Menarik nih, ada manusia bercahaya...........

Evolusi Bumi dan manusia menurut ajaran Buddha

Kejadian Bumi dan manusia menurut pandangan Buddhis adalah berlangsung dalam 
proses yang lama sekali melalui evolusi. Sekilas dibaca, prosesnya mirip dengan 
Teori Evolusi Darwin, walau ada perbedaan. Kejadian Bumi disebutkan secara 
singkat dalam Mahaparinibbana Sutta, ketika Sang Buddha menerangkan tentang 
delapan sebab gempa bumi kepada Bhikkhu Ananda.

Apakah Charles Darwin dan ilmuwan tenar lainnya pernah mempelajari ajaran Budha 
atau mitologi India? Sebagaimana kita tahu, Budha lahir dari kalangan bangsawan 
penganut Hindu. Saat usia remaja ia memilih keluar dari hiruk-pikuk istana, 
lalu menyepi. 

"Bumi yang luas ini terbentuk dari zat cair, zat cair terbentuk dari udara dan 
udara ada di angkasa"
(Mahaparinibbana Sutta)

Selanjutnya dalam proses pengerasan bumi dari zat cair ke padat, manusia muncul 
di bumi. Manusia yang mula-mula muncul di bumi adalah banyak jumlahnya. Proses 
penjadian bumi dan manusia yang muncul mula-mula di bumi, diuraikan oleh Sang 
Buddha dalam Aggañña Sutta, Patika Sutta dan Brahmajala Sutta, yang merupakan 
bagian dari Digha Nikaya, Sutta Pitaka. 

"Vasettha, terdapat suatu waktu, cepat atau lambat, setelah berselang suatu 
masa yang lama sekali, ketika bumi ini mulai terbentuk kembali. Ketika hal ini 
terjadi, mahluk-mahluk yang meninggal di Abhassara (alam cahaya) biasanya 
terlahir kembali disini sebagai manusia. Mereka hidup dari ciptaan batin (mano 
maya), diliputi kegiuran, memiliki tubuh yang bercahaya, melayang-layang di 
angkasa dan hidup dalam kemegahan. Mereka hidup seperti itu dalam masa yang 
lama sekali.

Pada waktu itu, (bumi) semuanya terdiri dari air dan gelap gulita. Tidak ada 
matahari maupun bulan yang nampak, tidak ada bintang maupun konstelasi yang 
kelihatan, siang maupun malam belum ada, bulan maupun pertengahan bulan belum 
ada, laki-laki maupun wanita belum ada. Mahkluk-mahluk hanya dikenal sebagai 
mahluk saja.

Vasettha, cepat atau lambat setelah suatu masa yang lama sekali lagi, bagi 
mahluk-mahluk tersebut, sari tanah (Rasa Pathavi) muncul dari air. Sama seperti 
bentuk-bentuk busa di permukaan nasi susu masak yang mendingin, demikianlah 
munculnya tanah itu. Tanah itu berwarna, bau dan rasa. Sama seperti dadih susu 
atau mentega murni, demikianlah warna tanah itu, sama seperti madu tawon murni, 
demikianlah manis tanah itu.

Kemudian, di antara mahluk-mahluk itu yang memiliki sifat serakah... mencicipi 
sari tanah itu...dengan mencicipinya, maka mereka diliputi oleh rasa sari tanah 
itu dan nafsu keinginan muncul dalam diri mereka. Mahluk-mahluk mulai makan 
sari tanah... Dengan melakukan hal ini maka cahaya tubuh mereka mulai lenyap. 
Dengan lenyapnya cahaya tubuh mereka, maka matahari, bulan, bintang dan 
konstelasi-konstelasinya nampak. Demikian pula dengan siang dan malam... 
demikianlah sejauh 
itu Bumi terbentuk kembali.

