 1948.

Kepala kabilah Al Hib dari suku Badui, Abu Yousuf, bahkan mengirim 60 anggota 
kabilah itu untuk membantu Yahudi berperang melawan Arab pada tahun 1946-1947. 
Kabilah Al Hib hidup di lembah-lembah Galilie (kini wilayah Israel Utara 
berbatasan dengan Lebanon dan Suriah).

Di Israel juga ada tugu pahlawan khusus bagi serdadu Israel dari Badui Muslim 
yang gugur dalam berbagai kancah peperangan melawan bangsa Arab. Selain dari 
kalangan Badui, dikenal pula suku Druze Muslim yang menjadi anggota militer 
Israel.

Pihak militer Israel menolak mengungkapkan berapa sesungguhnya jumlah serdadu 
Israel dari kalangan Muslim. Namun, diperkirakan mencapai ratusan dan bahkan 
ribuan. UU Israel tidak mengharuskan Muslim dan minoritas lainnya ikut program 
wajib militer di negara itu.

Apa motivasi Muslim di Israel masuk menjadi anggota militer negara itu?

Penanggung jawab urusan minoritas di institusi militer Israel, Kolonel Ahmed 
Romzi, mengatakan, kewajiban pertama warga Israel dalam membela tanah airnya, 
apa pun agama mereka, adalah mengabdi di institusi militer.

Ia juga menegaskan, kaum minoritas di Israel kini juga mulai menyadari bahwa 
untuk meraih persamaan hak dengan Yahudi, dalam konteks negara Israel, harus 
melaksanakan semua kewajiban negara itu, termasuk menjadi anggota militer.

Menurut Romzi, banyak pemuda Muslim yang masuk menjadi anggota militer Israel 
untuk mendapatkan dana bagi sekolah mereka di universitas agar lebih mudah 
mendapatkan pekerjaan.

Departemen Pertahanan Israel memang memberi fasilitas bantuan dana bagi 
serdadunya yang ingin melanjutkan studi ke tingkat universitas. Juga banyak 
perusahaan Yahudi mensyaratkan bagi pelamar kerja harus memiliki surat bukti 
menjadi anggota militer.

Romzi mengungkapkan, warga Muslim Israel yang masuk menjadi anggota militer 
pascaperang di Jalur Gaza malah meningkat meskipun perang itu mendapat kutukan 
keras dari segenap Muslim di seluruh dunia.

"Ratusan Muslim di Israel mendaftar menjadi anggota militer negara itu per 
tahun. Mungkin jumlah Muslim yang menjadi anggota militer Israel mencapai 
ribuan," ungkap Romzi.

Bulan Maret lalu (pascaperang Jalur Gaza), menurut Romzi, Departemen Pertahanan 
Israel menyebarkan iklan lowongan dan ternyata semakin banyak Muslim Israel 
yang mendaftar.

"Ini membuktikan perang Jalur Gaza tidak berpengaruh sama sekali," lanjutnya.

Kecewa

Namun, banyak pula pemuda Muslim yang pernah menjadi anggota militer Israel 
merasa kecewa akibat mendapat cemoohan dari masyarakatnya, bahkan disebut 
pengkhianat.

"Ketika melamar menjadi anggota militer, saya dijanjikan kemudahan mencari 
kerja. Namun, setelah mengajukan lamaran kerja ke berbagai perusahaan dalam 
waktu cukup lama, lamaran saya selalu ditolak dan akhirnya saya kembali ke 
kampung," ungkap Maher Badawi, seorang Muslim dari kota Nazaretz (Israel Utara) 
yang kini menjadi guru olahraga, menuturkan pengalamannya.

Lebih ironi lagi, lanjut Badawi, warga Muslim di Israel menolak mempekerjakan 
dia karena dituduh telah mengabdi sebagai anggota militer Israel.

"Jadi, saya ini ditolak di mana-mana. Ditolak di masyarakat Yahudi maupun 
Muslim," ungkapnya. Ia mengungkapkan penyesalannya menjadi anggota militer 
Israel karena kini terus dicemooh dan disebut pengkhianat.

Gerakan Islam di Israel yang dipimpin Sheikh Raid Shalah merupakan institusi 
Islam yang paling mengutuk fenomena masuknya pemuda Muslim menjadi anggota 
militer Israel.

Gerakan Islam sejak beberapa tahun lalu mengharamkan segenap pemuda Muslim 
menjadi anggota militer Israel. Gerakan Islam juga menolak menshalatkan jenazah 
pemuda Muslim yang tercatat pernah atau tengah menjadi anggota militer Israel.

TOF

Editor: tof

Sumber : Kompas Cetak


Facebook:
Radityo Djadjoeri

Kirim email ke