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati sari tanah, berlangsung 
demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang mereka 
makan itu, maka tubuh mereka menjadi padat dan 
terwujudlah berbagai macam bentuk tubuh. Ada mahluk-mahluk yang memiliki tubuh 
indah dan ada mahluk-mahluk yang memiliki tubuh buruk. Karena keadaan ini, maka 
mereka yang memiliki tubuh indah memandang rendah kepada mahluk yang memiliki 
bentuk buruk, dengan berpikir : 

"kita lebih indah daripada mereka , mereka lebih buruk daripada kita." 

Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh sehingga mereka menjadi sombong 
dan congkak, maka sari tanah itu lenyap. Kemudian, ketika sari tanah itu lenyap 
bagi mahluk-mahluk muncullah tumbuh-tumbuhan dari tanah (Bhumipappatiko). Cara 
tumbuhnya seperti cendawan. Tumbuhan ini 
memiliki warna, bau dan rasa; sama seperti dadi susu atau mentega murni, 
demikianlah warna tumbuhan itu, sama seperti madu tawon murni, demikianlah 
manisnya tumbuhan itu,,, mereka menikmati, mendapatkan makanan, hidup dengan 
tumbuhan yang langsung muncul dari tanah tersebut, hal ini berlangsung dalam 
masa yang lama....., maka tubuh mereka berkembang menjadi lebih padat, 
perbedaan tubuh mereka nampak lebih jelas ; sebagian nampak indah dan sebagian 
nampak buruk....... 

Sementara mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga mereka menjadi 
sombong dan congkak, maka tumbuhan yang muncul dari tanah itu pun lenyap. 
Selanjutnya tumbuhan menjalar (Badalata) muncul. Cara tumbuhnya seperti bambu. 
Tumbuhan ini memiliki warna, bau dan rasa; 
sama seperti dadi susu atau mentega murni warna tumbuhan itu; sama seperti madu 
tawon murni manisnya tumbuhan itu.

Vasettha, kemudian mahluk-mahluk itu mulai makan tumbuhan menjalar tersebut. 
Mereka menikmati, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan menjalar 
tersebut. Hal ini berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali, maka tubuh 
mereka menjadi semakin padat, perbedaan tubuh mereka nampak semakin 
jelas...mereka bangga akan keindahan tubuh mereka sehingga menjadi sombong dan 
congkak, maka tumbuhan menjalar itu pun lenyap.....

Vasettha, kemudian muncullah tumbuhan (semacam) padi (Sali) yang matang dalam 
alam terbuka, tanpa dedak dan sekam, harum dalam butir-butir bersih. Bila mana 
pada sore hari mereka mengambilnya dan membawanya untuk makan malam, maka pada 
keesokan pagi harinya itu 
telah tumbuh dan masak kembali. Bilamana pagi hari mereka mengumpulkan dan 
membawanya untuk makan siang; maka pada sore hari padi tersebut telah tumbuh 
dan masak kembali ; demikian terus menerus padi itu muncul. 

Vasettha, selanjutnya mahluk-mahluk itu menikmati padi (masak) dari alam 
terbuka, mendapatkan makanan dan hidup dengan tumbuhan padi tersebut, hal ini 
berlangsung demikian dalam masa yang lama sekali. Berdasarkan atas takaran yang 
mereka nikmati dan makan itu, maka tubuh mereka menjadi lebih padat, sehingga 
perbedaan tubuh mereka nampak lebih jelas. Bagi wanita nampak kewanitaannya 
(itthilinga) dan bagi laki-laki nampak jelas kelaki-lakiannya (purisalinga).

Kemudian wanita sangat memperhatikan tentang keadaan laki-laki dan laki-laki 
sangat memperhatikan keadaan wanita. Karena mereka saling memperhatikan satu 
sama lain maka timbullah nafsu indria yang membakar tubuh mereka. Selanjutnya 
sebagai akibat adanya nafsu indera tersebut, mereka melakukan hubungan kelamin 
(methuna).



Facebook:
Radityo Djadjoeri

Kirim email ke